Pelesiran

Jalan Panjang Menguak Pesona Air Terjun Pelangi di Tanggamus

DSC_0222

.

Duh kayaknya saya tidak ikutan,” ujar mbak Evi ragu.

Yuklah mbak kita coba dulu, nanti kalau tidak kuat kita naik ke atas bareng,” rayu mbak Donna.

Mbak Evi dan mbak Donna lalu ikut turun bersama semua rombongan Festival Teluk Semaka. Memang, medan menuju lokasi air terjun Pelangi ini tergolong berat. Jalannya hanya setapak dengan kemiringan lebih dari 60 derajat. Jarak antara tebing hingga menuju lokasi air terjun pun lumayan, sekitar 1 km.

Aku lantas memutuskan untuk turun lebih dulu. Jalannya sih cukup lancar ya, namun jujur saja tiap kali kaki melangkah ke bawah, aku sudah membayangkan perjuangan nanti ketika pulang hahaha. Di tengah perjalanan aku memilih beristirahat sejenak sambil menunggu mbak Evi dan mbak Donna.

Ada sebuah turunan yang sangat licin, aku sendiri hampir terpeleset, makanya aku ingin mengingatkan akan hal ini. Namun, kok ditunggu sekian lama gak muncul-muncul juga.

“Kemana mbak Donna dan mbak Evi?”

“Oh mereka naik lagi ke atas, Yan! Nggak jadi turun.”

Waah sayang sekali gak ikutan turun. Walau begitu……………

* * *

Selamat pagi Tanggamus, adakah hati yang tertaut di sini?

Eaaa, belum apa-apa sudah berpuitis nggak jelas hahaha. Seneng banget euy bisa berada di Tanggamus dan berada di antara teman-teman baru (rasa lama, karena udah lama kenal di dunia maya) demi satu tujuan : mengeksplor kekayaan alam Tanggamus.

Makanya, pagi pertama di Tanggamus ini harus dijalani dengan penuh semangat dan cinta -tsah! Sebagaimana informasi yang aku dapatkan semalam sebelumnya, kegiatan hari itu akan dimulai sejak pagi. Makanya, setelah sarapan, kita semua langsung berangkat memulai petualangan.

Mendaki gunung, lewati lembah…

Tujuan pertama kami ialah ke danau geothermal yang berada di perbatasan Desa Pagar Alam dan Desa Muara Dua. Oleh penduduk setempat danau ini juga dikenal dengan nama Danau Anugerah. Letaknya sekitar 1 sd 2 jam dari Kota Agung. Jalanan menuju ke sana cukup baik. Dan, persis seperti yang ada di lirik lagu Ninja Hatori, kami memang melewati lembah dan melewati jalur menanjak pegunungan berkali-kali.

Begitu sampai di sana…

DSC_0219

Ini dia danau geothermalnya

Tadaaa, danau berwarna hijau toska ini keren banget! Ukurannya juga lumayan besar. Hal ini tak lain karena terdapat Pertamina Geothermal Energy (PGE) tak jauh dari danau Ulubelu/Anugerah ini.

“Coba sentuh airnya, itu panas loh!” Sahut pak Adi, sekretaris Desa.

Karena penasaran, aku lantas bergerak menuju bibir danau dan mencoba meraba airnya.

“Hmm, kok dingin ya?” hehehe.

Maksudku, kehangatannya ya biasa saja. Bisa karena panas paparan sinar matahari. Maklum saja, siang itu cuaca di sekitar danau Ulubelu lumayan terik. Untung saja, terdapat beberapa pondok di sekitar danau yang dapat dijadikan tempat kami berteduh.

“Ada yang mau naik rakit?”

Tanpa ba-bi-bu syubidu-bidam hahaha, aku langsung bergerak menuju rakit. Aku menunggu giliran untuk naik ke atas rakit. Setelah Encip, mbak Donna dan Halim naik ke atas rakit. Hup! Dalam sekali lompatan aku berhasil masuk ke dalam disusul mbak Rien dan bang Indra.

Tiba-tiba….

“Rakitnya tenggelaaam!”

Ntah siapa yang awalnya berteriak, namun memang rakit ini semakin lama semakin memblesek ke dalam danau. Huaaaa rakitnya bakalan karam kayak Titanic (mengalunlah lagu My Heart Will Go On) dan… tuuh, sepatuku langsung dimasuki air. Huaaa aku panik. Selain gak bisa berenang, aku menenteng kamera. Gak lucu ya kalo kelelep di danau Ulubelu ini. Bisa-bisa dijadikan berita nasional. “SeEKOR buto ijo kelelep di danau hijau.” Mana kita jalannya sama rombongan wartawan pula. -tepokjidat.

DSC_0223

Rakit yang hampir tenggelam itu hwhwhw

“Pak…paaak….paaak, hayo segera menepi,” teriakku panik.

Nggak papa kok, nggak papa…”

“Yaelah bapak, gakpapa gimana, ini rakitnya udah oleng. Aku mau turuuuuun.”

Iya…iya, ini juga kita mau menepi. Tunggu.”

Begitu menepi, bang Indra & mbak Rien yang turun lebih dulu. Begitu aku siap meloncat eh si bapak mencegah. “Nggak usah, sudah bisa kok ini.” Maksud si Bapak sih rakitnya sudah tidak kelebihan beban. Tapi karena aku sadar diri ngebawa bodi jatah 2 orang, aku tetap memutuskan untuk turun. Yang masih berada di atas rakit ialah mbak Donna, Halim & mbak Evi beserta juru kunci danau yang konon angker ini hehehe.

Rakit terus berjalan menuju tepian di ujung danau. Ternyata, ada sumber mata air panas di seberang sana, nah untuk jelasnya coba lihat video ini ya.

Tujuan perjalanan utama kami hari ini ialah menuju Air Tejun Pelangi. Namun, sebelum mencapai air terjun tersebut, kami masih harus mampir ke beberapa tempat yang tak kalah indah. Salah satunya menuju puncak Desa Proyek. Hihi, lucu juga namanya. Sebetulnya ini masih menjadi bagian dari Pagar Alam, namun entah kenapa penduduk setempat terutama pemilik warung berkata bahwa nama tempat itu ialah Desa Proyek.

DSC_0233

Seperti negeri di atas awan!

Di sebuah landaian di puncak bukit, terbentanglah pemandangan spektakuler ini. Kereeeen banget! Coba lihat, nampak sebuah danau di kejauhan kan? Nah itulah danau Ulubelu yang sebelumnya kami datangi. Cakep!!! Sangat cocok untuk bernarsis-selfie-wefie-ria hehehe.

DSC_0237

Nggak nyangka loh ini di Lampung, bener!

“Sebelum beristirahat kita akan melihat kawah yang lebih besar dari yang ada pada Danau Ulubelu tadi ya!” ajak pak Adi.

Ternyata, dari puncak Desa Proyek menuju kawah belerang tidak begitu jauh. Tidak sampai 5 menit berkendara kami sudah sampai. Namun, untuk menuju sumber kawahnya, masih harus berjalan kaki sekitar 10 menit. Khusus tante-tante –uhuk, sudah disiapkan motor menuju ke sana. Seperti yang terlihat di video, mbak Evi bahkan kebagian motor rally. Cadaaaas!

DSC_0229

Kawah belerang

Uwoooow, kawahnya besaaaar sekali. Penduduk setempat menyebutnya dengan nama kawah Belerang Gembuhak. Aku sih belum pernah ya kawah putih di Jawa Barat. Namun, pemandangannya hampir sama. Karena serba putih!

“Ada yang bawa telur?”

“Heh, buat apa?”

“Bisa direbus tuh di mata airnya.”

DSC_0225

Ada yang bawa telur? saya bawa dua :p

DSC_0228

Hati-hati, sebagian tanahnya rapuh. Berbahaya!

Duh sayang banget nggak ada yang bawa, jadi gak bisa ngemil telur rebus nih hahaha. Nganu, soalnya perut sudah lapar, euy! Untunglah, setelah mengambil beberapa gambar, kami langsung bergegas menuju rumah pak Adi. Ngapain?

Makaaaaaannnnn!!!!

DSC_0244

Jamuan sederhana rasa luar biasa!

Aku nggak tahu apa yang membuat makanan di rumah pak Adi terasa begituuuuu nikmat. Lauknya sederhana saja sebetulnya. Ada Ikan lele, sambal super enak, sayur asem, kerupuk dan lalapan. Bisa jadi karena makannya  ramai-ramai ya! Tapi emang, masakan ibu sekretaris desa itu enaknya luar biasa. Mungkin dimasak dengan cinta -aku padamu, Bu! 😀 sampai sekarang, aku masih membayangkan lalapan daun singkok plus sambalnya. Maknyus tenan! Stt, aku sampai nambah berkali-kali hwhwhw.

So, setelah perut kenyang, hati senang, senyum merekah kayak rengginan, kami melanjutkan perjalanan ke tujuan utama eksplor Tanggamus hari ini : Air Terjun Pelangi.

Lokasi Air Terjun Pelangi ini tidak jauh dari rumah pak Adi dan berada di sekitar perkebunan kopi warga. Harus diakui, lokasi Air Terjun ini masih sulit ditemukan jika tidak berjalan dengan penduduk lokal. Tidak ada markah jalan atau papan petunjuk menuju lokasi.

Jalan paling lebar pun hanya dapat dilalui oleh satu mobil. Hmm, bisa sih 2 mobil tapi memang sudah sangat mepet. Nah, seperti yang aku sampaikan sebelumnya bahwa jalan setapak menuju Air Terjun Pelangi ini masih sangat apa adanya.

“Kita akan memperbaiki akses jalan menuju ke bawah,” janji pak Lurah yang kebetulan juga ikut melakukan perjalanan bersama kami.

DSC_0246

Awas hati-hati!

Nah, semoga saja begitu ya! Karena, jika akses ke sana dapat dilalui dengan mudah aku yakin akan lebih banyak orang yang datang ke Air Terjun Pelangi ini.

Aku menatap ke arah lembah. Tidak nampak tanda-tanda ada air terjun. Indikasinya jelas : lokasi air terjunnya jauh!

Lalu, apa aku tetap menuju ke bawah? Tentu saja! Aku mau melihat langsung bagaimana pesona keindahan Air Terjun Pelangi itu. Dan juga, kenapa harus dinamakan Air Terjun Pelangi? Kenapa tidak Air Terjun Syahrini? –ah sudahlah, abaikan. Hihi.

Setelah berjalan selama hampir setengah jam… ini dia. Air Terjun Pelangi!

DSC_0274

Tadaaaa ini dia Air Terjun Pelangi yang cakep itu

Air Terjun Pelangi ini memang cakep banget! Rasanya, gak sia-sia bertarung melawan medan yang sulit demi menyaksikan pemandangan seelok ini. Ada beberapa penduduk dan wisatawan lokal yang nampak mandi di sana. Menurut salah seorang warga, lokasi Air Terjun Pelangi ini sudah dibuka sejak pertengahan tahun 90-an, “sudah ramai kok yang ke sini, tapi memang masih kalah terkenal dengan Way Lalaan.” Bisa jadi karena faktor akses yang susahnya itu ya.

“Di bawah ada air terjun lagi,” ujar si Bapak. “Mau ke sana nggak mas? Nanti saya antar. Tapi aksesnya 2 kali lipat lebih susah dari yang tadi.”

DSC_0275

Di bawah sana, ada air terjun juga.

Hwah, nggak deh. Ini aja ngebayangin jalan pulangnya aku sudah ngerasa ngap hehe. Lagian rombongan juga nggak ada yang mau ke sana. Berbahaya….

Omong-omong, kenapa disebut air terjun Pelangi?

Hal ini dikarenakan sering muncul pelangi di jam-jam tertentu pelangi. “Sehari bisa muncul berapa kali, mungkin karena posisinya pas sehingga cahaya matahari bisa membentuk pelangi,” ujar si bapak lagi.

DSC_0261

Naksir kaosnya? cek di IG ya : @KaosKelilingLampung

Dan benar saja, bang Indra yang mandi pada saat itu hingga naik ke celah-celah batu diantara pancuran air terjun dapat melihat pelangi secara langsung. Aku sendiri begitu diberitahu langsung naik ke atas, tapi aku tidak melihatnya. “Sesuai amal ibadah juga sih,” kata si bapak. Mendengar itu, aku langsung manyun hahahaha.

Setelah main air dan potret sana sini, tibalah saatnya untuk pulang. Aku mengajak Halim untuk jalan duluan. “Lim, kita duluan aja yuk soalnya aku pasti sering stop-stop.” Dan untunglah Halim setuju. Aku jadi ada temen, kan? Kalo aku jalan sendirian trus diculik bidadari khayangan gimana coba?

DSC_0283

Sesi pemotretan di Air Terjun Pelangi

Aku dan Halim mulai menapaki jalan yang sebelumnya sudah kami lalui. Setelah berjalan sekitar 10 menit, eh kita ketemu pak Lurah dan istrinya. Mereka nampak kelelahan. “Lha, bukannya Pak Lurah sudah jalan ke atas dari tadi ya? Kok masih di sini aja,” batinku hwhwhw. Setelah berhasil menyalip Pak Lurah, tak berapa lama kami bertemu seorang gadis yang digendong oleh ntah siapa haha. Tuuh, sampe ada yang harus digotong segala saking capeknya.

Setelah terus berjuang untuk naik ke atas, syukurlah aku akhirnya tiba juga tanpa harus pingsan ganteng dan digotong warga. Sama sekali gak lucu! Gimana kalau masuk berita nasional dan dibaca dik Chelsea Islan, coba? Bisa turun harga pasaranku di bursa perjodohan.

*   *   *

Di salah satu twitnya, mbak Evi sempat menulis begini.  “Benar tak ada penaklukan alam, yang ada menaklukkan diri sendiri.”

