<<<<< Carok >>>>>
Catatan Rombongan Kereta
| 2012 | Penyusun : Ancha Anwar | Penyunting : Ihwan Hariyanto |
| Tata Letak : Anhar Arkana | Desain Sampul : Muhamad Nurul Islam |
| Penerbit : Mozaik Indie Publisher | ISBN : 9786029969320 | Harga Rp. 36.000- |
| 139 Hal | Skor ala Omnduut : 7.4/10 | Rating GoodReads : 3.5/5 |
[Bisa jadi ini ulasan yang sangat personal]
Dari kecil aku sangat penasaran gimana rasanya naik kereta api. Namun kesempatan untuk menjajal transportasi panjang nan meliuk-liuk ini ini tak kunjung datang hingga akhirnya dua tahun lalu aku berkesempatan untuk liburan di Batu Raja, Sumsel.
Pengalaman pertama menaiki kereta sangat menyenangkan. Walaupun kereta yang dinaiki kelas ekonomi yang padat penumpang dan pedagang, tapi waktu itu yang terasa hanya fun. Yaah, bisa jadi karena naik keretanya dalam rangka liburan bersama keluarga besar. Jadi, kepanasan dan rengekan sepupu-sepupu kecil tak terlalu berarti.
Kalau dipikir dalam akal yang dangkal, kereta api-lah transportasi yang paling aman menurutku. Bagiamana tidak, dia memiliki jalan sendiri yang eksklusif! Walaupun pada kenyataannya, kecelakaan kereta api (apalagi di Indonesia) cukup banyak dijumpai. Penyebabnya juga beragam. Baik human error atau kejadiaan tak terduga lainnya (tanah longsor misalnya).
Aku tidak tahu pasti, tapi bisa jadi Carok : Catatan Rombongan Kereta ini adalah satu-satunya buku di Indonesia yang merangkum kisah-kisah para RoKer (Rombongan Kereta) alias pejuang kereta yang pernah ada. Ide dasar buku ini dilontarkan oleh Mr. Moz (bos besar Mozaik Indie Publisher) dan disambut baik oleh Ancha Anwar –pecinta film yang melalui blog pribadinya rutin menceritakan kisah-kisah seputar perjalanannya menggunakan kereta.
Halaman-halaman awal buku ini pembaca akan disambut dengan tulisan berjudul Guideline : For Newbie yang ditulis secara kocak oleh Ancha. Yah, sesuai judulnya, bagian ini dimaksudkan sebagai panduan ber-KRL ria. Salah satu aspek yang menurut Ancha harus dipersiapkan untuk menjadi roker adalah Fisik dan Mental.
“Banyak temen gue yang katanya merasa siap dan sanggup berebutan tempat serta berdesak-desakan dalam kereta, tapi kenyataannya, mereka menyerah dan dadah-dadah ke kamera…” halaman 3.
Masih di bagian yang sama, menurut Ancha, naik kereta juga memungkinkan untuk dijadikan ladang pahala. “Bagi orang yang ga tegaan, tolong bawa uang receh banyak-banyak. Kalo lo termasuk orang tajir, bawa pecahan gede juga ga apa-apa sih. Soalnya disekitaran stasiun kereta dan dalam kereta ekonomi banyak pengemis.” Halaman 4.
Ada lebih dari 20 kisah roker yang disajikan buku ini (ditambah 2 tulisan dari penyusunnya). Beragam cerita tertuai di sana. Misalnya, kisah Kondektur Cinta yang ditulis oleh Tomy M Saragih. Ceritanya, Tomy merasakan getaran-getaran cinta di dalam kereta. Sayangnya, itu adalah getaran cinta yang salah. Kenapa? Soalnya… soalnya… pada intinya sih, sebagai pembaca, aku mengharapkan tercipta ending yang lebih romantis di sana. Uhuk!
Di cerita Terima Kasih Gerbong ‘Kosong’ yang ditulis oleh Bambang Priantono aku mendapatkan sebuah fakta, bahwa orang baik-baik yang membeli tiket resmi pun rela bergelap-gelap ria demi menghindari lautan manusia di gerbong kereta. Walaupun yaah… bisa dibilang keadaan di gerbong kosong itu tidak lebih baik juga. 😛
Soal salah lihat jadwal dan menaiki kereta yang salah tersaji pada pengalaman Dr. Prita di Rombongan Heboh di Kereta. Benar saja, setelah heboh sana-sini mengenai kursi yang dobel tiket, akhirnya jelas sudah bahwa Dr. Prita dan keluarga menaiki kereta yang salah. Olalah malunya 😀
Namun, kisah yang bikin aku tertawa keras lagi-lagi datang dari Ancha melalui kisah When Natural Call. Di tulisan itu sih Ancha ngakunya menceritakan ulang pengalaman temannya yang mendadak kebelet boker di kereta. Namun jujur, aku sih ngerasanya bahwa embel-embel mengisahkan ulang hanyalah kedok semata untuk mentupi fakta bahwa kisah itu adalah kisah nyata penuturnya sendiri. Hehe.
