Pelesiran

Menyusuri Sungai Musi Menuju Pulau Cinta

DSC_0059

Welcome to Kemaro Island

Apakah pulau ini menyediakan cinta?

Bagi pengunjung yang belum tahu mengenai kenapa Pulau Kemaro dikenal sebagai pulau cinta mungkin akan berfikir hal hal yang sama. Terutama para jajaran jones (jomblo ngenes) kali ya? (siapa sih? Auk deh!) Mungkin mereka akan berfikir, “Apakah jodohku ada di Pulau Cinta ini?” –lantas mengalun lagu Jodohku punyanya mas Nanang Fals dan Mbak Santih.

Pulau ini dikenal sebagai pulau cinta karena konon katanya, pulau ini timbul setelah terjadinya kisah tragis yang menimpa putri raja –Siti Fatimah dan saudagar kaya raya Tionghoa –Tan Bun An. Jadi, sang putri diajak sama Tan Bun An ke Tiongkok (cieh mau ketemu camer cieeh). Ketika akan pulang ke Palembang, mereka dihadiahi 7 guci. Sesampai di perairan Sungai Musi, Tan Bun An penasaran dan mengintip isi guci.

Betapa kagetnya ketika mengetahui bahwa guci tersebut ‘hanya’ berisi sayuran. Merasa kesal dan (mungkin sedikit) gengsi (ya kan mau mempersunting putri raja gitu), Tan Bun An lalu membuang guci-guci tersebut ke Sungai Musi. Plung…plung…plung hinggalah tersisa satu guci. “Bokap kok gitu banget ya!” gitu kali gerutu Tan Bun An saat itu. Eh tapi, karena masih penasaran, si Tan Bun An lalu melihat isi dalam guci tersebut. Eaaadalah, ternyata di balik sayuran tersimpan emas yang banyaaaaak.

Tanpa pikir panjang, Tan Bun An lalu nyemplung ke Sungai Musi untuk mengambil ke-6 guci yang terlanjur terbuang. Eh kok setelah ditunggu lama, Tan Bun An gak timbul-timbul. Dengan pikirannya yang pendek (dan cinta buta yang kata bung Oma sungguh terlalu) maka Siti Fatimah memutuskan untuk ikutan nyemplung ke Sungai Musi. Sungguh naas, keduanya tewas karena kelelep. Nah, makam ke-2 orang yang dimabuk asmara inilah yang berada di Pulau Kemaro.

DSC_0071

Guide berdedikasi dengan upah “hanya” es kelapa dan pop ice hehehe

Seumur-umur tinggal di Palembang, baru Sabtu (7/2/2015) kemarin aku berkesempatan mendatangi pulau yang terletak 6 Km dari dermaga 16 Ilir, pusat kota Palembang ini. Untuk mengunjungi pulau ini ada 3 cara. Pertama, bisa menyewa perahu dari dermaga BKB (Benteng Kuto Besak) atau dermaga 16 Ilir. Jika ingin menyewa ketek (ya, warga Palembang biasa menyebut perahu dengan sebutan itu. “K”etek bukan “G”etek). Pengunjung harus menyiapkan uang antara Rp.150.000 sd Rp.200.000 untuk PP (Pulang Pergi). Satu ketek atau kapal SEPID (Speedboat maksudnya), bisa di isi 8 sd 10 orang. Jadi kalo jalan rame-rame tentu bisa patungan. Mau lebih murah? Bisa! Selain kudu jago nawar plus kedip-kedip si pengemudi keteknya, kalian bisa menggunakan cara berikutnya.

Kedua, pengunjung bisa jalan dulu ke daerah Sungai Batang dan di sana ada dermaga kecil di dekat Inti Rub (pabrik ban). Nah dari sini, Pulau Kemaro sangat dekat yang tentu berimbas pada ongkos yang lebih murah. Kalau berjalan dari dermaga BKB harus mengeluarkan ratusan ribu, dari sini, BISA JADI hanya hanya separuhnya atau bahkan lebih murah. Mau cara yang lebih hemat? Gunakan cara Ketiga, yakni Berenang. Jelas ini membutuhkan kemampuan renang yang baik. Jika nggak? Keluar duit, please! Jangan pelit napa. Hehehe.

