Pelesiran

Cara Mudah Mengabadikan Video Liburan di Kerala, India Menggunakan FilmoraGo

Jika belum pernah ke India, saya pribadi menyarankan untuk tidak ke Kerala. Kenapa? Karena yang ditawarkan Kerala itu alamnya. Dan, sebagai warga Indonesia, bisa dibilang kondisi alam India dan Indonesia itu nggak beda jauh. Bahkan, di beberapa aspek, Indonesia jauh lebih bagus.

Tapi, sebagaimana umumnya, tentu ada hal-hal menarik yang nggak ada di Indonesia atau bahkan kota-kota lain di India sana dan hanya ada di Kerala. Apa saja sih? Aha, bersama beberapa rekan seperjalanan Maret lalu, saya akan merangkumkan tempat-tempat yang kami kunjungi. Simak, ya!

Melipir ke Museum Teh di Munnar

Saya dan rombongan masuk ke India melalui Cochi International Airport. Setelah drama di perjalanan, kami tiba di Cochi lewat tengah malam dan langsung menuju ke hotel tak jauh dari bandara. Lumayanlah beristirahat sebentar. Esok paginya, setelah sarapan kami langsung meluncur ke kota Munnar yang berjarak 123 km dari Cochi dan ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam.

Kerandoman museum teh ini 🙂

Ada beberapa tempat yang masuk dalam itinerary kami. Tapi, keputusan untuk mau mampir atau tidak diserahkan sepenuhnya ke rombongan. Nah, seru, kan! jadi perjalanan bersama Dua Pao ini sangat fleksibel. Di perjalanan, kami sempat mampir ke Spices Garden. Saya sih pernah ke sana dan ternyata ya isinya kebun rempah-rempah yang kadang juga ada di perkarangan rumah kita sehingga kami nggak memutuskan masuk hehe.

Kami tiba di Munnar sekitar jam 11 dan segera menuju lokasi wisata pertama yakni Tea Museum yang pertama kali dibuka tahun 2005 oleh Nallathanni Estate/Tata Tea sebagai bentuk pengakuan bahwa perusahaan mereka berperan besar di sana. Tadinya saya kira museum ini satu lokasi dengan pabrik, ternyata berbeda. Tiket masuknya INR 125 atau setara IDR 25.000. Lumayan sih untuk sebuah museum di India hoho.

Foto-foto yang menjadi bukti sejarah.

Begitu masuk, ternyata ruangan di bagian dalam tak terlalu luas. Ada satu ruangan berisi bioskop yang sayangnya sedang berlangsung pemutaran film. Kalau mau masuk ke sesi selanjutnya harus nunggu sekitar 30 menit. Kelamaan, bang! Perut udah lapar haha. Jadilah, kami hanya melihat-lihat ruangan yang ada di sana.

Jujur, ini museum yang random. Di satu ruangan malah penuh dengan kepala hewan kayak rusa dan kerbau. Di ruangan lain malah ada mesin tik, telepon kuno dan bahkan bath up! Yes, bak mandi dari kayu yang saking antiknya pingin dibawa pulang sama Bu Agnes hahaha. Tak lama, kami memutuskan keluar dan menuju sebuah restoran untuk makan siang.

Teriak Sampai Serak di Echo Point

Perut kenyang, kami lanjut lagi jalan menuju Bendungan Madupetty. Letaknya sih nggak jauh dari pusat kota. Nah, dulu saat saya dan rombongan Kerala Blog Express berkemah dan trekking ke Gunung Phantom, saya sempat melihat Danau Gundala tempat bendungan ini berada dari kejauhan. Tapi, saat itu kami nggak main ke sekitaran danau ini.

Ini adalah bangunan penting di Munnar karena menjadi sumber vital dari pembangkit listrik tenaga air. Keberadaan air di Danau Gundala ini juga menjadi “nyawa” bagi hewan-hewan yang ada di sekitar sana terutama gajah-gajah liar. Sekilas, danau ini nampak biasa memang. Maksud saya, sebagai WNI pasti kita pernah mengunjungi danau seperti ini.

Danaunya cukup luas.

Papan informasi di seputaran dam.

Andreas duduk di sekitaran Echo Point. Suaranya bergema hingga ke ujung danau sana.

Gundala danau yang luas. Dengan berjalan kaki, kami menuju area parkir tempat sopir kami –Sooraj, menunggu. Kami harus berpindah titik ke sebuah kawasan yang dinamakan Echo Point. Sesuai namanya, di sini pengunjung dapat mendengar gema suara yang diteriakkan. Beda dengan kawasan Madupetty tadi, di Echo Point ini kami harus membayar lagi. Tak mahal, hanya 10 rupee atau sekitar 2 ribu rupiah.

