<<<<< Alex Cross >>>>>
Don’t ever cross Alex Cross
| 2012 | Summit Entertainment | Directed by : Rob Cohen | Starring : Tyler Perry |
| Rachel Nichols, Matthew Fox, Jean Reno, Gioancarlo Esposito |
| MPAA Rating : PG-13 | Running Time : 101 menit | Budget : $ 35.6 million |
| Rating ala Omnduut : 7.4/10 | Rating IMDB : 4.8/10 | Rating Rotten Tomatoes : 12%-51% |
Alex Cross (Perry) awalnya polisi biasa yang atas kinerja baiknya menangani berbagai kasus di kepolisian, menjadikan ia akhirnya diusulkan untuk menjadi agen FBI. Sial bagi Alex, belum resmi ia bergabung di FBI, dia sudah harus menghadapi sebuah kasus pelik yakni serangkaian pembunuhan yang menewaskan seorang jutawan dan mengancam keselamatan jutawan lainnya.
Pelakunya adalah Michael ‘The Butcher’ Sullivan alias Picasso (Fox). Picasso adalah pembunuh keji yang akan menyiksa dulu korbannya sebelum ‘dihabisi’. Korban akan disiksa dalam kondisi dibius. Di satu sisi korban bisa merasakan dan melihat apa saja yang Picasso lakukan, namun korban tidak akan bisa berbuat apa-apa untuk membela diri karena tubuhnya tak bisa digerakkan. Oh ya, Sullivan dijuluki Picasso karena kerap meninggalkan sebuah lukisan tangan dikediaman para korban.
Di suatu aksi penyergapan, Picasso akhirnya tersudut oleh kepungan Alex dan juga rekannya yang lain –Tommy Kane (Burns) dan Monica Ashe (Nichols). Picasso mendapat tembakan yang mengenai bahunya. Kejadian itu membuatnya marah hingga akhirnya menawan Monica dan membunuh istri Alex yang tengah mengandung.
Di tengah kemarahan yang besar, Alex bersama Tommy akhirnya memutuskan untuk ‘menyelesaikan’ rasa sakit hati mereka dengan cara mereka sendiri. Mereka harus adu cerdik dengan Picasso agar tidak ada lagi korban lain yang tewas.
Sebetulnya film ini tidak terlalu buruk. Hanya saja sebagai film yang menyoroti dunia kepolisian yang harusnya penuh aksi, banyak adegan drama di film ini yang seharusnya tak perlu ditampilkan. Alur cerita juga terkadang tidak fokus. Banyak kebetulan-kebetulan yang mengganggu. Selain itu, menurutku pemilihan aktor adalah faktor utama banyaknya cercaan terhadap film ini.
Tyler Perry bisa jadi berwajah garang. Namun, dengan bodi tambunnya, ia kurang cocok berperan sebagai polisi yang bekerja keras menumpas kejahatan. Ya, coba bayangkan jika (kelak) aku berperan sebagai penderita busung lapar. Bukannya gak mungkin ada penderita busung lapar yang gendut dan punya perut buncit berlemak, namun rasanya kurang mengena, bukan? Nah begitupun sosok Alex Cross di film ini. Jika sosok Alex Cross diperankan oleh hmm… Will Smith misalnya, kayaknya lebih cocok. Bahkan Tyler Perry dinominasikan sebagai worst actor di Raspberry Award walaupun akting dia di sini gak buruk kok, cuma… kurang cocok aja.
Dan apa yang bikin aku rela nonton film ini walaupun rating film ini jeblok banget di berbagai situs penilaian film? Karena ada part dari film ini yang syuting di Bali! Walaupun Bali, Indonesia menjadi sekedar tempelan di film ini (seperti halnya Pulau Moyo yang tampil secuil di film Savages), tapi aku sudah lumayan seneng. Semoga kelak Indonesia makin diminati sineas Hollywood ya. Penasaran sama Java Heat dan The Philosophers.
fooooooooooooxxxx.. yay lama ga liat dia, botak ya disitu, blom nonton yang ini..
Entahlah gimana nasip film ini kalo gak ada Fox mbak Tin 😀