“Yan, mau ikutan ke Festival Teluk Semaka, nggak?”
“Heh, di mana itu mbak Rien?”
“Di kabupaten Tanggamus, Lampung. Jika mau, berangkatnya minggu depan dan acaranya Jumat sampai Sabtu.”
Huaaah, mau banget! Kapan lagi coba ikutan festival di Lampung. Yang bikin lebih seneng itu saat tahu aku bakalan kumpul sama blogger-blogger kece yang selama ini aku kenalnya ya hanya di dunia ghoib maya. Tanpa pikir panjang aku langsung menjawab telepon itu dengan, “Siap bersedia, mbak Rien!”
“Oke, ini bakalan jadi perjalanan yang seru dan menyenangkan,” batinku. “Selamat datang di Festival Teluk Semaka, Yan!” lanjut membatin.
* * *
Beruntung, akses dari Palembang ke Lampung itu cukup mudah karena ada kereta api. Rencananya, aku akan berangkat dari Palembang itu Kamis pagi (19/11/15) menggunakan kereta ekonomi dan diperkirakan tiba di Lampung malam hari.
“Kita sudah harus berangkat ke Tanggamus Kamis siang, Yan” ujar Halim melalui pesan singkat.
“Oke, kalau begitu, aku akan berangkat Rabu (18/11) malam dan sampai di Lampung pagi.”
“Sip, nanti kita ketemuan di stasiun ya! Aku juga sampainya pagi di Lampung,” sahut Halim lagi.
Selain mbak Rien aka Katerina si pemilik travelerien.com, Halim aka si jejak-bocahilang.com juga akan ikutan berpartisipasi di Festival Teluk Semaka ini. Hwaah bakalan rame! Selain mereka berdua, bu Evi pemilik eviindrawanto.com dan mbak Donna Imelda si empu ayopelesiran.com juga akan tiba di hari yang sama. Ya ampyuun, blogger kece semua itu. Aku malu kakaaaaaak.
Pertemuan pertamaku dengan Halim terjadi di sebuah masjid tak jauh dari stasiun. Sebagaimana halnya ketika aku jumpa pertama kali dengan temen-temen blogger, aku nggak merasa canggung. Kita ngobrol seolah-olah sudah pernah bertemu dan kenal lamaaa sekali. Yang bikin gak enak hati itu saat aku menyapa Halim tanpa embel-embel mas atau koko hihihi, eh ternyata Halim usianya lebih tua. Ya ampun, aku gagal jadi adek yang sopan –maafkan aku ayah-ibu. Hwhwhw
Ya sudahlah, muka boros kayak aku ditandingin muka imut-imutnya Halim, usia dapat tersamarkan, cuy! Produk anti aging merek onoh mah kalah.
“Sebentar lagi kita ke rumah om Yopie, Yan.”
“Siapa om Yopie? Om-om macam apa dia, Lim?”
Buahaha, maaf, dialog terakhir hanya fiksi. Om Yopie ini ternyata orang dibalik layar blog kelilinglampung.wordpress.com yang getol banget menulis tentang wisata Lampung. Aslinya sih om Yopie ini fotografer profesional kece beut-cetar badai. Duh, melihat peralatan motretnya, aku langsung melipir sekejap deh. Minder maksimal! Komplet banget!
Nah, di rumah om Yopie, aku bertemu dengan Arif “Encip” Rahman yang belakangan kami juluki Gadis Thailand karena rambutnya yang panjang ngalahin model iklan sabun colek sampo, dan juga ada Fajrin yang doyan dedek-dedek emesh menjadi tim dokumentasi yang juga ternyata pemilik blog fajrinherris.wordpress.com. Oke sip, bakalan jadi acara blogger banget ini nampaknya! Hahaha.
Pasca dzuhur, kami langsung menuju kota Tanggamus.
Yeaaay!
Perjalanan dari kota Bandar Lampung ke Tanggamus berlangsung kurang lebih 3 jam. Kami sempat mampir ke sebuah warung makan untuk isi “bensin” masing-masing perut kami. Perjalanan menuju Tanggamus bisa dibilang sangat lancar. Akses jalan menuju ke sana juga baik.
“Oh jadi kita ketemuan di museum Ketransmigrasian, ya?” ujar om Yopie melalui telepon.