Bersama Budin, mbak Fetty dan Fathan, perahu yang kami tumpangi membelah Sungai Musi dengan begitu lincahnya. Semua pada ketawa hepi sambil narsis. (aslinya sih aku takut, maklum aku hanya bisa berenang gaya batu cincin). Sepanjang perjalanan, kami disuguhi pemandangan kapal tongkang atau pun kapal-kapal berukuran besar milik beberapa perusahaan. Misalnya saja kapalnya PT.Pusri.

DSC_0031

Kapal “Sepid” model begini yang kami tumpangi

DSC_0032

Narsis pangkal hepi. Yuk mari teriak KEJUUUUU.

DSC_0163

Beh kapalnya segede ini.

Sehari sebelumnya, Palembang diguyur hujan deras sampai-sampai Jembatan Ampera tidak terlihat dari BKB. Untung di hari Sabtu cuaca cukup baik walau sempat fluktuatif, sebentar gerimis-sebentar cerah. Perjalanan menuju Pulau Kemaro dibantu dengan jalur arus sehingga terasa lebih cepat. Terlihat beberapa aktifitas warga di Sungai Musi di sepanjang perjalanan. Ada yang memancing, ada juga beberapa kapal dengan tujuan kami. Menuju pulau cinta.

Oh ya, satu lagi. Pulau ini dinamakan Kemaro (Kemarau) karena konon pulau ini tidak pernah kebanjiran walaupun debit air sungai tinggi. Begitu sampai di pintu dermaga pulau, kesanku terhadap pulau ini cukup menarik. Dermaga pulau cukup bersih dan rindang karena beberapa pohon ditanam di sekitarnya. Nah, begitu ke dalam, pengunjung langsung disambut dengan keberadaan kelenteng Dewi Kuan Im yang dibangun pada tahun 1962. Aku tidak tahu persis karena tidak ada guide atau papan petunjuk, dari luar terlihat dua makam dan dari tayangan TV Lokal, itulah makam putrid Siti Fatimah dan Tan Bun An. Satu-satunya guide yang ada ialah Fathan yang berbaik hati membacakan kami (dan pengunjung lain) sejarah pulau Kemaro ini. Gayanya bolehlaaah 🙂 -kasih jempol ke Fathan.

DSC_0086

Dua makam

Tak lama, kami beranjak ke bagian sisi tengah pulau. Nah, di sinilah terdapat pagoda 9 lantai yang menjulang tinggi ke langit kota. Pagodanya terlihat indah dan megah! Puas rasanya mengabadikan keelokan pagoda gagah ini. Sayang, pengunjung tidak diperkenankan untuk naik ke atas. Bisa jadi atas dasar pertimbangan keamanan, kenyamanan dan juga kebersihan pagoda.

DSC_0124

Ini dia pagodanya

DSC_0128

Pagarnya tergembok, jadi gak bisa naik.

DSC_0146

Patung naga di tangga pagoda

Tak jauh dari pagoda, terdapat sebuah pohon tua yang disebut pohon cinta. Eaaa prikitiiw, bagi para jones ya monggo, coba dilirik siapa tahu menemukan gadis idaman di sana (bik Kun Ti). Ihiy. Konon (lagi) kalo menuliskan nama kita dan pasangan di pohon, maka cinta-nya akan abadi. Oi oi oi, itu mah vandalisme namanya. Untung sekarang pohonnya sudah diberi pagar.

DSC_0105

Pohon cinta

DSC_0111

Akar? gak ngerti, pokonya dari dahan kok menyatu dengan tanah gitu ya. Hmmm

Lapar dan haus? Di pulau ini ada beberapa pedagang yang menjual makanan dan minuman. Tapi bukan makanan berat seperti nasi padang, sih! Cukup mie instan kemasan. Atau kalau haus, bisa merasakan kesegaran air kelapa seperti ini.

