Ayeey, akhirnya aku bisa swap blog dengan Pandah juga! Pandah aka Tukang Minggat adalah nama bekennya Hendra Fu di jagat perbloggingan. Pandah ini pelancong handal euy! bentar lagi akan mengkhatamkan Asia Tenggara! Keren yak! 🙂 nah di edisi puncak swap blogging ini, aku akhirnya berkesempatan untuk swap blog dengan Pandah. Nah di tulisan ini Pandah akan cerita mengenai 7 pengalaman serunya ketika traveling 🙂 cekidot!
* * * Yuhuwww, reader, this is Hendra, Tukang Minggat. Meski secara de facto maupun de jure, saya nggak punya hubungan darah dengan Dora dan Diego, saya juga doyan kelayapan menjelajah sudut-sudut dunia.
Kali ini saya berkesempatan untuk menyambangi blog Om Nduut, Swap Partner saya di putaran terakhir ini. Tema yang diangkat oleh tuan rumah bulan ini, bang Badai yakni “Seven Facts about You”. Sejenak saya memutar otak, apa yang spesial dari diri saya untuk bisa dijadikan bahan tulisan. Inspirasi saya pun mendadak hadir tatkala saya mengflush pup saya #maaf, lagi di kamar mandi, hehe.
Manusia tidak pernah luput dari khilaf dan dengan demikian, mari kita membahas tujuh hal bodoh yang pernah terjadi ketika saya sedang ngetrip. Bisa dibilang, saya adalah traveler yang serampangan, ceroboh bin slordehhh. Banyak kejadian-kejadian bego yang tidak semestinya saya alami begitu saja akibat kecerobohan saya.
1. Ketinggalan kereta di Pekalongan
Saya sudah standby menunggu kereta yang akan mengantarkan saya pulang ke Jakarta dari jam tujuh. Di tiket saya, kereta akan berangkat jam 8 malam. Oleh karena itu, setiap kereta yang berhenti di depan saya tidak saya hiraukan.Tepat setengah delapan malam, di hadapan saya sedang nongkrong sebuah kereta yang tempat duduknya berhadap-hadapan, terhalang oleh sebuah meja. Saya melihat kereta itu sebentar dan berkomentar dalam hati, capek nggak ya duduk di kereta itu selama beberapa jam?
Tak lama keretapun bergerak dan meninggalkan stasiun. Saat itu menunjukkan pukul 7.45, dan nggak ada lagi kereta yang lewat sampai setengah sembilan. Saya bingung. Kereta saya delay ya?Saya pun mencari petugas untuk bertanya apa kabarnya kereta saya, kok sudah setengah jam belum muncul juga.
Saya menunjukkan tiket kereta api bisnis saya pada salah seorang petuga dan gantian petugasnya yang bingung sehabis melihat tiket saya seraya berkata, “Lho pak, kok nggak naik kereta yang tadi?”
“Lho, bukannya kereta saya jam 8? kok tadi datengnya setengah 8?” kata saya membela diri.
“Iya, keretanya datang lebih awal, Pak”.
Saya terdiam lagi. Mampus deh gua!
2. Ketinggalan Pesawat di Singapura
Pagi itu pukul delapan, saya masih duduk manis menghabiskan sarapan saya di hostel, sedangkan flight saya ke Indonesia dijadwalkan pada pukul sepuluh. Pikir saya saat itu, perjalanan dari stasiun MRT Little India ke bandara Changi hanya memakan waktu tidak sampai satu jam.
Bodohnya saya, saya lupa memperhitungkan waktu yang saya perlukan untuk berjalan kaki dari hostel, menunggu MRT tiba, check in di bandara sampai pada antrian di loket imigrasi. Alhasil saya ketar-ketir sepanjang perjalanan di MRT dan saya akhirnya sukses ditolak di konter cek in karena waktu yang tersisa tinggal sepuluh menit sebelum pesawat take off
3. Kena tilang di Cambodia
Saya nggak punya SIM internasional, tapi saya tetap nekad menyewa sebuah sepeda motor di Phnom-Penh untuk menghemat pengeluaran—ketimbang saya harus membayar paket tur harian keliling kota. Di sebuah perempatan lampu lalu lintas, saya dengan santai berbelok ke arah kanan. Tak lama, polisi yang berdiri tidak jauh di depan sana menghentikan saya dan meminta surat-surat saya. Saya bengong, memangnya salah saya apa. Setau saya tadi lampu lalu lintasnya sudah berubah hijau.
Ternyata oh ternyata di Phom-Penh terdapat tiga lampu yang berjajar menyamping bagi masing-masing petunjuk arah (belok kanan, lurus, dan belok kiri). Dan kebetulan lampu yang menyala tadi adalah adalah lampu yang ke arah lurus, sedangkan lampu yang berbelok ke kanan masih merah. Begonya saya, saya hanya terpaku pada lampu yang arah lurus saja. Pada akhirnya saya pun harus membayar denda di tempat sebesar USD 5.
