“Teman, aku punya waktu satu atau dua hari nih di Jakarta. Enaknya ke mana ya?”
Kurang lebih itu yang aku tulis di status FBku Senin (3/8) lalu. Perjalanan ke Jakarta ini sangat mendadak jadi tidak sempat mengontak teman dan merencanakan perjalanan dengan baik. Walau begitu, Alhamdulillah sekali, teman-teman di sosmed ini pada baik-baik –terharu, lap air mata. Beberapa teman pada semangat ngasih info tempat-tempat menarik yang dapat aku kunjungi.
“Ke museum nasional dan kota tua aja!” Ujar beberapa teman.
Wah, kebetulan sekali kan, aku sudah lama pingin main ke kota tua. Apalagi dari lokasi tempatku menginap –kawasan Cikini, aku hanya perlu menaiki commuter line, kendaraan yang sudah lama ingin aku rasakan. “Coba pas di jam sibuk, Yan. Lebih seru!” hahaha. Bakalan empit-empitan dong, aku kan takut digerayangi –eh yang ada mereka yang takut kali Yan –jitak jenong sendiri. Untungnya, ketika jalan ke Kota Tua dari stasiun Gondangdia, perjalanan sangat nyaman dan aman.
Oh ya, aku diajakin jalan sama Wulan. Wulan ini blogger kampiun yang aku kenal lama ketika masih ngelapak di multiply. Bersama suami, Wulan pernah sowan ke Palembang. Nah setelah 5 tahun berselang, gantian deh aku yang diajakin jalan. Pas banget Wulannya lagi di Indonesia karena Wulan dan Mas Ade menetap di Bangkok. Oke sip, lanjoooot.
Tujuan utama langsung ke Museum Mandiri. Terus terang agak terasa sentimentil ketika aku mulai memasuki Museum Bank Mandiri. Ada perasaan yang sulit untuk dilukiskan. Museum Bank Mandiri ini memang salah satu gedung tua. Bayangin, gedung yang dulunya bernama Nederlandsche-Handel-Maatschappij ini dibangun pada tahun 1929 dan selesai pada tahun 1933. Lumayan tua ya! Walau begitu secara keseluruhan gedung ini masih terawat dengan baik. –setor jempol.
Selanjutnya, begitu mendekati loket, oleh petugas aku ditanya, “apa bapak punya rekening di Mandiri?” karena emang punya ya aku jawab iya. Setelahnya aku diminta untuk menuliskan nama dan lokasi cabang tempat aku membuka tabukan. Praktis dan gratis! Ngg… sepertinya masuk ke museum ini emang gratis, soalnya dari daftar tamu aku melihat 2 nama warga asing di sana dan memang tidak ada papan pemberitahuan jika masuk ke museum ini kudu bayar.
Baru memasuki bagian hall-nya aja aku sudah jatuh hati sama museum ini. Hall-nya sangat luas! Dan dari papan-papan yang dipasang pada tiap-tiap bagian ruangan, jelas sekali ini dulunya bank yang membantu masyarakat dalam transaksi perbankan.
Ada beberapa kotak kaca di bagian depan. Begitu dilihat, wew, ini dia contoh buku besar bank jaman doloe. Gak kebayang kalo sekarang masih manual kayak gini. Pada nyerah kali yang kerja di bank –eh hehehe.
Nah sebelum keliling di lantai 1, aku dan Wulan memutuskan untuk ke lantai 2 dulu. Ketika menaiki lantai 2, pandanganku terpaku oleh stained glass atau kaca patri yang tersusun dengan sangat rapi. Susunan kaca-kaca itu indah sekali. Kebetulan pada saat yang bersamaan ada rombongan mahasiswa/I dan mereka pada berebutan foto dan selfie di sini.
Nah di lantai 2 ini ada beberapa ruangan. Aku nggak hapal nama ruangannya, yang jelas ada ruangan rapat yang di dindingnya berada jejeran foto para direksi petinggi Bank Mandiri. Bagi yang belum tahu, Bank Mandiri itu adalah gabungan dari 4 bank pemerintah. Nah makanya foto jajaran petingginya juga banyak. Di lantai 2 ini juga ada ruang souvenir. Ruang souvenir ini adalah produk yang biasanya diberikan kepada nasabah seperti kaos, pulpen, jam atau juga kaos.