Yang dihubungi ialah bang Indra aka duniaindra.com, artis (ralat : sesuai koreksi di kolom komen) (((DIVA))) merangkap dosen, pekerja kantoran dan blogger kece di Lampung hihi. Bang Indra ini kebagian tugas menjemput tiga tante blogger di bandara. Nah, kita semua akan ketemuannya ya di museum Ketransmigrasian itu. Kok aku makin deg-degan ya? Rasanya macam mau ketemu dik Chelsea Islan, gitu. Uhuk.
Finally….
Semua blogger kece (mereka, aku mah blogger ala-ala) berkumpul jadi satu. Aku sebagai anak bawang di festival ini jadi keder secara masing-masing dari mereka sudah kenal satu sama lain dari pertemuan beberapa festival sebelumnya di Lampung. Tapi untunglah, sebagai mahkluk tuhan paling seksi yang (kayaknya) cepat beradaptasi –iya kali, belakangan aku mulai bisa kebawa gaya becandaan mereka semua.
“Bapak, ini teman kami yang lain dan baru datang. Mereka boleh ya Pak masuk ke museum?”
Aku lupa siapa yang bilang, kayaknya sih mbak Donna. Nah, mbak Donna & team emang sudah lebih dulu tiba di museum Ketransmigrasian. Kami yang datang belakangan ternyata diberi akses juga untuk masuk ke dalam. Alhamdulillah, rezeki anak semok. Padahal, jam operasional museum udah tutup. Jadilah, kami meminta bantuan juru kunci buat membukakan pintu.
Bagaimana kondisi museumnya? Yaladalah, tjakep! Nanti aku tulis terpisah ya!
Perjalanan kami lanjutkan. Tujuan selanjutnya yakni ke Rumah Tapis Ratu yang menjual kain Tapis khas Lampung. Nih ya, aku yang cowok dan jarang pake kain tradisional aja pas masuk ke dalam itu mataku langsung blink-blink. Huaaa hasil kain tenun khas masyarakat Lampung ini cakep-cakep banget! Siapa coba yang paling seneng diajakin ke sini? Ya tentu tante-tante blogger kita –siapsiapditimangchayang

Rumah Tapis Ratu, Jl.Raden Intan No.75, Banding Agung, Talang Padang, Kab.Tanggamus, Lampung. Telp : 085269309040, PIN : 2B8D84E2
Katanya nih ya, masyarakat Lampung telah menenun kain brokat (yang disebut nampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 sebelum Masehi. Motif kain ini ialah kain kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat dan bangunan berisi roh manusia yang telah meninggal. Motif lainnya yakni berupa hewan, matahari, bulan serta bunga melati. Kelak, kain ini dikenal dengan tenun kain tapit bertingkat dan disulam dengan benang sutera putih yang disebuy Kain Tapis Inuh.
Pertanyaannya : Berapa sih harga kain Tapis Lampung?
Untuk Kain Tapis Lampung ya nggak mahal-mahal banget sih, kisaran harganya dari Rp.500.000 sd Rp.2.500.000. Bisa jadi ada yang lebih mahal tergantung motif, lama pengerjaan atau juga nilai historinya. Tjakep! Kayanya ragam budaya nusantara. Coba bayangkan, dari hasil kerajinan kain saja Indonesia itu kaya banget! Di Palembang ada Songket. Di Jawa ada Batik. Di Medan ada Ulos nah Lampung gak ketinggalan dengan kain Tapisnya.

Duhaaai, kain tapisnya cakep banget kan? Bermotif lumba-lumba, hewan khas Tanggamus
Walaupun kain Tapis ini mayoritas dipakai oleh wanita, namun seiring berkembangnya kerajinan pembuatan kain Tapis, kini tersedia pula kemeja-kemeja berbahan dasar kain Tapis yang digunakan oleh pria. Keren, kan? Jadi kini pria-pria pun bisa tampil kece dengan menggunakan kain tradisional. Jika bukan kita, siapa lagi yang akan melestarikan budaya ini, toh?
Setelah puas melihat seluruh koleksi kain di rumah Tapis Ratu, tujuan kami selanjutnya untuk pesta durian di air terjun Way Lalaan. Tapiii, sebelumnya kami melipir dulu ke Talang Air Tanggamus. Talang air? Apa itu?