4 Kena scam di Vietnam
Hati-hati dengan beberapa penjaja Cyclo (becak) di Vietnam, terutama di Ho Chi Minh. Sebagian dari mereka merupakan scammer ulung yang berniat memeras para turis dengan City Tour yang mereka tawarkan. Dan alhamdulilah saya adalah salah satu korbannya. Suatu kali, di bilangan Pham Ngu Lao, Ho Chi Minh, saya diikuti oleh seorang tukang cyclo hingga kurang lebih satu kilo meter sendiri. Berkali-kali saya blang NO, dan sama sekali tidak digubris, akhirnya saya menyerah dan saya terima tawarannya untuk berbecak ria keliling kota.
Awalnya saya nggak sadar kalau saya sudah masuk perangkap scammer keparat itu sampai acara berbecak ria selesai dan ia meminta upah sebesar VND 3.000.000,- (sekitar IDR 1.500.000,-) untuk city tour selama 1,5 jam tersebut. Saya pun mengomel panjang lebar sambil menyerahkan VND 300.000,- (IDR 150.000,-) dan meninggalkan si tukang cyclo yang juga nggak kalah galaknya memaki-maki saya.
5. Celana sobek waktu klabing di Bali
Hobi saya setiap ngetrip adalah mencicipi kehidupan malam setempat. Dan setiap kali ke Bali, saya nggak pernah absen untuk mampir sejenak ke Legian Street, pusat hiburan malam pulau dewata tersebut. Suatu ketika, saya bersama teman-teman menghabiskan malam di Sky Garden, gedung dengan klub yang berbeda-beda tiap lantainya. Di klub lantai pertama, saya totally behave, hanya menggoyangkan bahu dan menghentakan kaki pelan ke lantai. Malam kian larut dan kami pindah ke lantai berikutnya, kami bergoyang semakin liar. Kepala pndah ke kaki, kaki pindah ke kepala dan BRETTTT, celana saya tiba-tiba sobek lebar pemirsa!
Terdiam menahan malu, saya menutup bagian yang robek di belakang dengan tas pinggang mungil saya sambil berharap teman-teman segera mengajak pulang. Mood party pun menguap seketika.
6. Nyasar di Manila
Ketika saya ngetrip ke Manila, tepatnya dalam perjalanan dari Mall of Asia ke Malate (distrik di mana saya tinggal selama beberapa hari) dengan taksi. Taksi melintasi jalan utama dengan lancar. Pada awalnya, saya masih bersantai menikmati pemandangan dari beberapa gedung pencakar langit di luar jendela sampai sang sopir bertanya pada saya “Apa nama hostelnya?”
“ABCDE hostel”, jawab saya.
“Anda punya alamatnya?”
Kemudian suasana hening sejenak Astaga! sayalupa mengambil kartu nama hostel dan saya tidak menuliskan alamatnya. Di kunci pun tidak tertera informasi sama sekali tentang hostelnya. Ketika taksi sampai di Malate, saya menepi dan turun di alun-alun yang saya lewati pagi tadi. Dengan mengandalkan ingatan berantakan saya, saya lalui setiap sudut jalan, berputar-putar selama hampir satu jam tanpa hasil. Beberapa kali kali saya melewati toko-toko yang sama, kafe yang sama, klub malam yang sama. Bertanya beberapa orang di sana tidak membantu sama sekali karena ternyata hostel saya tidak begitu popular. Akhirnya saya menyerah dan menghentikan sebuah bentor. Puji Tuhan, bentor itu tahu dimana hostel saya berada dan akhirnya saya sampai di hostel dengan selamat!
7. Luntang-lantung subuh-subuh di HK
Masih berhubungan dengan dunia malam, dua tahun lalu, ketika saya ngetrip ke Hongkong, teman-teman yang tinggal disana mengajak saya dinner dan nongkrong bareng. Pikir saya, mungkin hanya dinner sebentar lalu pulang. Ternyata selepas makan malam, kerumunan menjadi semakin ramai karena mereka mengajak teman-teman yang lainnya, yang akhirnya membuat semuanya terdampar dari satu klub ke klub malam lainnya sampai subuh.
Saya mulai panik karena awalnya saya hanya membawa uang pas-pasan untuk makan malam dan ongkos MRT untuk pulang. Singkat cerita, party berakhir dan masing-masing pamit satu sama lain. Dan saya langsung melongo, tidak ada satupun yang searah dengan saya untuk ditebengi pulang. Sialnya MRT baru akan berperasi empat jam lagi sehingga sekitar satu jam saya bola-balik menyusuri setiap jalanan dengan harapan ada bus malam yang memiliki rute ke tempat saya menginap-hasilnya nihil pemirsa! Akhirnya saya pasrah dan nekad menghentikan sebuah taksi. Saya jelaskan keadaan saya, bahwa uang saya habis dan saya akan bayar begitu sampai di penginapan. Beruntung sopir taksinya tidak keberatan.
moral of the story, kalu ga mau punya 7 kisah diatas, diam aja di rumah.. horeeee asiknya nyasar..