Eh ya dari teras lantai 2, aku bisa melihat halaman dalam (di dalam ya, bukan belakang. Ya sebagaimana umumnya bangunan Eropa, mereka punya taman di tengah-tengah gedung). Di halamannya terdapat pohon-pohon tua. Sama sekali nggak terkesan angker –ya karena siang hari kali :p malah keberadaan pohon-pohon tersebut bikin suasanya makin nyaman dan cuaca menjadi teduh.
Puas berkeliling ke lantai 2, aku dan Wulan kembali ke lantai 1. Oh ya omong-omong, aku nggak tahu keadaan bank zaman dulu kayak apa. Yang jelas, kalau melihat museum ini, nasabah yang datang dibedakan berdasarkan ras. Coba lihat, bahkan ada Ruang Kasir Cina. Unik, ya? Agar suasanya semakin hidup dibuatlah patung-patung berukuran manusia yang berakting laiknya teller. Keren! –ntah kalo malam ya keren apa serem hahaha.
Kami terus bergerak ke bagian dalam. Di sini terdapat beberapa peralatan penunjang kegiatan perbankan. Misalnya saja mesin mesin tik jadul hingga mesin foto copy versi pendahulu. Yang paling seru itu pas ngeliat mesin ATM zaman dulu. Beuuuh, mesin ATMnya segede lemari cuy! Kayaknya kalau aku bisa sembunyi di dalamnya kalau lagi main petak umpet –lirik perut.
Nah di dinding ini dipajang beberapa perlatan penunjang lainnya. Dimulai dari sempoa, mesin tel (semacam kalkulator tapi dapat mengeluarkan struk), mesin tik, scanner sampai printer khusus yang digunakan untuk mencetak buku tabungan nasabah. Kereeen!
“Yan, di museum ini ada ruang bawah tanahnya loh.”
“Oh ya?”
“Iya, tempat menyimpan uang gitu, Yan” ujar Wulan lagi.
Aha! Bener juga, di mana-mana kalau bank ya pasti ada ruang khusus tempat menyimpan uangnya. Hebatnya, kluis (ruang penyimpanan uang dan surat berharga) gedung ini berada di ruang bawah tanah loh! Begitu turun ke bawah, aku langsung menemukan ruang penyimpanan safe deposit box. Ruangannya gede dan seperti penjara karena banyak terali.
Tak jauh dari sana, ada ruang penyimpanan uang. Ampun, ruangannya gede banget! Sambil melihat-lihat, aku membayangkan bagaimana dulu keadaan ruang ini saat masih digunakan. Pasti banyak banget uang yang disimpan di sini. Tingkat keamanannya juga tinggi. Tebal pintunya aja setengah meter ada kali. Di sini juga ada contoh lemari uang yang dibuat dari besi/baja. Rata-rata lemari besi seperti ini masih dipergunakan hingga sekarang.
Puas menjelajahi ruang bawah tanah, untuk kembali ke atas kami memilih melewati lorong yang ternyata ada ruangan yang berisi diorama kehidupan masyarakat Jakarta pada zaman dulu. Terus terang, aku takjub sekaligus bangga ada museum sebagus ini. Menjelajahi museum seperti ini aku seolah-olah diajak masuk ke dalam lorong waktu dan kembali ke masa lalu.
Yayan….aku mau ke Palembang Selasa depan….ajak jalan jalan donggg….;p
Waah asyik-asyik, hayo-hayo mas 🙂 no hapenya dong. Ngg, kirim ke mana ya? haha haryadiyansyah@gmail.com aja deh. Berapa lama di Palembang?
fb…fb mu apa Yan?
Eh rasanya kita udah temenan 😀 *lupalupainget*
FB : Haryadi Yansyah
Museumnya masih terawat dengan baik, tapi kenapa harus ada boneka di sana, hiiy.. Aku takut liat boneka seukuran manusia hahaa
Iya, rada serem juga beberapa bonekanya. Kalo yang di museum Bank Indonesia bonekanya sih lebih keren *walau kadang tetep aja ngerasa serem xixixi*
Kalo malem mereka hidup & melakukan aktifitas kayak orang2 yg sibuk di bank gimana yak hihi
Macam di film Night in The Museum hahaha
Klo malem, patungnya pada antre di kamar mandi buat buang hajat, hahaha. Guyonan lama 😀 btw oom, aku lg ga boleh makan seafood, huhuhu. Ucapkan selamat tinggal pada pempek aseli Palembang 😔😔 ntr klo udah boleh sama dokter, aku nitip yaa 🙂
Buahahaha. Aku baru pertama kali loh denger guyonan ini 😀 kocak.
Soal pempek, siaap, kapan aja mbak mau bisa kontak aku ya.