Ini kali pertama saya mencoba berteriak dan mendengar suara gema sendiri. Dan… ternyata susah! Haha. Bahkan, saat kami berlima berteriak meneriakkan nama Hanna, masih sulit terdengar. Kami akhirnya nebeng wisatawan lain yang jumlahnya banyak, ikut berteriak bersama mereka dan barulah suara gema itu terdengar jelas. Tadinya saya mau teriakin nama mantan. Tapi, gak jadi ah, ntar disangka susah move on *padahal iya muahaha.

Rombongan pose di sekitar dam.

Berghibah dulu gaes! hahaha.

Ini damnya lumayan tinggi.

Mampir ke Gereja Matha Patumalla Dan Gunung Kalvary

Sudah pernah nontoin film Chennai Express, belum? Jika sudah, pasti udah lihat video klip yang berjudul “Kashmir Main Tu Kanyakumari” kan? nah, film yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan dan Deepika Padukone itu diambil di Munnar, India. Munnar memang terkenal dengan keindahan kebun tehnya.

Suasana kebun teh di Munnar.

Abang pose dulu, neng!

Saat di perjalanan dari Munnar menuju Thekkady, kami sempat mampir ke sebuah gereja indah yang berada di tengah hamparan kebun teh. Gereja ini bernama Matummala Matha atau Our Lady of Good Health Church. Sebagai informasi, pemeluk agama Katolik lumayan banyak di Kerala. Nah, gereja bergaya Eropa ini menjadi salah satu tempat beribadatan umat Kristiani.

Mirip bangunan yang ada di Eropa.

Bagian dalam gereja. Cakep!

Bu Agnes mejeng di bagian samping gereja.

Cukup banyak tempat berziarah bagi umat Kristani. Sebelum tiba di Thekaddy, kami juga sempat mampir ke Kalvary Mount atau Kalliyanathandu yang merupakan situs ziarah yang berada di atas bukit yang menawarkan pemandangan indah dari Waduk Idukki dan hutan-hutan di sekitarnya.

Tempat ini baru dibuka. Kelak jika bunganya sudah berkembang pesat pasti lebih cakep.

Hey, cantik!

Raja Ampat KW super 🙂

Jelajah Danau di Taman Nasional Buatan di Periyar

Tiba di Thekaddy, setelah makan siang kami langsung menuju Taman Nasional Periyar. Jika nggak datang langsung ke sana, saya juga mungkin susah percaya bahwa taman nasional seluas lebih dari 925 km² ini ternyata taman nasional buatan yang mulai dibangun sejak tahun 1895 saat konstruksi dam Mullaperiyar dibuat untuk kemudian pada tahun 1899, sebanyak 55 km² area taman nasional ini ditenggelamkan sehingga membentuk Danau Periyar.

Perahu yang akan membawa kami berkeliling Periyar.

Hutan bawah airnya.

Di Periyar ini pula, salah satu dari 5 hutan bawah air di dunia berada. Tercatat, ada 35 spesies mamalia yang berkembang biak di sini. Misalnya saja rusa, sambar –sejenis rusa namun bobotnya lebih besar, babi liar, tupai, kucing hutan, beruang kera, luwak dan masih banyak lagi. Namun, yang jadi ikon taman nasional ini adalah keberadaan macan dan gajah India. Sayang, saat kami ke sana, keluarga gajahnya sedang tidak berada di tepian danau sehingga kami tak dapat melihat langsung.

Menyusuri Menginap Di Perahu di Sungai Pampa

Setelah dari Thekkady, tujuan kami selanjutnya yakni ke kota Alleppey atau Allappunzha. Di sini, kami semua diajak untuk menginap di Ketuvallam atau house boat sembari menyusuri Sungai Pampa. Sekilas mengenai Alleppey. Kota yang berjarak 155 km dari ibukota Kerala –Trivandrum ini juga dikenal sebagai Venice from The East sama kayak kota Palembang. Oleh Pusat Ilmu Pengetahuan dan Lingkungan, kota Alleppey 2016 lalu mendapatkan predikat kota terbersih di India. Mantab!

Perahu yang jadi transportasi lokal di Alleppey.

Renang dulu, gaes!