Talang air itu semacam jembatan yang berfungsi untuk mengaliri air dari satu sisi wilayah ke wilayah yang lain. Hmm, sepertinya air-air ini dipergunakan untuk perkebunan yang ada di sisi bukit seberang. Bonusnya, pemandangan di sekitar Talang Air ini keren banget! Hamparan sawah dan deretan pohon nampak berjajar mempesona –alagh. Belom lagi dengan aliran sungai kecil yang ada di bawah sana.
Maka, tak heran lokasi ini seketika berubah jadi lokasi pemotretan model-model dadakan hwhwhw. Beberapa penduduk lokal juga terlihat duduk santai di pondok-pondok kecil tak jauh dari Talang Air. Walaupun Talang Air ini nampak sederhana, namun menurutku Talang Air ini juga berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. Aku ngebayangin bisa duduk-duduk di sana sambil ngemut jagung bakar/rebus. Aaaah, tentu nikmat dan kenyang sekali. Oke sip.
“Kayaknya udah lebih dari 15 menit nih, yuklah kita jalan lagi. Duren sudah menunggu,” ajak om Yopie.
Hehe, awalnya sih emang mau mampir sebentar aja. Tapi namanya bakat model terpendam ya, beberapa model (siapa sih? Auk dah hahaha) jadi lupa waktu. Untunglah, hasrat untuk pesta duren mampu mengalihkan perhatian para model-model itu hwhwhw. Kami langsung bergegas menuju air terjun Way Lalaan. Heh, kok malah ke air terjun? Yup! Makan durennya sambil melihat pesona air terjun Way Lalaan. Sempurna!
Perjalanan dari Talang Air ke Way Lalaan tidak begitu jauh. Begitu memasuki gerbang lokasi air terjun, terlihat duren sudah tertumpuk rapi di bawah sebuah pohon besar. Tanpa aba-aba, semua langsung menyerbu duren. Yeaaay!
Aku sendiri gimana?
Nganu, berhubung aku lagi diet duren hwhw, aku memilih langsung melipir ke air terjun Way Lalaan 1. Heh? 1? Emang ada yang kedua? Tenang kamu hanya satu-satunya di hatiku. Yup! Air terjun Way Lalaan ini ternyata ada 2. Untuk menuju air terjun Way Lalaan yang pertama, aksesnya sangat mudah. Hanya berjalan turun ke bawah melalui markah jalan. Letaknya dekat, begitu turun ke bawah eeeh tahu-tahu Way Lalaan 1 sudah menyapaku dengan ramah.
Huaaa cakeeeep!
Walaupun air terjunnya tidak begitu tinggi (hanya sekitar 11 meter), namun tetap saja untuk aku yang jarang melihat pemandangan alam seperti ini (maklum, sehari-hari paling banter ngelihat pancuran air dari selang aja –ngenes), langsung merasa hepi syalala begitu melihat Way Lalaan 1. Airnya jernih khas air pegunungan. Kalau gak inget rombongan di atas, ingin rasanya aku main air diobok-obok kayak Joshua. Hwhwhw.
Ada sebuah kolam (yang kelihatannya) dangkal tempat menampung derasnya cucuran air terjun Way Lalaan 1. Tapi ntah kenapa ada larangan untuk mandi di sana. Bisa jadi demi menjaga kebersihan air terjun atau juga faktor keamanan. Alasan lainnya mungkin pengelola bermaksud untuk memfokuskan pemandian di air terjun Way Lalaan 2.
Trus mana air terjun Way Lalaan 2-nya? Nganu… aku gak ke sana. Jauh euy! Apalagi katanya medannya cukup berat. Ya sudahlah, gak mungkin juga aku ke sana sendirian karena temen-temen sudah pada ke sana setahun sebelumnya. Gakpapa, karena besok rencananya kami semua akan mengunjungi air terjun lainnya di Lembah Pelangi. Widiih, namanya aja udah keren, gitu kan ya? Sabaar, akan ditulis di postingan terpisah.
Simak terus perjalananku selama mengikuti Festival Teluk Semaka ya! Cus, lirik video bikinan Encip si Gadis Thailand yang keren banget ini!
