
Sokola Rimba. Gambar dari situs Muvila
::: Sokola Rimba :::
| 2013 | Visi Lintas Films | Directed by : Riri Riza | Producer : Mira Lesmana |
| Starring : Prisia Nasution, Rukman Rosadi, Nadhira Suryadi, Nyungsang Bungo |
| Rating LPSI : Semua Umur | Running Time : 90 minutes | Genre : Drama |
| Rating ala Omnduut : 8.3/10 | Rating Movienthusiast : 82% |
Hidup adalah dedikasi. Hal itulah yang ingin diperlihatkan oleh Butet Manurung (Prisia Nasution) takkala bersedia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengajar anak-anak suku Anak Dalam di Taman Nasional Dua Belas, Jambi. Dengan peralatan seadanya, Butet (yang biasa disapa anak-anak pedalaman sebagai Bu Guru) dengan sabar mengajari anak-anak diantara aktivitas keseharian mereka di hutan.
Butet bekerja pada sebuah lembaga non pemerintah yang ditugaskan untuk mengajar anak-anak Hulu suku Anak Dalam. Suatu hari ketika dalam perjalanan, Butet pingsan di tengah hutan dan ditolong oleh seorang anak yang berasal dari Hilir. Anak tersebut bernama Bungo (diperankan langsung oleh anak suku Anak Dalam bernama Nyungsang Bungo) yang di hari-hari selanjutnya terlihat memantau aktivitas Butet dari kejauhan.

Bu Guru sedang mengajar. Gambar dari situs Jabar Tribunews
Butet menangkap rasa ingin tahu di sosok Bungo. Walau begitu, ia sadar bahwa rasa ingin tahu itu bisa berarti sebuah bentuk kecurigaan Orang Rimba yang memang masih memegang teguh adat. Rasa keingintahuan Butet diwujudkan dengan permohonan kepada pimpinan organisasi agar mengizinkannya menjelajahi wilayah Hilir untuk bertemu langsung Orang Rimba yang ada di sana. Sayang, keinginannya ditolak. Namun, Belakangan Butet tetap nekat mendatangi wilayah Hilir sembari berharap ia bisa memberikan pendidikan untuk anak-anak yang ada di sana.
Di film, diperlihatkan bahwa proses pengenalan diri Butet tidaklah mudah. Ia harus bertemu dengan Temenggung (kepala adat) sembari meyakinkan anggota kelompok yang lain. Disanalah ia bertemu Bungo dengan semangat belajar yang tinggi. Sayangnya, sebagian penduduk mulai menolak keberadaan Butet dan menganggap pensil dan kertas itu adalah sebuah ‘penyakit’. Mau tidak mau Butet harus meninggalkan Orang Rimba Hilir yang disaat bersamaan harus berjuang keras hidup nomaden ditengah ancaman pembukaan lahan sawit.

Proses syuting Sokola Rimba. Gambar dari Suara Merdeka
Aku pertama kali ‘mengenal’ kehidupan suku Anak Dalam melalui buku yang berjudul Meretas Aksara di Belantara yang ditulis oleh Tim Warsi. Menurutku, secara garis besar, napas yang diberikan melalui buku dan film ini sama dan sangat terasa. Yakni, betapa pendidikan itu sesungguhnya sangat dibutuhkan oleh Orang Rimba. Aku ingat, di akhir film Prisia Nasution bernarasi dan berkata bahwa, ”… (Bungo, telah berhasil) menjadikan pengetahuan sebagai senjata untuk beradaptasi.”
Kekuatan utama dari film ini adalah keserhanaan. Akting anak-anak Rimba sangat natural (apalagi candaan ‘Rajo Penyaket’-nya yang sangat jenaka). Walaupun sebagian besar syuting dilakukan di hutan, sinematografi film ini tetap terlihat indah (dan sebagian lagi miris, ketika diperlihatkan hutan yang menggundul). Akting Prisia Nasution bagus sekali. Kecakapan Prisia berbahasa Orang Rimba patut diapresiasi. Aku sendiri pernah menonton sebuah talkshow dan mendengar bahwa salah satu alasan Riri Riza dan Mira Lesmana memilih Prisia karena Prisia mampu beradaptasi dan mempelajari dengan cepat bahasa dan tata cara kehidupan Orang Rimba.