Kettuvalam berjejer rapi 🙂

Nah, karena tujuan kami ke Alleppey adalah untuk menjajal sensasi menginap di kapalnya. Ya mirip seperti jika kalian berlayar dan menginap di Labuan Bajo. Yang asyiknya, sambil berlayar, kami dapat melihat aktifitas warga lokal di sepanjang Sungai Pampa.

Santai di Pantai Sebelum Bertolak ke Kochi

Ada banyak pantai di sekitaran Kochi. Oleh Sooraj, kami sempat diajak mampir ke salah satu pantai yang bernama Pantai Marari. Untuk ukuran pantai, di Indonesia banyak yang lebih indah tentu. Tapi untuk ukuran di India, pantainya apik dan bersih. Saya suka melihat aktifitas nelayan yang ada di sana.

Hey Marari beach.

Santai kayak di pantai. Eh!

Dari sini, kami berjalan sekitar 1 jam menuju pusat kota Kochi. Kami sempat mampir ke beberapa tempat namun hanya berfoto dari luar. Di sini, kami juga sempat mencari oleh-oleh dan mampir ke sebuah sinagog atau kanisah yang merupakan tempat beribadah kaum Yahudi.

St. Francis Church yang saat kami datang tutup.

Salah satu sudut Mattancherry Palace

Kanisah pertama yang saya datangi!

Kami menghabiskan waktu dengan makan siang, santai dan berbelanja sebelum kemudian bertolak ke bandara dan kembali ke Indonesia.

Pamer Video Perjalanan Semakin Mudah dengan FilmoraGo

Selama di perjalanan, saya sempat mengambil video menggunakan handphone dan kamera aksi. Terus terang, dunia vloging baru buat saya. Pun, saat mengambil video yang saya rekam kebanyakan pemandangan. Saya pribadi gak pede ngomong di depan kamera apalagi kalau sampe bilang, “hai guys!” kayak para vlogger hehe.

Duduk di pelataran kanisah pertama yang saya datangi.

Nah, potongan video/footage ini biasanya saya gabungkan melalui aplikasi FilmoraGo yang ada di handphone. Sebagai pengguna awam, saya sangat terbantu dengan aplikasi ini. Sangat mudah dipelajari karena aplikasinya user friendly. Caranya, tinggal memasukkan footage video yang tersimpan di memori handphone ke dalam aplikasi satu persatu, lalu tinggal gunakan berbagai macam fiturnya. Saya sih asal coba aja. Dan, karena mudah sekali mengoperasikannya maka tak susah untuk saya jatuh hati ke aplikasi ini.

Jika mau hasil video yang lebih maksimal, kita bisa membeli beberapa fitur tambahan lain yang dapat mempercantik editan videonya. Misalnya saja membeli filter atau jenis font khusus. Bagi yang mau videonya lebih kece dengan musik, juga dapat membeli musik spesial selain yang memang sudah tersedia gratis.

Nah, saya sendiri akhirnya mencoba membeli salah satu produknya, yakni saya membeli fitur yang dapat menghapus logo. Logo ini biasanya muncul di akhir video. Nah, saya sengaja beli agar video yang saya unggah di sosial media atau youtube jadi lebih kece.

Untuk melakukan pembelian, saya kebantu banget sama GoPay. Caranya mudah, saya tinggal menambahkan metode pembayaran dengan menambahkan GoPay. Selanjutnya, akun Gojek saya akan terhubung dengan aplikasi FilmoraGo dengan cara melakukan verifikasi dengan menggunakan PIN. Begitu terhubung, langsung klik bayar, beres deh!

Laporan pembelian fitur langsung dikirim di email dan saat itu juga aplikasi FilmoraGo langsung dapat saya gunakan. Dan, ini dia teaser ala-ala perjalanan saya di Kerala, India.

Banyak sekali aplikasi di Google Play yang dapat diupgrade fitur-fiturnya dengan menggunakan GoPay. Bagi yang suka ngegame seperti Mobile Legend, PUBG Mobile, Pokemon Go, dsb, dapat memaksimalkan permainan dengan membeli item tambahan pakai GoPay.

Berhubung saya lebih suka baca dan nonton, maka bisa juga kok memanfaatkan fasilitas GoPay ini jika kalian ingin meng-upgrade atau membeli item tambahan di aplikasi baca/nonton kayak LINE Webtoon, WeTV, VIU dsb. Nah, kalau gini, streaming drakor atau nonton drama korea kan semakin mudah dan asyik hahaha.