Hahaha, finnaly aku bisa kebayang juga serunya Yayan saat nulis blog. Btw…senang bisa satu trip dengan kamu yan, baca tulisan ini mendadak bikin kangen balik lagi, padahal baru kemarin balik. Ditunggu tulisan2 berikutnya, Yan. Kereeeen
Aku juga seneng bisa jalan sama mbak Donna dan yang lain-lain, gigi kering, ketawa mulu hahaha. Siap, tulisan lain segera menyusul 🙂
Yeeeeyyyyyy keceeeee….. Btw kok gw di bilang Artis??? Gw DIVA Suara Fales lho hahahahaha…. Cheboookkkk!!!!!
Aku-salah-aku-salah-aku-salah *toengtoenginjidatsendiri*
Oke sip DIVA
(((DIVA))) 😀
Bang, goyang chebokx sini di Ampera 😀
Wow seperti sudah diduga, tulisan Om Yan, kece banget. Rame dan seru. Itu model2 yg betah moyret di jembatan siapa ya? Hahahaha..
Udah kayak Tanggamus’ Next Top Model ya bu Evi. Jelas yang menang Dewi Sandra KW *lirik mbak Rien hwhwhw. Yang lainnya jadi juara hiburan.
apa lirik-lirik? 😀
*setel musik dangdut*
*panggil mas Indra suruh goyang cebok :)))
Hahaha….*seperti baisa ketawa dulu kalo baca blog Omnduut*
Seruu…seru…sayang omnduut nggak ikut makan duren. Padahal aku ingin liat kondisi maboknya apa tetep anggun memesona :)))
kau tahulah siapa itu model dadakan yang lupa waktu
Semua orang juga tahu mbak Rien hahaha.
Aku sih gak mabok, tapi takut pusing aja. Lagian, biasanya duren sebegitu banyak aku makan sendiri, gak mau bagi-bagi jajajajajajaja
apaaaaaa ???? kenapa aku nggak di tlp mbak Rien? *melengoskejem.
Trus kakak semok yg diajak ??? hmmmmmm *ngajakkelai.
Ahhhhh, seneng ikut acara ginian ya Yan ,turut serta memajukan Budaya Lokal.
kain Tapis kelihatannya mahal, padahal harganya sepandan dengan proses membuatnya yang nggak mudah dan handmade.
Aku tuh mau telp mbak. Tapi pas tersambung terdengar lagu-lagu India gitu. Seru banget. Jadi kukira Emak Kajol sedang konser ama papa Najin. Jadi aku tutup :p
*ngarang
Iya betul mbak Kajol hwhwhwhw. Proses pembuatannya emang mahal. Bahkan ada yang belasan juta *betul begitu bang indra?
Mbak Zulfa gak ditelp karena gak ngajakin mbak Rien ke Karim hahahaha.
Huhuhuhu… cakep-cakep banget fotonya. Bikin pengen segera angkat koper…. ira
Mampir ke Palembang dulu ya mbak Ira 😀
Tuuuh kan aku orang yg paling nyesel gagal ikut festival ini lg. *nangis gegulingan* baca cerita ky gini aja udah seru bgt. Gmna klo ada di antara kalian. Huh 😀
Dijamin pulang-pulang kayak orang stres, nyengir mulu hwhwhwhw
eh ternyata Halim usianya lebih tua.
ya ampun, aku pikir masih kelahiran 90an hahahaha
kabur ah, sebelum dilempar serabi solo sama Halim :p
Tuh kaaan, aku juga mikirnya anak tahun 90-an. Ternyata 20 tahun lebih tua! <— infonya dilebaykan pak hahaha
hm
Huahahaha makasih sudah memuji wajah imutku, ntar kubagi resep krim anti aging-nya ya Yan 😀 😀
Ditunggu lanjutan dari cerita si DIVA yaaa biar mas DIVA semakin hits membahana hahahaha
Aah wajah imut itu semua topeng!*mulaidrama hahaha
Tenang, cerita tentang Diva masih banyak stoknya hwhwhw
Tanggamus pas festival jadi ramai wisatawan kah Bang?
Iya ramai, tapi menurutku masih kondusif. Aku suka suasana kotanya 🙂
Kota Agung emang enak suasananya. Deket laut sama deket gunung. Tapi ya nyari penginapan di sana agak sulit.