DSC_0132

Minum es kelapa muda

DSC_0129

Jadi inget film jadul, duitnya kayak yang dipegang

DSC_0142

Memberdayakan mbak penjual minuman sebagai fotografer dadakan hehe

Tak lama kemudian, kami memutuskan untuk pulang. Oh ya, tips sederhana untuk mengunjungi Pulau Kemaro ini. Pertama, tidak semua kapal menyediakan pelampung. Jadi, jika si pengemudi kapal terlihat ngebawa kapalnya rada ugal-ugalan, segeralah bilang, “bang, kalo ngebut-ngebut gak kami bayar ya!” dengan restu Allah Swt, si abang kapal akan melambatkan laju kapalnya.

Kedua, jika kamu Tukang Kelaparan (memakai istilah mbak Fetty terhadap Fathan hihihi), bawa perbekalan yang cukup dari rumah. Bawa pempek, risol, kerupuk atau apalah. Jangan lupa bagi-bagi ke pengunjung lain. Kalau kamu punya bakat dagang, ya sekalian aja dijualin, lumayan buat nambah ongkos balik hehe.

Ketiga, pastikan kamu membayar pengemudi kapal ketika sampai ke dermaga awal. Ingat, menuju Pulau Kemaro ini sifatnya kayak Syahrini yang nyewa jet pribadi. Semua orang juga begitu. Kalo kamu terlalu baik dan bayar duluan, trus si abang kabur, siap-siap pulang dengan berenang ya.

Keempat, aku pernah baca blog seorang blogger yang ngumpat-ngumpat setelah datang ke Pulau Kemaro. Dalam blognya tertulis, “alah ini pulau biasa aja, gak ada apa-apanya.” Hmm, kayaknya dia termasuk golongan Jones yang pulang dengan tangan hampa hehe. Maksudku gini, memang nih pulau biasa aja (kalau mau yang ekstraordinari, nooh sonooo ke Maldives ajak om pejabat), tapi untuk pengalaman mengitari sungai Musi, menurutku harga segitu cukup wajar, apalagi kalau perginya rame-rame.

Kelima, jangan lupa berdoa setiap dalam perjalanan. Biar selalu jadi anak soleh dan sholehah. Amin.

DSC_0166

Jembatan Ampera, dari kejauhan. B&W.

 

49 komentar di “Menyusuri Sungai Musi Menuju Pulau Cinta

  1. Wah kedatangan tamu dari pulau Jawa toh Mas Yayan….
    walau disebut pulau Cinta, tapi kalau ada pasangan yang ke sana ntar bisa putus ya? *pernah denger gosipnya*

    duh pengen menyambangi Palembang dan pergi ke pulau ini

  2. Waaah… ada kapal PUSRI.. Dulu aju akrab banget ama kapal Pusri, sampe pernah ikut layar naik kapal Pusri juga. Maklum, papaku puluhan tahun kerja di kapal Pusri, Yan..
    Ooh Budin lagi liburan di Palembang yaa.. Senangnya.. abis kedatangan Yanita, sekarang kedatangan Budin 🙂

    • Tinggal nunggu kedatangan mbak Dee ke Palembang hahaha eh atau aku aja yang main ke sana kali yaaaaa 😀

      Waaah jadi mbak Dee pernah naik kapal Pusri yang gede-gede itu, kah? aku penasaran pingin masuk, tapi jadi bingung aksesnya gimana ya? haha

      • Pernah, Yan.. Dulu waktu umur 5 tahun pertama kali diajak papaku naik kapal Pusri dari Surabaya ke Sulsel, lanjut ke Bontang. Sebulanan ikut di atas kapal. Seruuu…
        Iya nih, aku pengen banget main ke Palembang.. pengen ngerasain pempek langsung dari kampung halamannya 🙂

  3. Kalau saya bakal senang diajak ke sini. Penasaran dengan cerita dan makamnya :hehe. Setting tempat suatu cerita selalu menarik perhatian, soalnya kadang kita seperti bisa melihat film dari cerita itu terputar di sana :hehe
    Itu sepertinya akar tunjang yang di pohonnya itu, ya :hehe

    • Hayoo ke Palembang dulu deh haha, kalo nanti ombaknya gak gede, aku temenin hahaha. *secara takut naik kapal*

      Kisah Siti Fatimah dan Tan Bun An ini memang pernah diangkat ke dalam sebuah hmm sinetron? eh atau FTV kali ya karena sekali cerita selesai.

