Lainnya

Simsalabim! Membangun Jalan ala Belanda

article-2276585-1779C234000005DC-490_632x467

Jalanan di Belanda

“Kok bisa ya jalan mereka bagus dan tertata rapi walau hanya menggunakan batu bata?” batinku dulu ketika menonton film bersetting di Eropa. Beda sekali dengan jalan-jalan di Indonesia yang berlubang di sana-sini (bahkan di kota besar). Di Eropa sebagian besar jalannya dibangun menggunakan bata ubin karena memiliki beberapa keuntungan. Selain mudah dibangun, jalan tipe ini lebih tahan terhadap beban statis, dinamik dan efek kejut serta tahan terhadap tumpahan pelumas dan pemanasan oleh mesin kendaraan. Jalan ini dipilih banyak negara di Eropa yang memiliki iklim bervariatif.

Henk Van

Henk van Kuijk

Mulanya di tahun 2005, ketika Henk van Kuijk berencana membangun jalan di daerah tempat ia tinggal. Idenya mendapat tentangan dari tetangga karena artinya mereka tidak bisa mengakses jalan tersebut dalam waktu lama. Dari kejadian itu, Henk van Kuijk mendapatkan ide untuk membuat mobil yang dapat menyusun batu dan meletakkannya secara otomatis di jalan dengan cepat seolah membentangkan karpet!

Henk van Kuijk berusaha mewujudkan mimpinya. Hingga pada akhir September 2010, Mobil bernama Tiger Stone mulai di produksi di Belanda oleh perusahaan industri milik Henk van Kuijk yang bernama Vanku. Pendekatan yang digunakan dalam ‘Mobil Ubin’ ini mirip sistem auto pilot pesawat terbang yang memungkinkan mesin bergerak secara dinamis menyusun batu-batu dan membentangkannya di jalan. Tiger Stone adalah sebuah platform di atas rel miring. Pondasi miring yang dimiliki oleh mobil ini bisa digunakan di sebagian besar kontur jalan. Artinya batu-batu itu seolah merayap menempel di jalan dengan sendirinya! Fantastik!

article-2276585-1779C23F000005DC-17_632x468

Pondasi Miring 🙂

Bagaiamana cara kerja mobil ini? Mulanya batu bata ditempatkan di bunker yang terdapat di atas mobil. Dalam satu kali pengerjaan, 2.5 ton batu bata bisa ditampung oleh mobil ini. Tiger Stone juga digerakkan oleh motor listrik yang berjalan pelan tanpa kebisingan sehingga meminimalkan kerja manusia dan bisa dioperasikan di malam hari. Hal ini sulit dilakukan oleh manusia karena harus menunduk dan merangkak hingga cepat lelah dan mempengaruhi hasil akhir pembangunan jalan.

article-2276585-1779C253000005DC-441_632x471

Bunker yang ada di Tiger Stone

Tiger Stone juga dilengkapi dengan sensor sehingga dapat ‘diperintahkan’ untuk menyesuaikan siklus jalan, tata letak dan proses peletakkan rangkaian batu di jalan. Sehingga peletakan rangkaian batu bisa dilakukan dengan akurat. Mesin akan menerima petunjuk hingga ke detail milimeter untuk memastikan batu-batu tersebut tersusun baik tanpa resiko mengganti batu yang rusak atau hancur.

Dengan ‘hanya’ diawasi 2 pekerja, Tiger Stone mampu membangun hingga 300-400 m² jalan perhari. Bandingkan jika dikerjakan oleh manusia yang hanya mampu membangun 75-100 m² saja. Tiger Stone memang mobil pintar yang bermanfaat. Penemuan ini bahkan sempat dinominasikan di Herman Wijffels Innovatieprijs.

Screen-shot-2010-11-15-at-3.33.38-AM-430x288

Seperti membentangkan karpet

Berapa harga Tiger Stone? Yakni 60.000-80.000 euro atau sekitar Rp. 900 juta. Harga sebuah inovasi memang mahal, namun sepadan dengan hasil yang ditawarkan, bukan? Berbagai pujian datang dari berbagai pihak. Misalnya Edwin Muijis –salah satu pendiri perusahaan Van den Elshout & De Bont Mays Edwin yang berkata, “Kami terkesan dengan manfaat dibalik kesederhanaan mesin ini.

Terima kasih Henk van Kuijk yang telah memegang teguh pepatah Belanda, “Indien gih iets doet, doe het dan goed | if a job is worth doing, it is worth doing well”  keren!