Btw, penggunaan GoPay pada Google Play lagi ada promosinya sekarang selama Ramadan. Cashbacknya hingga 70% dan pemaikaiannya tanpa batas alias dapat berkali-kali digunakan dan… bebas biaya admin! Promo ini berlangsung dari tanggal 23 April sd 22 Mei 2020. Namun, bagi pengguna baru GoPay, promonya berlaku hingga 31 Mei 2020. Ntaps! Untuk lebih jelasnya, sekali lagi bisa cek langsung di promo Google Play dengan GoPay, ya! Dan, cara mudah untuk reedem kode promonya bisa dilihat di sini.

Dengan begini, nggak ada alasan lagi bosen di rumah, yekan?

31 komentar di “Cara Mudah Mengabadikan Video Liburan di Kerala, India Menggunakan FilmoraGo

  1. Memang benar Kerala mirip-mirip Indonesia yang tropis. Tetapi kalau disuruh ke sana lagi aku masih mau ke Munnar ehehehe. Terus pas nginep di perahu gak bikin video adegan lagu Jiya Jale ala SRK dan Mbak Preity 😀

    Dari sekian kota di Kerala, aku jatuh cinta sama Munnar yang penuh dengan pesona alamnya dan Kochi yang sarat sejarahnya. Gereja Saint Francis tutup ya om pas ke sana? Kasian, gak bisa lihat bekas kuburan Vasco Da Gama dong?

    FilmoraGO memang pas untuk pemula, tetapi entah kenapa itungannya lumayan mahal untuk versi yang premium. Saya lebih suka Quik yang bener-bener gratis, atau InShot yang beberapa fiturnya juga kudu bayar. Yah mau apapun aplikasi editan videonya, yang penting hasilnya ehehe.

    • Menjelang pulang itu India sudah mulai membatasi kunjungan wisatawan, jadi gerejanya ditutup karena alasan covid-19 walaupun herannya tempat lain masih buka dan rame 🙂 gak lama, semingguan deh, India lockdown.

      Aku baru tahu soal InShot. Ini FilmoraGo kalau gak salah aku juga tahu dari Alid dan aku suka pakenya. Simple banget. Dan benar, mau aplikasinya apa tergantung orang yang ngeditnya haha

  2. Aaaaaaaaaa, aku jadi penasaran sama iklim daerah kebun di karala apakah sama seperti kebun teh yang ada di bandung yang terkenal dengan suasana dingin dan sejuk ? Hehe maklum belum aku masih awam banget dengan suasan iklim India yang aku tau iklimnya panas.

    Oh iya, btw aku juga suka edit edit video menggukan fitur filmora kadang kalo lagi iseng jalan jalan dan nemuin spot yag bagus buat di shoot bisa langsung di edit di handphone dan hasilnya kece banget bisa langsung di update di media sosial hehe.

    • Di Munnar nggak begitu dingin, apalagi kami datang pas musim dingin udah lewat. Cuma kalau musim dingin kayaknya Bandung kalah hehe.

      Yup, filmorago simpel banget. User friendly.

  3. itu musiumnya rendom gitu. Aku kira tadi bakal full isinya ya produk teh, foto° teh, atau alat produksi teh. Eh malah tanduk hewan, mesin tik.

    oh kebun tehnya berasa di Pagar Alam – Sumsel.

  4. Dari foto2nya aku setuju kalau dibilang Kerala alamnya hampir mirip-mirip Indonesia. Apalagi kebun tehnya, macam di Pagaralam gitu ya Om hahaha. Tapi culture, dan masyarakatnya tentu berbeda. Thankyou juga untuk info promo Google Playnya ya Om. Langsung cuss deh aku ke TKP

  5. Dibandingkan filmorago, jujur inshoot lebih mudah om.. aku nyoba banyak aplikasi, balik2 inshoot lgi:p

    Btw itu ada kelihatan ada ngapung itu rumah apung bukan ya? Agak lama ngeliatin ya brasa skilas mirip sama rumah apung di film the teacher diary.. ga tau bener ga? Bisa ditarik pindah2 juga ga?

    • Wah makin banyak yang rekomenin InShoot nih. Kapan-kapan coba, ah.
      Iya itu hotel terapung umi. Bisa jalan tentu. Jadi wisatawan akan diajak menyusuri sungai 🙂

  6. Nama danaunya Gundala. Pasti orang-orang yang tinggal deket sana bakalan ketawa kalau tahu di film Indonesia ada superhero yang namanya Gundala. Hehehe…

    Omnduut masuk ke sinagog-nya kah? Dari dulu saya penasaran mau lihat interior sinagog itu aslinya kayak apa. Selama ini cuma lihat di film-film dan baca deskripsinya di tulisan-tulisan.