Thank u oom! 🙂
Welkom mbak 🙂
Klo malam patungnya hidup
#efek nonton film
Trus ngajak main teller-teller-an hahaha
Hahahaha serem amat
Daripada main masak-masakan hahaha “bang pesen sate 100 tusuk, yang gosong ya kayak saya” hiy
Sayang saya jarang online FB, padahal kita berteman ya Om di sana, jadi saya tidak bisa menemani waktu Om kemari. Maafkan saya, ya :)).
Well, dibandingkan MBI yang ada di sebelahnya, MBM memang punya nilai plus di arsitektur serta interior yang cenderung dipertahankan. Dulu saya sampai masuk di kamar mandi pribadi direktur, yang mestinya ditutup untuk umum tapi pas saya masuk ke sana, lantainya basah seperti percis ada orang baru habis mandi.
Kaca patri MBM, MBI, dan Bank Mandiri cabang Jakarta Kota memang ciamik banget! Semua punya cerita sendiri; dari emblem tiga kota, dua belas zodiak, bahkan kapal-kapal kebanggaan. Kayaknya jadi postingan blog tersendiri bisa tuh Om :hehe.
Lain kali kalau ke Jakarta, kabar-kabari yak Om :hehe. Kalau berkenan, kita jalan bareng :)).
Wah sampe masuk ke kamar mandinya, Gar 🙂 Mau banget Gar jalan bareng, tapi memang kemarin itu aku sangat mendadak. Mana hari kerja pula kan? pasti pada kerja dan sibuk. Di hari pertama malah aku mampir ke kantor temen. Di hari kedua baru diajakin jalan Wulan 🙂
MBM atau MBI sama-sama kerennya. Cuma kalau soal ke-museum-an hehe, MBI lebih oke menurutku. Bisa jadi karena lebih rapi dan lebih moderen ya. Tapi MBM ini terasa banget diajak kembali ke masa lalunya 🙂
Hee hari kerja ya, kan malamnya bisa kopdar Om :hihi. Baiklah, lain kali mungkin kita bisa kopdar yaa :hehe.
MBI juga ada bagian yang membuat kembali ke masa lalu Om, dulu saya pernah masuk ruang direktur dan ruang rapat juga di sana (pintunya tidak dikunci), suasananya seperti balik ke tahu 1920-an deh :hihi.
Agak berat hati kalo ngajak temen di Jakarta kopdar, ntar yang diajakin gak enak nolak di sisi lain Jakarta itu lalu lintasnya…. 🙂
Aha, aku juga masuk ke ruangan direksi di MBI 🙂 pintunya juga nggak dikunci.
Apa memang sengaja tidak dikunci ya Om :hehe.
Ah si Om, belum juga dicoba :p.
Pas nulis status di FB itu ya secara nggak langsung bilang, “temen, aku di jakarta nih, jalan yuk” hihihi, tapi karena banyak banget temen di Jakarta dan agak susah mention satu-satu jadi begitulaah.
Lain kali aku gak akan ragu colek Gara hehehehe
Iya, kalau aku ke Palembang juga Omlah yang akan pertama kucari :wkwk.
Oh iya dong, kalo nyari Chelsea Islan di Palembang gak bakalan nemu hahaha
Iya, yang saya cari Om kok, bukan Chelsea Islan :hihi.
Kalo gitu Gara cari Chelsea-nya dan ajak ke Palembang ya hahaha
Baiklah… akan saya coba :haha *laaah?*.
Ooooooom….. Maafkan baru di add lagi alamatmu. Ini kemaren ganti account buat feedly.
Sayah juga merasakan kesentimentilan itu Om. Ah kok jadi kangen. Hahahaha
Apalagi pas ditanya apa punya rekening itu mas Dani, kagak tahu dia kalo aku….. hahaha
Hahahaha. Etapi Om, aku wis putus hubungan sama kartu kreditnya. Nyebelin soale 😛
Aku masih mas. Hubungan kami benci-benci cinta gitulah buahahahahahaha
Huahahahaha. Udah lama banget ga dipake soalnya.
Aku pas ke kota tua museumnya pada tutup. Apa karena hari libur ya?
Oh ya, apa mbak Yana ke sana hari Senin? karena emang tutup kayaknya kalau Senin.