Para pejalan sering kali terjebak dengan anggapan, “hayolah, sudah di depan mata kok malah nyerah?” atau, “Ih ngapain datang jauh-jauh jika tidak ke tempat nganunya.” Kita sering kali dengan mudah menjustifikasi negatif gaya perjalanan orang lain, bukan? Aku sendiri (bisa jadi) pernah menjadi pelaku dan korban. –sekarang sudah tobat. 😀

Pilihan yang diambil oleh mbak Evi dan mbak Donna untuk tidak turun itu sah-sah saja, karena tidak ada seorangpun diantara kami yang tahu batas kesanggupan mereka selain diri mereka sendiri. Jangan sampai karena ego yang besar atau hanya karena takut diperolok maka seseorang melakukan tindakan yang menentang nuraninya. Coba ingat-ingat, berapa banyak kejadian serupa yang berakhir dengan kematian?

CVH5hJOU4AQ5k13

Wefie duluuuu 🙂 foto by (kamera) mb Rien ^^

Air Terjun Pelangi memang indah. Tingkat kesulitan medan menuju ke sana sepadan dengan pesona keindahan yang kelak pengunjung dapatkan. Walau begitiu, jika kondisi badan memberikan sinyal : tidak. Maka tak perlu juga berkecil hati. Kesempatan akan selalu hadir terlebih sebagaimana janji kepala Lurah yang akan meperbaiki akses jalan menuju ke sana.

Jika sudah begitu, kami hanya bisa memantapkan hati dan berbisik lirih, “Tanggamus, di sana kami akan kembali…” 🙂

Iklan

62 komentar di “Jalan Panjang Menguak Pesona Air Terjun Pelangi di Tanggamus

  1. Hahaha, gue inget banget wajah2 panik di atas rakit. Gue juga sih sebenarnya, tapi secara nggak mungkin juga nyelak untuk lompat, ya pasrah ajalah.
    Air terjun pelangi… bagus, lumayanlah kalau kuat. Kalau nggak kuat, hilang indahnya, apalagi kalau sampe digotong gegara pingsan nggak kuat nanjak hahaha. Nggak lucu masuk blog ini lalu critanya pingsan.

    • Pas ngeliat videonya, kocak dengerin Kiki teriak “Komandooo…komandooo” padahal pas sampe di atas dia gegoleran di tanah. Kalau kata orang Palembang, “tededeh-dedeh di lantai” hwhwhw *lirik Kiki

  2. Benar, alam tak bisa ditaklukkan 🙂

    Nah, karena sudah ‘pemanasan’ sampai ngap-ngapan ke air terjun ini, selanjutnya langsung naik gunung sungguhan deh Om 😀

  3. Membaca tulisan Mas Yayan, duh masih berasa naik motor trailnya. Sebetulnya aku juga mau turun dari rakit. Untung Dunia Indra dan Mas Yo teriak dari atas agar aku ikut saja. Untung aku ikut. Gak punya foto di Air Terjun Pelangi tapi punya foto di sumber air panas Danau Hijau…

    • Haiyaaah bener juga ya. Bisa dibilang, cuma Halim dan Encip yang jalan ke semua tempat. Aku, mbak Rien dan bang Indra gak ke sumber air panas, eeh mbak Evi dan mbak Donna malah kesana 🙂

  4. Om, aku langsung ngakak baca tragedi rakit akan tenggelam. Ngebayangin kalo aku ikutan disitu, pasti aku yang paling panik trus makin bikin rakitnya tenggelam karena loncat2 panik haha. Baguuuss banget Tanggamus ini ya. Aku catat dulu, siapa tahu kapan2 bisa kesana. Thanks ya infonya.

  5. klo jalan2 kayak gini nggak bakalan mikir buat diet kan Om? soalnya langsung diet dengan sendirinya.. apalagi klo terjal gitu. kebayang itu rasa betis segede apa hahaha

  6. Masya allah indahh semuaaa…. saya pernah ke Lampung tapi gak keTanggamus 😦 nyesel deh ke Lampung gak ngeksplor dan main aer gitu. Video nya top markotop om dapet semua pemandangan dan air yg nge-golaknya 😀

    Om ciyus turun beneran?? apa ngegelundhung? *kabuuuuur*

  7. Kabupaten Tanggamus emang gudangnya air terjun “ngumpet” di Lampung Om. Baguslah ada artikelmu ini, jadinya nambah satu lagi nama air terjun yg muncul klo nge-search “air terjun tanggamus” di Google 😀

  8. Ping balik: Jangan Bingung Pelesiran & Mencari Penginapan di Krui, Lampung Barat | Omnduut

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s