Iya bener. Mungkin karena kota kecil, jadi jumlah penginapan juga terbatas ya. Masih belom dapat menampung wisatawan yang datang dalam jumlah besar di waktu yang bersamaan. Semoga dengan adanya festival semacam ini, pengusaha lokal tertarik untuk membuka penginapan 🙂
Aaaaak. Bikin kangen Lampung Ooom… T. T
Pulang kampung atuh mas Dani. Ke Palembang juga ya 😀
Tahun ini udah ke Lampung euy.
Tahun depan balik lagi ya hehe
InsyaAllah! 🙂
Kainnya menggoda iman banget…. Bisa jebol deh dompet 😛
Hahaha pecinta kain nusantara pasti mebelalakkan mata kalo liat kain-kain yang ada di sana 🙂
Cerita mas yan enak dibaca, ngaliirrr ngikuti petualangannya, seperti ada di dalamnya *mupeng foto2 ala model model dadakan, hehehehhee…
Kalo mbak Ima ikut… JELAAASSS mbak Rien ada saingan kuat. Dan PASTIIIII Om Yopie akan pusing hahahaha
Yayaan, kamu beruntung sekali bisa ngetrip bareng para travel blogger yang kece dan keren itu. Kalau aku antara senang campur grogi bin aku mah apa atuh hanya travel blogger wannabe. Salam kenal buat para mastah: Mbak Dona, Ibu Evi, Mas Halim dll.
Dih Ihwan kan sudah sering jalan sama blogger-blogger kece hehe. Aku nih yang dari Sumatra kesempatan kayak gini jarang bangeeet.
Kayaknya aku harus siapkan mental ini melihat timeline yang isinya catper Festival Teluk Semaka ,,, nasiiiib 😀
Hahaha, kalo serbuan di twitter dan instagram sih sudah dimulai saat festival berlangsung. Yang di blog ditunggu ya 😀
Ceritanya Yayan seruuuu
Kayaknya kalau jalan bareng dirimu bakal seru bangeeeet Yan. Ayo kapan kita jalan2?
Tunggu akuuuuuu. Mau banget dah jalan-jalan di pulau Jawa huhuhu
Ping balik: Mendadak Mengecap Sejarah di Museum Ketransmigrasian Lampung |
Cuma bisa ngelap iler sejak liat timeline twitter dan lapak IG rame sama postingan kece kalian. Aaaahhh seruuu! Udah kebayang sendiri hahhaa.
Sama, seperti halnya aku baca perjalanan liburan kalian di pulau nganu dulu.
Hahaha alhamdulillah ternyata Om Yayan ngiler juga sama liburan yang itu 😀
Air terjun itu biar tingginya berapa pun pasti keren ya Om :hehe. Seru euy kegiatannya, apalagi dengan blogger-blogger ketjeh jadi ilmu dan obrolan yang didapat pasti juga jos banget. Ah dirimu juga sudah blogger kece banget kali Om, terima kasih banyak ya sudah berbagi dengan kita-kita ini :hehe. Kalau mau ke Lampung lagi, ajak-ajak dong… siapa tahu bisa ikut :hihi.
Haha, aku blogger kecebong 😀
Semoga makin banyak festival yang mengundang blogger ya, biar kita bisa bertemu di satu festival nanti Gar 🙂
Amin ya Om :)).
Hihihi… Ternyata Yayan juga gak doyan duren ya? Toss! Aku ada temennya… 😀
Iya, aneh juga padahal dulu aku suka banget. Karena sekarang suka pusing jadi duren yang nikmat itu jadi nampak tak menggoda lagi hahaha
Ping balik: Jalan Panjang Menguak Pesona Air Terjun Pelangi di Tanggamus |
Ping balik: Terpukau di Kemeriahan Parade Budaya Festival Teluk Semaka |
Ping balik: Romantisme Omah Akas & Granny’s Nest : Hotel Murah & Kafe nan Kece di Lampung |
Selalu suka dengan gaya tulisan Yayan. Berasa ikutan halan-halan syantik di sampingnya.
Terima kasih kak Ros. Baca tulisan ini, jadi inget lagi perjalanan seru ke Tanggamus 🙂