Hari jum’at kalau nggak salah, yan
Wah nggak tahu juga ya kalo Jumat. Artinya mb Yana kudu balik ke Jakarta lagi dong ya 😀
Kalo kelilingnya sendirian, keknya bakal merinding disko juga kali ya. Hehehe…
Iya dikau datangnya wikdeis sih. Padahal gw bisa ajak tur pake komuter, judulnya jadi RoKer seharian bareng bang CaRoK. Hahaha
Hahaha bakalan seru banget kayaknya. Empit-empitan di CL. Bang bang, hidupku sudah empiiit baang jangan ditambah empit lagi *apasih* 😀
Waaah seru.. Aku dulu ke museum bank mandiri tapi cuma di lantai 1 aja. Belom pernah ke lantai 2 dan ke basementnya itu.
Berarti kudu balik lagi ke sana mbak 🙂 lantai bawah tanahnya menarik. Walaupun kalo sendiran agak serem ehehehe
Iya nih, kalo ke Jakarta mau main2 ke sana lagi ah. Makasih yaaa infonya 🙂
Sama-sama 🙂
Museumnya keren. Tapi suasanya kok menurutku agak2 serem gitu, yah….
Hihi, iya karena gedung tua. Tapi sebetulnya di museum ini lumayan rame dan banyak petugasnya.
Iya beneran serem liat yg pas Kasir Cina itu, bonekanya itu looohh…
Wuih itu ruang penyimpanan uangnya mengingatkanku pada adegan film yg ada perampokan ruang bawah tanah dari suatu bank yg isinya emas semua itu loh mas…film apa ya? klo ga salah filmnya Bruce Willis *komen koq malah bikin puyeng hahahaaa
Bener banget mbak Uniek, filmnya Bruce Willlis. Film Italian Job juga pencurian emas hehe. Cece Tionghoanya keliatan langsing hahahaha
Malah jarang deh kalau ke Jakarata main ke museum. Asik juga ya ternyata om hehehe
Asyik banget 🙂 coba dong ^_^
Ping balik: Melongo Takjub di Museum Bank Indonesia |
Museum Mandiri memang keren, meski lightingnya nggak sebagus Museum BI tapi kecelah hehehe. Pas jalan sendirian lumayan merinding nyusuri ruang bawah tanahnya, trus kelewat masuk ke ruang direksi. Kupikir ruang direksinya tertutup untuk umum, Yan 🙂
Waktu itu dibuka ruang direksinya dan sepertinya memang terbuka untuk umum Lim 🙂
Iya bener, rada gimanaaa gitu haha cuma tetap asyik ya 🙂
waahhh aku baru tau museum ini loh…. Buset itu buku besarnya ga kebayang hahahah… di tempat aku kerja, HSBC, juga ada tuh di simpen 1 buku besar yg udh ga kepake :D.. dr jaman dulu bngt… sengaja diksh liat ke staff yg masih baru utk ingetin, kalo kerjaan kita skr ini jauuuuh lbh mudah dr dulu hahahah
eh btw mas, kalo ga punya rekening mandiri, gmn tuh? harus buka utk bisa masuk museum? aku ga tertarik buka soalnya :D..
Tentu saja nggak harus nasabah mandiri untuk bisa masuk ke museum ini mbak 🙂 semua juga dibolehin kok 🙂
Ya allah, itu museum.luas amat yaah, bang yan.
Kalo malam, ada yanh jagain gak? Om ndut?. Gakk sampek kelihtaaan mistis jek museum kebanyakan yaaaaaa hahaa
Hahaha barusan banget kemarin nonton Night in the Museum, kebayang kalo semua patung di sana hidup :))
Wkkwkwkw….
Aku jga suka sama itu film mas. Sayange ora-ono fosil dina saurusee hahahaa
Ada satu hahaha
wah saya hampir 2 tahun belum pernah kesana mas 😦 hiks
Hayo mas disegerakan 🙂
Di ruang penyimpanan uang itu masih ada uangnya gak Bang? Hihihi kali aja bisa iseng ngebuka itu safe deposit box. XD
Ih keren banget deh. Saya malu dulu pernah ke Stasiun Kota tapi ga pernah jalan ke Museum ini. Huhuhu 😦
Tentu saja nggak ada, kalau ada bisa-bisa ditilep hahahahaha.
Hayolah main ke museum ini 🙂
kali aja ada Bang, uang lama yang langka. Koin gitu.
gak membosankan laah, kan bisa selfiee.. hehesalam kenal mas
Hahaha tentuuu. Salam kenal kembali 🙂
yang bikin patung patung itu kawan aku kuliah yan hehehe : )
Wuih keren kak. Patungnyo bagus baguuus
Ping balik: MUSEUM JADUL BANK INDONESIA – Site Title
Ping balik: Singgah Sekejap di Lawang Sewu | Omnduut