Butet Manurung sedang mengajar. Gambar dari blog Sggreendrink
Aku agak selektif menonton film di bioskop. Terlebih lagi film Indonesia. Terakhir aku menonton Sang Penari (hey Prisia Nasution juga ^^). Beberapa film memang aku tunggu-tunggu bahkan ketika proses syuting baru dilakukan. Salah satunya ya Sokola Rimba ini. Akhir kata, Sokola Rimba adalah salah satu karya terbaik duo Riri Riza-Mira Lesmana, salah satu pasangan sineas yang memang concern mengangkat film bertema pendidikan (nama lain yang aku kenal adalah duo Ari-Nia Sihasale). Anak-anak di Indonesia harus menonton film ini! Dimana semangat belajar, hidup bertoleransi dan kecintaan lingkungan disampaikan dengan apik di film ini.
Ah dulu pernah pinjem buku dari temen dengan judul yang sama, belum habis dibaca sudah diminta haha… dan kayaknya ini film beneran layak ditonton deh 🙂
Kata temen yang udah baca bukunya, film ini kurang oke. Nah berhubung aku belom baca bukunya, asyik-asyik aja. Bagus 🙂
udah main ya 🙂
Iya mbak Noni. Dari tgl 21. Aku ngeri nih film bakalan cepet turun layar. Penontonnya dikit >.<
hahaha film2 kayak gitu rasanya emang jarang yang mau nonton ya 😦 aku jg udah jarang nonton film indo lagi sekarang, si matt gak mau soalnya trus temen2 aku yg laen juga gak suka
Kalau mau jujur sih aku juga agak males nonton film Indonesia mbak. Pikirku, ah paling juga akan nongol di TV haha. Cuma yang Sokola Rimba ini penasaran banget 🙂
baru tadi lihat posternya di jalan 😀
Hayo ajak Syaikhan mas Rifki 🙂
Pengen banget nonton ini… Pertama kali denger tentang film ini, aku kira ini karya Ari-Nia Sihasale looh… Secara kan biasa mereka yang bikin film dengan tema seperti ini. Aku suka banget film-film Ari-Nia, apalagi Denias. Puas rasanya melototin keindahan tanah Papua.. 🙂
Jadi film ini juga wajib ditonton rasanya….
Denias itu salah satu film yang aku fav-kan hingga sekarang mbak Dee 🙂 nontonnya juga di bioskop sama teman2 waktu itu ^^
hehehe.. aku sampe beli DVD-nya, Yan… bolak-balik ditonton tetep gak bikin bosen. Pemandangannya ituuuu….! Bikin seger mata…. 🙂
ENDONESAH RAYA 🙂 hihi jadi inget lagunya ^^
Haaa aku gak punya. Dulu masih sering tayang di TV sekarang udah jarang
Sekarang yang paling sering tayang di BCN (TV lokal Batam) itu film Bebek Belur. Rasanya dalam seminggu film itu diputer sampe 5 kali deh… lol
Haha, banyak juga kan ya film di TV. Tetep aja gak tertarik walau gratisan 😀
film bagus. emosi aye diaduk-aduk sama akting para pemainnya.
Pas antri beli tiket, sayang banget banyak yang nonton film hantu seks. Satu studio gak sampe sepuluh orang, 3 orang walkout.
ckckck.. payah bener ya pemirsah
Mending mereka nonton film huliwod deh sekalian :p
makasih om, aku malah belum sempat nulis habis dr kampung … *suara warga Bangko hahahaha
Masih inget namo tempat Butet gawe di film ini dak? ^^ #kepo
di sp(satuan pemukiman) SPA (tabir, bangko) sama SPG (sungai jernih, muara tebo) sama kota bangko 😀
No, bukan itu. Tapi lembaga tempat Butet kerja. W…jaya apaaa gitu.
-_- Wanaraya, aslinya namanya Warsi
Gotcha! ternyata bener itu Warsi ya 🙂
yoa
Pengen nonton ini tapi belum sempet aja 🙂
Nonton nonton 😀 sebelum turun layar ^^
hihihi, smoga masih ada ya ….
InsyaAllah masih ada mbak ^^ 🙂
Baru kemarin nonton.
Iya setuju Mas Yan, Film ini bagus sekali. Salut pada Riri Riza yang bisa mengarahkan akting anak rimba dengan alami. Salut juga bisa menangkap ungkapan-ungkapan khas Rimba seperti “rajo penyakit” jadi sesuatu yang diingat setelah keluar dari bioskop 😀
Ping balik: Pendidikan Anak Rimba | Anakku Harapanku Dunia Akhiratku