Oh ya, selain kavernya yang apik, kelebihan lain buku ini adalah tersedianya sisipan komik yang menjadikan Carok : Catatan Rombongan Kereta tersaji lebih kreatif dan inovatif. Secara fisik, Carok buku yang ‘gagah’. Tak terlihat tanda-tanda rentan dipenjilidannya. Variasi font dan size pada judul juga lebih sedap dipandang.
Namun, sebagai buku keroyokan, jujur saja ada beberapa kisah yang disajikan sangat apa adanya. Jika isi buku ini concern ke genre komedi tentu akan lebih menarik lagi untuk dinikmati. (Jujur saja, aku membayangkan suatu hari Ancha menulis buku solo, karena ia sangat berbakat ngebanyol melalui kata-kata tsaaah).
Kaver yang aku sajikan pada ulasan ini sudah sangat baik. Sayang pada edisi cetakannya, terdapat endorsement di sampul buku yang menurutku kurang oke. Selain font dan komposisi jarak yang tidak menarik, aku tidak melihat dampak positif dari keberadaan endorsement itu. Oops, sorry. Keberadaan endorsement itu malah seperti pisau bermata dua.
Terlepas dari itu semua, keberadaan Carok menjadi pewarna dalam industri penerbitan tanah air. Silahkan ‘dikencani’ untuk mengetahui hal-hal apa saja yang bisa terjadi di dalam kereta. Selain itu, melalui buku ini, tersirat sebuah harapan akan transportasi kereta yang lebih baik di masa yang akan datang.
Alhamdulillah, boleh dibilang Carok adalah proyek intern Mozaik yang paling sukses. Dari rencana POD sampai akhirbya bisa menggaet investor sehingga bisa cetak 500, dapat percetakan yang lebih baik juga. Semoga dengan semua keberutungannya itu, Carok bisa survive di dunia literasi Indonesia. Makasih Yan atas compliment dan kritikan membangunnya.
Sama-sama Wan. Wah ternyata carok ada investornya ya? keren deh 🙂 Harapanku teteeep…. semoga bisa tersebar ke seluruh Indonesia 😀
Alhamdulillah, ini lagi cari sponsorship untuk buku2 kami selanjutnya he3
doain goal ya.
Amiiiinnn…. niat baik InsyaAllah akan selalu terbuka jalan. 🙂
mau dunk wan… penasaran sama carok 🙂
Silahkan cek di mozaik indie, atau ngerampok penyusun bukunya juga boleeh 😀
bisa ngerampok publishernya, atau ngerampok yang bikin jg boleee
*hadang di kereta langsung* hahahahaha
Langsung aja beli di gramed se-jabar Feb, udah ada kok.
jangan rampok aku ya, stoknya di mozaik tinggal atu-atunya 😀
oh, ada di gramed wan? Ya udah, ngerampok ke penulisnya
eh btw, ga ada e-booknya? ntar gw bayar
deket kan sama Ancha, langsung hadang aja di stasiun.
wah kalo antologi ini aku kudu ijin sama kontributornya apa mau diterbitkan versi e-book.
kalo partisi kan solo, aku sih fine-fine aja.
oooowww… ic ic
Reblogged this on CaRoK and commented:
Review pertama buku Carok yg gw baca!
Semoga berkenan 🙂
aha jadi pengen ngereview deh.. udah nulis tapi lupa difolder mana ya simpen?
Foldeeeer…. Fooollldeeeerrr *manggil-manggil folder* Ditunggu ulasannya mbak Tin 🙂
di Gramedia udah ada?
Sementara di Jakarta dan Jabar mas Bimo (cmiiw ya Mr.Moz) kalo aku beli online 🙂
ntar kalo main ke gramed aku liat…
Semoga ketemu ya mas Bimo 🙂
kocak istilah nya CAROK kayak bahasa madura hehehehe
Sepertinya emang begitu. Keliatan dari dialog di kaver, hihi.
Ping balik: pernikahan punya cerita – MY WEDDING STORY – | La Rêveur Vrai
hihihi CAROK “catatan rombongan kereta” di ki8ra apaan gan carok itu hahha
makasih postingannya :d
Sama-sama 🙂
hahaha dikirain saya apa itu gan..
terimakasih yaa ntuk postingannya gan 😀
Sama-sama 🙂
aha kirain apa gan 😀
makasih yaa 😉
Hihihi sama-sama 🙂