Screen-shot-2010-11-15-at-3.38.51-AM-430x285

Simsalabim! jalanan mulus telah terbentang 🙂

Sumber informasi dan gambar [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

37 komentar di “Simsalabim! Membangun Jalan ala Belanda

  1. mantabs sekali inovasinya, kayak permadani yg dibentangkan gitu ya, padahal dari batu.
    kalo mesin ini ada di Indo, banyak para tukang jalan terancam nafkah pencahariannya Yan 😀 *dilema*

    • Tenaga mereka masih dibutuhkan kok Wan 🙂 Jika infrastruktur sudah baik, artinya kesempatan untuk membuka peluang di sektor lain terbuka lebar. Misalnya pariwisata. Siapa tahu mereka kelak jadi pedagang yang memiliki penghasilan lebih baik 🙂

  2. wah postingan yang keren om. Andai sistem seperti ini diterapkan d negri sendiri pasti semua terasa lebih dekat dengan alam. Dengan efek kejut yang di hasilkan, otomatis para raider alay ga geber motor lagi di pusat pemukiman. Kalau aslob (Aspal berlobang) yah kayaknya cerminan dari wajah si pelaksananya tu kayaknya. Gimana ga berlobang kalau kucuran dana sebagian masuk kantong pribadinya. Ckckck.. 😦

      • Sama-sama mas. Andika pikir, kita bisa mewujudkan yang berkualitas kalau memang niatnya ingin memberikan yang terbaik. Tapi Andika sendiri sering mendengar ungkapan “kalau di buat yang super kualitas, kapan lunturnya(kualitas)?” nah jika kualitasnya rendah, otomatis proyek ini selalu ada dan otomatis duit pun mengalir terus ke pundi2nya. Tak ada yang mustahil jika kita ingin memberikan yang terbaik! 🙂

      • Aku juga udah main ke blognya 🙂 Keren! Semoga komenku disana bisa terbaca ^^
        Terima kasih sudah mampir ke blogku. Amin, semoga tulisanku ada manfaatnya ya ^^

    • Iya itu pemikiran yang dangkal dari pemberi kebijakan. Sama seperti urusan birokrasi, “jika bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah?” yang menyokong semangat UUD yang salah (yang ini mah Ujung-Ujungnya Duit). Harusnya mereka berfikir ke depan, jika jalanan bisa digunakan lebih lama, artinya membantu pengguna jalan untuk beraktifitas lebih baik (sekolah, kerja, berdagang) dan itu keuntungan tidak langsung untuk bangsa dan negara.

      • iya mas, tapi itu lah yang terjadi sekarang. ckckck.. 😦

        Senang bisa berkomentar di sini, tapi karena terbatasnya waktu, Andika harus pamit dulu. Kalau masih d beri kesempatan, Andika akan main lagi kesini. yah setidaknya melihat-lihat postingannya mas. coz blom bisa baca semua ni. hhe..

        Maaf jika komentar Andika tidak pada tempatnya. thx! 😀

  3. emang belanda dalam hal inovasi cukup keren, laut saja bisa mereka jadikan perumahan…seandainya saat dijajah dulu kita sempat belajar banyak ke mereka….hmmm

    • Setuju Moes 🙂 Aku sih ngebayanginnya ya paling nggak tentang Bahasa. Kalo dulu nenek moyang diwajibin berbahasa Belanda, siapa tahu aku juga bisa bahasa Belanda 😀

      • iya, benar juga tu, bahasa belanda itu kesannya soft gimana gitu. lucu kalo dengernya. apalagi kalo org belnada ngomong inggris. aku sering ketawa dengarnya. hehe

        kita terlalu dijejali dengan nasionalisme, pokoknya semua yg berbau asing harus angkat kaki (dulu ceritanya). padahal orang belanda tidak begitu, aku pernah tanya ke kawan yg aseli belanda, apa mereka punya hal hal seperti pancasila, aku malah ditanya balik “emang itu penting?”..hehe.. buat mereka, paham kaki seperti itu gk penting2 kali, yang penting adalah jujur dan tidak ngambil punya orang. itu kata dia …

    • Mereka langsung menerapkannya ya 🙂 Hari gini, nilai-nilai Pancasila sudah gak digubriskan banyak orang (oh God semoga kalaupun aku begitu, ya.. nggak parah-parah banget hahaha).

  4. Rp. 900 juta ga mahal ah, sebanding dengan kemampuan Tiger Stone, cuma kalau di beli di Indonesia berarti mengurangi tenaga manusia artinya menambah penggangguran :D. Di Eropa banyak tenaga manusia mulai dikurangi karena mahal gajinya.

  5. Ping balik: Oouch! Saya Tersasar di Blog Omnduut | La Rêveur Vrai

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan