Di tulisan terdahulu, saya pernah cerita bahwa lokasi Benteng Tahula ini dekat sekali dengan penginapan kami di kawasan Soasio. Saking dekatnya, kami baru memutuskan untuk mengeksplorasi benteng ini di hari ke-4 karena di hari sebelumnya kegiatan di Tidore cukup padat sehingga muncullah pikiran, “nanti sajalah, wong deket ini.” Hehehe.
Benar saja, untuk menuju Tahula, dari penginapan Seroja, kami cukup berjalan kaki sekitar 5 menit. Eh ini baru sampai di gerbang benteng di bagian bawahnya saja, ya! Untuk mencapai puncak, ya mesti jalan dulu kurang lebih 5 sd 10 menit, tergantung kadar ke-ngap-an kamu hahaha. Kayak saya yang bertubuh tambun nan seksi ini, kayaknya butuh waktu lebih lama, deh. Tapi saya punya alasan yang kuat ke teman-teman lain.
“Udah duluan aja, aku mau motret dulu.”

Sekarang tulisan “Tahula” ini dicat warna-warni >.<
Padahal aslinya dengkul udah ngilu dan napas sudah memburu. Tapi wajah harus tetap disetel ganteng, dong, ah. Haha. Dan, setelah meniti satu demi satu anak tangga, tibalah saya di bagian atas Benteng Tahula ini. Eh, sebelum saya kasih intip bagaimana keadaan di atas, saya kasih info dulu tentang Benteng Tahula-nya, ya!

Aksesnya mudah kok, udah ada tangga kayak gini. Tinggal ngap apa nggaknya aja hahaha
Sekilas Mengenai Benteng Tahula
Menurut arsip dari Spanyol, pada sekitar tahun 1607, satu tahun setelah Spanyol menaklukan Ternate, Juan de Esquivel, gubernur pertama di Maluku yang memerintah pada Mei 1606-Maret 1609, memerintahkan untuk membangun sebuah benteng di Tidore. Namun, saat itu pembangunan ini tak terlaksana karena kurangnya tenaga kerja.

Benteng Tahula dan view yang membentang. Indah! source : raja-wisata.com
Pembangunan benteng yang dikenal juga dengan nama Tohula (Kota Hula) ini akhirnya baru dimulai pada tahun 1610 oleh Cristobal de Azcqueta Menchacha, gubernur Spanyol saat itu. Akan tetapi, lagi-lagi pekerjaan ini tidak selesai. Barulah, di tahun 1613, pembangunan benteng ini diintensifkan oleh gubernue selanjutnya –Don Jerinimo de Silva yang memerintah pada tahun 1612-1617.
Oleh beliau, benteng ini kemudian diberi nama Santiago de los Caballeros de Tidore atau Sanctiago Caualleros de los de la de ysla Tidore. Hmm, nama yang ribet ya. Kebayang kan kalau ini nama seorang gadis yang harus saya sebut di akad nikah? Hehe.

Laut membentang luas. WOW!
Pada saat itu, benteng ini dihuni oleh 50 tentara Spanyol lengkap dengan artileri untuk melindungi kapal-kapal mereka yang sedang berlabu. Spanyol menggunakan benteng ini hingga tahun 1662. Setelah kepergian Spanyol, di tahun 1707, Belanda yang berkuasa saat itu meminta Sultan Tidore untuk menghancukan Benteng Tahula ini. Namun, sebelum benteng ini sepenuhnya dibongkar, Sultan Tidore Hamzah Fahroedin (1659-1700) meminta benteng ini agar dipertahankan sebagai tempat tinggal kerajaan.
“Diusir” dari Benteng Tahula
Saya ke Benteng Tahula bersama rombongan pemenang Lomba Menulis Tidore untuk Indonesia. Saat itu emang bertepatan dengan perayaan ulang tahun kota Tidore sehingga turis yang datang cukup ramai. Nah, saat berada di Benteng Tahula yang-dinaiki-sampai-ngap itu, saya dan rombongan sempat “diusir” halus oleh beberapa kru TV yang sedang syuting di sana.
Ya nasip ya nasip. Baiklah, kami mengalah. Toh, kami masih ada waktu beberapa hari di Tidore. Jadilah, kami yang tadinya sudah berada di tempat yang ketjeh di bagian atas, bergeser ke bagian bawah benteng. Untungnya, di bagian bawah ini pemandangan tak kalah cantiknya.

Area di tengah benteng ini jadi nampak berwarna.

Di jalur pejalan kaki ini sisi kanan dan kirinya juga banyak bunga
Ada banyak sekali bunga/kembang yang sepertinya ditanam oleh pengelola. Di bagian lain, saya bahkan melihat ada beberapa jenis sayuran yang ditanam. Hmm, boleh juga ini. Ya, ketimbang lahannya nganggur, kan? Hehe. Tak jauh dari kumpulan bunga itu, saya melihat ada ceruk lubang yang cukup dalam. Mirip dengan lubang yang ada di Benteng Torre, tempat saya melihat makhluk halus. Tapi yang di Tahula ini ukurannya jauh lebih besar.
Tepat di bawah benteng terdapat pintu berjeruji yang tertutup rapat. Saya sempat sih melirik ke bagian dalam. Tapi tak melihat apapun karena gelap. Hmm, jadi penasaran pingin masuk walaupun kayaknya jika diizinkan saya nggak mau masuk sendirian wakakak.

Pintu masuk yang tergembok

Pondok tempat nongkrong.
Terdapat beberapa pondok-an juga di area ini. Cocok banget untuk bersantai dan menikmati pempek di sore hari –lha haha. Untuk keberadaan pondok ini saya masih oke sih. Cuma semoga jumlahnya jangan dibanyakin. Mengganggu pemandangan nanti. Biarkan benteng ini sealami mungkin. Amin.
Menghabiskan Sore di Tahula
Heran deh, langit dan laut di Tidore ini kompak bener warnanya. Biru. Beda banget sama Sungai Musi yang kelabu –yah nggak orange to orange juga ngebandinginnya ya hahaha. Intinya, kalau nonkrong di Tahula ini, saya bisa eyegasm. Cantiknya kebangetan!

Antara laut dan langit hampir tanpa batas karena warnanya sama-sama biru.
Dari atas, saya bisa melihat pemandangan Soasio yang tertata dengan rapi dan jalanannya yang super bersih. Dari sana juga kelihatan pelabuhan sultan yang menjorok ke bibir laut. Bahkan, hotel kami –Hotel Seroja, juga kelihatan dari atas sana. Pun, dengan beberapa remaja yang bermain bola di jalanan. Yes, saking sepinya Tidore, jalanan pun dapat dipakai untuk main bola.
Gini nih asyiknya jalan sama temen-temen yang kadar jaimnya kadaluarsa muahahaha. Mau disuruh pose apapun mereka mau. Misalnya saja pose power-ranger nggak jelas ini haha. Sayang waktu kami gak banyak. Pasca diusir kru TV, kami memutuskan untuk mengunjungi Benteng Torre yang letaknya tak jauh dari sana.

Power ranger kelebihan anggota haha

View yang sama, dengan bonus “bibir” bentengnya
kota yang eksotis ditepi pantai, pengen kesana ah.
Amiin, semoga berkesempatan ke sana.
aamiiin, heheheh
aamiin, semoga saya juga bisa kesana, Om.
Lihat foto2nya aja dulu, suatu saat baru kesana 🙂
Ternyata d.bawah juga keindahan tak kalah ya.
Aku paling suka sama tempat yang d.rawat gitu, bunga2nya juga nampak subur ya, Om. Tempat nongkrongnya juga lumayan lah buat santai sembari ngopi 🙂
Amin InsyaAllah 🙂
Astaga pose macam apa itu kalian. Rifqy malu malu wae kui wkwkwk
Rifqy besar kemaluan. *soundswrong
Haaaaaaaaaaa~
Seru ya Mas
Yoa
Hahahahahha, aku pernah juga mengalami hal yang sama. Secara halus meminta agar sementara tidak masuk ke tempat tertentu 😀
Kayaknya waktu senja atau pas pagi asyik juga menikmti waktu di benteng ini.
Nasipp haha. Ya apa boleh buat, secara udah disuri dengan KASAR wakakak. Maksudnya dengan terang-terangan.
Iya, senja waktu yang terbaik. Bawa pacar, biar gak baper lol.
Pemandangannya kok cakep beneeer..
Apalagi kalau lihat langsung 🙂
Kondisi bentengnya keliatan masih bagus ya.
Viewnya sudahlah, tak terkatakan, indah betul!
Iya, dibandingkan yang foto aerial view aslinya lebih bagus pasca renovasi 😉
Tidore bagus banget. Salah satu destinasi menarik. Cuman adegan usir2 halus agak gimana gitu ya? Hmm
Haha mungkin karena mereka keburu waktu untuk syuting.
Omaigat, ternyata ada ya pose kita, eh, kami begitu pas di sana. Hahaha.
Ada haha, pose nista hahaha
masih terawat dan keliatan kokoh ya bentengnya.. semoga ada rejeki dan usia buat berkunjung ke sana
Amin insyaAllah
Asiknya pose ala-ala rame2 nih. Wah Tidore menarik juga ya, jadi pengen main kesana
Amiin, semoga kesampaian 🙂
Tidore cantik banget.
Eh bararti kalo ke Tidore cuma 2-3 hari kurang puas dong ya? Mesti lamaan dikit yaa. Noted.
Iya, semingguanlah biar sekalian ke Ternatenya 🙂
masih mimpi ke tidore dari batam kak…ampun dah harganya… apalagi aku miskin cuti…rasanya sayang banget kesana cuma 2 hari …
Kalau dari Batam lebih enak ke pulau-pulau yang ada di sekitar situ ya. Haaaa mupeng
Jaman dulu bngt aku pernah ke tidore dan ternate, lautnya memng indah banget. Tapi krn kerja jd belum sempet lihat spot wisatanya neh, kyknya harus mampir lagi ya.
Aha, benar, harus siapkan waktu khusus untuk berwisata 🙂
Aku pengen ke Tidore ih
Tapi gak bakal berani jelajah benteng Tahula ini sendirian
Kayaknya ada rasa ser seeeeer kalau di sana, apalagi pas sepi
Huhuhuhu aku merinding disko nih
Haha bisa merinding disko emang mbak
Yaolooo emang keren banget yak pemandangannya. Main ke Tidore sih blum pernah, cuma nyampe t
Ternate aja, bolehlah masuk bucket list..yang entah kapan dijalaninnya..ahaah
Padahal udah deket banget ya itu hehe.
Untung ada beberapa hari di sana. Jaid, diusir pun bisa balik lagi. Tapi, kok ya bisa bebas mengusir begitu. Harusnya dibooking aja sama mereka, ya. Jadi turis gak harus capek dulu buat naik abis itu diusir 😀
Haha, walau endingnya gak sempat lagi naik ke atas sana. Nasip nasip
Saya baru melihat Tidore dari jauh dari dataran Ternate, indah banget Tidore dari kejauhan
Iya mbak. Tinggal sedikiiit lagi itu hehe
Keren banget ya bentengnya
Iya betul 🙂 viewnya cakep
pengen jalan-jalan bareng lagi Yan :))
Kemano ye enaknyo? haha.
Eh aku baru tahu kalau negara kita juga sempat didatangi Spanyol, kirain Portugis aja 😀
Waduh sampai diusir gitu, padahal dengan kehadiran pengunjung lain kan jadi terkesan lebih alami yes. Presiden aja kalau makan di restoran nggak sampai ngusir-ngusir orang kayak gitu.
Suka banget sama pemandangan laut bertemu jalanan kota yang rapi dan lengang.
Haha iya Nug, mungkin biar gak bocor di kamera walau jadinya ngengges hwhw. Betul, Spanyol juga sempat datang ke Indonesia.
Itu laut sama langitnya samasama biru alias anjeeeer kece parah ih suwer ._.
Wah komennya nyelip, maaf baru terbaca sekarang ya. Iyaaa, langit sama lautnya saing-saingan biru hehe
Di NTT, tepatnya di Pulau Semau, saking sepinya jalan bisa dipake tiduran. Bahahaha
Suh, pondok itu mengganggu banget deh.
Mau deh nanti ke Semau. Amiiin
Bentengnya sudah lama juga berdiri ya mas. Seru banget tempatnya.Biarpun belum pernah kesana. Jadi tahu tentang Tidore
Iya, udah tua usianya 🙂
Ya ampun, udah engap engapan, diusir pula. Kok aku yang sedih rasanya. Kalau aku mah udah engap gitu bakal duduk manis nungguin yang syuting kelar deh. Dariapada harus mengulang engap engapan ahahahahaha
Duh maaf ini komennya baru kebaca. Iya haha udah ngap diusir pula siyaaal.
Pemandangan dari atas bentengnya keren mas bro
Betul 🙂
Ping balik: Menatap Keindahan Tidore dari Benteng Tahula | Napsu Jalan