    Asyik juga kayaknya muter-muter Kerala, Om. Buat santai-santai kayaknya juga bisa. 🙂

    • Haha iya, andai mereka tahu di Indonesia ada superhero an Gundala ya.

      Gak masuk mas karena lewat jam kunjungan/ibadah. Nggak ada orang yang bisa dimintain izin untuk masuk. Padahal pengen banget.

  7. Mas mau nanya dulu, kalo beli aplikasi gini, trus misalnya suatu saat ganti hp, itu ttp bisa di install di hp baru gratis kan? Jrg beli aplikasi aku :D.

    Btw, sinagognya ga bisa foto samasekali yaaa. Sinagog yg aku masukin di Yangon ngebebasin banget foto2 malah :D.

    Btw, yg di echo point’ itu, duuh aku lgs inget pas zaman msh di Aceh. Dulu itu ada tempat di mana gema itu bisa kedengeran jelas. Dkt rumahku. Apa Krn di belakang rumah ada gunung kecil yaaa. Pokoknya paling seneng kalo triak2 dulu, dengerin gema suara sendiri :p.

    Kerala memang alamnya bgs yaaa. Tp jujur, bagian India yg pgn aku dtgin cm Mumbay dan kota2nya yg ada salju saat winter hahahahah. Kerala ada ga sih:D? Nasib ga kuat panas mas, LBH milih yg sejuk. Kalo Mumbay ya Krn pgn bapak tilas tempat yg didatangin teroris dulu 😀

    • Setahuku kalau ganti hape tetap bisa dipake mbak 🙂 asalkan loginnya pakai username yang sama *cmiiw

      Di Lhoksumawe ya? rasanya dulu pernah nyoba juga pas ke sana 😀 dan, iya Kerala panas. Eh tapi tergantung musim. Yang jelas nggak ada salju. Mbak Fanny lebih cocok ke Kashmir aja 🙂

  8. di mana ada tiger reserve, di situ aku ingin datangi.. Hal utama yang bikin aku pgn berkunjung ke India tu liat wild bengal tiger.. Di Periyar itu kalau kuliat2 di internet juga bisa buat “hunting” harimau.. Walaupun taman nasional buatan, ternyata isi hewannya bukan kaleng-kaleng yaa..

    -traveler paruh waktu

    • Bisa Bar. Ada paket perjalanannya berapa hari gitu untuk melihat tigernya. Wajib ditemani petugas. Atau pernah liat gak ada orang pake motor dikejar harimau? nah itu di Kerala hehehe.

      • iyaa pernah liat kok yg pake motor, serem bgt itu wkwkwk, warga lokal sih yaa.. kalau untuk turis sering liat di natgeo wild dan semacamnya yang pake mobil jip terbuka gitu.. cuma kadang serem jg kalau deket anak2 harimau yg kecil2 kadang induknya ngejar.. 😀

        ada info gak omnduut harga paketnya mulai dari berapa ya??

        • Bar, coba cek tulisan Trinity yang berjudul “Safari Mencari Harimau di India” aku baca itu lebih seru tempatnya dan kemungkinan ketemunya lebih gede. Soal biaya barusan aku cek sekitar 3 jutaan buat paket berapa hari gitu (hampir semingguan). Seru banget!

          • Udah baca di blog triniry ttg itu tapi lupa detilnya 😁, ntar dikorek2 lagi.. di india emang banyak sih tiger reserve.. 3jt/org kalau x 3 org (+ayu+kanaya) mahal juga ya 😂😂

  9. Keliatannya Kerala ini sisi India yang ga India-india banget ya. Imejnya sebagian kota besar di India kan kayanya kota yang ramai, penuh sesak dan berpolusi. Kalau ini kayanya lebih sepi dan santai gitu ya.

    Pernah coba edit video pake Filmora yang versi pc. Cukup gampang dipake buat pemula ya, cuma mungkin kelemahannya itu ada fitur-fitur pelengkap (yang kadang esensial) yang dijual terpisah dari software utamanya.

    • Aku pernah juga coba pakai PC dengan watermark segede layar hahaha. Kalau aplikasi hape masih mending ditarok di belakang sekali/akhir video. Kalau di PC ngeganggu banget. Sengaja biar orang beli wakakak.

      Iya, India Selatan itu beda banget. Tapi jadi kurang kerasa juga Indianya.

  10. Ping balik: Drama Malindo & Cerita Perdana Jadi Tour Leader di Tengah Covid-19 | Omnduut

Tinggalkan Balasan ke deddyhuang.com Batalkan balasan