      • Hehe, siap. Terima kasih, Mas. Sama, saya juga agak segan kalau harus naik kapal jika ombaknya besar :hihi

        Hm, saya kurang tahu, ya. Cuma pernah baca di beberapa media, jadi tidak terlalu asing lagi :hehe

    • Betul mbak Yana.
      Dulu, pengunjung bisa ke Kemaro hanya dengan bayar Rp.6000 aja mengikuti tiket terusan TransMusi (kayak TransJakarta) tapi sekarang gak ada lagi. Kapal wisata yang gede kalo mau sewa kudu bayar 2,5 juta. Aku ngebayangin ada paket wisata murah tur sungai musi gitu. Gak hanya ke Kemaro tapi ke kampung2 yang masih ada rumah rakitnya, ada juga ke masjid Ki Merogan (usianya ratusan tahun) atau di Kemaro dibikin tempat wisata apaaa gitu. *ngebayangin pusat wisata religi atau dibikin satu restoran yang digarap serius juga boleh*

      • wah, sayang ya. kalau kata muse palembang sama banjarmasin itu rada-rada mirip kehidupan sungainya. di sini yang ditingkatin sih siring di tepi sungainya buat jadi tempat nongkrong sore-sore gity

    • Kalo tempat nongkrong, ada di Benteng Kuto Besak mbak. Ada beberapa restoran bagus juga sih, cuma kalo sudah mengarah ke Kemaro sepiii hehe. Kemarin cukup ramelah, cuma pedagangnya masih segelintir dan yang didagangin seadanya aja.

  4. Waktu kecil dulu pernah baca cerita itu Siti Fatimah dan Tan Bun An dan setelah gede tahu itu kisah Pulau Kemaro. Ya memang gak banyak yg dilihat di pulaunya, tapi lumayan buat piknik akhir pekan menjauhi hiruk-pikuk Palembang.

    • Iya lumayan banget, Koh 🙂 yang seru itu ketika naik kapalnya. Untuk yang sehari-hari biasa naik mobil jelas ini pengalaman yang beda. Tinggal berani atau nggak, itu aja hahaha

      • Bener. Ga semua tempat wisata harus WOW, harus punya breathtaking view, dll. Yang sederhana begini udah seru kok, terlebih perjalanan yg pake perahu membelah Musi.

    • Makanya kaget sama satu blogger yang menuliskan kekesalannya terhadap pulau ini. Menurutku, seminim apapun keadaan lokasi sebuah tempat wisata, jika pertama kali di datangi pasti selalu saja ada cerita yang menarik 🙂

  5. Hahahahaha. Makasih Om informasinya. Ngekek bacanya.
    Sebelumnya belom pernah denger soal pulau ini. Jadi tahu kalo di Palembang ga cuma ada sungai musi aja.

  6. Ping balik: Kopdar Seru Bareng Artis KPI |

    • Sama mbak 🙂 mengingatkanku akan serial White Snake Legend dulu ketika si siluman ular putih-nya dikurung di pagoda hahaha. Sayang gak bisa masuk nih waktu ke sana 😦

  7. Wah, bener tuh Palembang nih, klo nggak hanya sungai musi-ampera dan pempek serta pulau kemaronya, lalu apalagi mas yang menarik di palembang, yoo dibagi…

    Salam pershabatan dari Dompu-NTB

  8. Ping balik: Dari Rokok Pucuk Hingga Pembuatan Perahu: Serunya Keliling Kampung Perigi Laut di Palembang | Omnduut

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.