Hahaha iya mbak Tin 🙂
Aku mau deh ngerasain kejadian diatas asal bisa jalan-jalan *kecuali yang ketinggalan pesawat ya hahaha*
ku pernah kog ketinggalan pesawat di swarnabum pula.. dodol, pesawatnya pindah gate dan ku ga denger padahal udah bilang sama yang on duty disitu kalu ada berita kasih tahu.. dodol lagi, ku tanyanya setelah “ngerasa” kog udah lewat jamnya ya? ya emang udah lewat.. cuma karena ga denger dan ga dikasih tahu, jadi deh ketinggalan.. nangis gerunggerung tuh.. males ribut beli tiket lagi.. padahal kalu komplain bisa diganti.. tapi ya salahku juga sih punya kuping soak.. *eh maaf tuhan..
Wah iya, kalau komplain sih harusnya bisa diganti ya mbak Tin.
Oooh kaka Panda tukang nyasar ya #noted
Btw waktu ketinggalan pesawat akhirnya gimana tuh, extend liburannya atau langsung beli tiket berikutnya saat itu juga?
Kayaknya extend deh haha. *nunggu jawaban pandah*
buset dah rame aja hahaha. dah lama nggak blogwalking bhubung kerjaan sbagai babu cuci gosok yg padat merayap
Waktu itu akhirnya beli tiket pake CC lg bang Badai n Tinsyam, scara cash udah tinggal 5SGD, dah ga mgkn eksten di negara singa air ituh T_T kena 80 USD, sakiiiit.
Fahmi, Danan, tapi pengalaman bego gitu yg paling seru buat diceritain dan dikenang sepanjang masa haha.Yaa, bisa buat bahan pembelajaran kedepannya musti gimana yak hehe.
Isna, setujuuuu, panik pas nyasar emang the best feeling ever deh, ketar ketir panik nggak tau lg dimana dan harus kemana hehe. tapi sumpah, kalo ditanya kangen nyasar apa ngga, bakal tak jawab,NEVEEEERRR, haha
duh gua jangan sampe kalo ketinggalan pesawat, apalagi kalo jalan dg org lain bisa merusak acara… makanya pilih datang awal terus mejang di bandara… atau sekalian bobo
setuju banget 😀
Kalo aku sih lebih ke sakit hati kalo kudu beli tiket laginya itu hahaha
udah lama enggak nyasar euy, kangen 😐 nyasar dan segala macam tetek bengek tragedi ketika traveling itu bisa jadi sesuatu hal yang seru buat di inget nanti 😀 *keep traveling*
Aaa bener banget mas Fahmi 🙂 bahkan ketika kisah perjalanan itu dituliskan, bagian itu adalah bagian yang paling seru untuk diceritakan kan ya 🙂
could’t aggree more! 😀 apalagi kalau dapat temen baru gara – gara nyasar 😀
nyasar adalah awal dari pengalaman terbaik
buset dah rame aja hahaha. dah lama nggak blogwalking bhubung kerjaan sbagai babu cuci gosok yg padat merayap
Waktu itu akhirnya beli tiket pake CC lg bang Badai n Tinsyam, scara cash udah tinggal 5SGD, dah ga mgkn eksten di negara singa air ituh T_T kena 80 USD, sakiiiit.
Fahmi, Danan, tapi pengalaman bego gitu yg paling seru buat diceritain dan dikenang sepanjang masa haha.Yaa, bisa buat bahan pembelajaran kedepannya musti gimana yak hehe.
Isna, setujuuuu, panik pas nyasar emang the best feeling ever deh, ketar ketir panik nggak tau lg dimana dan harus kemana hehe. tapi sumpah, kalo ditanya kangen nyasar apa ngga, bakal tak jawab,NEVEEEERRR, haha
Untuk scammer memang paling banyak di negara seputaran Asia mas, terutama ASEAN. Sempet dibahas tuh disalah satu program TV kabel (Aduh udah lupa) tentang negara-negara mana saja yang berbahaya bagi turis karena scammer-nya.
Iya mas 🙂
Namun yang kubaca di Eropa banyak copet juga ^^
pernah punya pengalaman sama ketinggalan kereta dah pernah, waktu itu dari Surabaya ke Jakarta. ditinggal pesawat dua kali malah; menghadiri pernikahan teman di Manado (Surabaya-Manado) & dari Jakarta ke Palembang. hahaha malu ngaku traveler — kalo nyasar mah sering – kalo di kota masih bisa nanya orang, nah pas di country side Mongol, gubrak— ga ada yg bisa ditanyai kecuali gps hahah untung msh bisa pulang ke Indonesia.
Hahaha, kalo nyasar sih gakpapa. Cuma kalo ketinggalan transportasi, rasanya sayang hwhw