::: Book Junkies :::
Catatan Para Pecandu Buku
| 2013 | Penyusun : Ihwan Hariyanto, Wayan Lessy |
| Penyunting : Ivonie Zahra | Perancang Sampul : Muhammad Nurul Islam |
| Penerbit : Mozaik Indie Publisher | ISBN : 9786021765906 |
| 150 Hal | Harga Rp. 25.000- | Skor ala Omnduut : 7.5/10 | Rating GR : 3.83/5 |
“Om, kok beli buku terus?” tanya Rais –keponakan sulungku tiap kali aku menenteng belanjaan dari toko buku. Ya, kegemaranku membaca sejak kecil memang telah menuai hasil. Apa itu? Ya tumpukan buku. 🙂 Buku-buku, majalah dan komik itu kini jumlahnya sudah buanyaaak. Bahkan, saking banyaknya, aku sempat membuat taman bacaan ala teras rumah. Siapa penikmatnya? Teman-teman di kampungku. Bacaan-bacaan itu juga aku sewakan. Begitu menghasilkan uang, ya dibeli buku lagi. Terus saja begitu. Maklum, maniak buku.
Walaupun sekarang sudah tidak ‘berbisnis’ buku lagi namun kegemaran membaca tetap membuat aku menjadi pemburu buku. Beruntungnya lagi, secara tidak langsung aku bisa menularkan minat baca kepada banyak orang. Terutama keponakan yang sehari-hari dititipkan di rumah. Sering kali kami berdiskusi tentang buku. Tebak-tebakan menggunakan buku, pokoknya buku menjadi salah satu pusat aktifitas kami di rumah.
Pernahkah merasa berdosa terus-terusan membeli buku? Iya! Apalagi jika buku-buku tersebut harganya mahal dan tak terbaca. Makanya, belakangan aku lebih selektif jika akan membeli buku. Sempat juga merasa ini hobi yang sangat memboroskan. Namun, di sisi lain aku membela diri. Tak mengapa, di aspek lain toh aku tidak terlalu banyak pengeluaran. Menjadi fashionholic yang berganti pakaian tiap bulan misalnya. Aku juga tidak mengkonsumsi tembakau sehingga uang yang dibelanjakan (menurut hematku) tentu saja lebih bermanfaat jika dibelikan buku. Eh tunggu, ini ulasan atau malah curhat? Hihi. Tenang, apa yang aku sampaikan masih berkaitan dengan buku ini kok 🙂
Yup, keakraban terhadap buku pulalah yang menjadikan setiap kontributor di Book Junkies ini bisa bebas bercerita mengenai kecintaan mereka terhadap buku. Lebih dari 20 orang penikmat buku berbagi pengalaman mereka selama ini dalam “mengencani” bacaan. Berbagai kisah tersaji menarik di Book Junkies ini. Misalnya saja ada yang menganggap buku sebagai investasi. Sebagian lagi bahkan menganggap buku sebagai bagian yang istimewa dalam hidup mereka. Ada yang menjadikan buku sebagai sahabat, guru terbaik bahkan ada yang secara tegas berkata buku adalah pacar (yang paling) setia. Duhaaai, romantis banget kan? 😉
Bagaimana jika kisah di buku sudah terserap kedalam kehidupan seseorang? Seperti yang ada di tulisan San Yasdi yang berjudul “Menuju Dunia Fantasma”? Bagaimana tidak, saking mencintai fiksi, tokoh-tokoh yang selama ini hanya ada di buku mendadak muncul di kehidupan San Yasdi. “Bwuuusshhh! Panas! Si naga menyemburkan apinya kesana kemari.” Hal.3. Bukan main serunya (atau seremnya? ^^) jika suatu hari kita betulan didatangi si tokoh fiksi macam si naga yang ada di novel Eragon, ya? 🙂 sangat menarik!
Berbagai tingkah laku terbentuk dari kebiasaan membaca. Dari yang kemudian kemampuan membacanya di atas rata-rata seperti Avizena Zen. “Kebiasaan membaca buku akhirnya terbawa sampai saya dewasa. Rekor bacaan saya adalah 30 buku dalam satu bulan!” Hal.33. Bambang Priantono bahkan dijuluki oleh keluarga sebagai ‘toko buku’ dan ‘kamus berjalan’. Selain itu, Bambang Priantono mengaku bahwa, “Buku artinya sangat luas bagi saya. Sebagai sarana pelarian dari kejenuhan… buku juga menjadi inspirasi bagi saya untuk lebih banyak menulis.” Hal.23.
Pemahaman lebih mendalam mengenai buku dapat dilihat dari tulisan Lalu Abdul Fatah yang berjudul “Buku Bikin Hidup Lebih Hidup”. Fatah berujar, “…Tuhan saja telah memberi contoh. Ia mengukuhkan keberadaan diri-Nya, salah satunya melalui kitab-kitab suci.” Fatah juga lanjut berkata, “Bagaimana mungkin ide-ide Karl Marx diperbindangkan dan diperdebatkan dalam berbagai forum diskusi hingga merasuk menjelma menjadi ideologi jika ia tidak menulis Das Kapital?” Hal.77. Melalui untaian kalimat-kalimat itu jelas bahwa Fatah ingin menunjukkan bahwa eksistensi manusia diakui (diantaranya) dalam buku yang mereka tulis. Pemikiran yang luar biasa!
‘Kegilaan-kegilaan’ apa yang bisa dilakukan oleh pecandu buku? Pernah ada yang mendengar bahwa Habiburahman El-Shirazy memberikan mahar nikah berupa buku? Eh tunggu, itu masih belum seberapa. Salah satu kontributor Book Junkies –Naziah, bahkan berusaha agar ia memperoleh mahar berupa lima lemari penuh buku! “Sebenarnya, terkait mahar, saya udah punya impian sendiri sejak dulu. Duluuu sekali, pengen banget ada pangeran yang datang ngasih mahar buku lima lemari.” Hal.99. Berhasilkah Naziah mewujudkan pernikahan impian berselimutkan buku itu? 🙂
Masih banyak sekali kisah menarik dari para pecandu buku ini. Dari awal mengetahui keberadaan Book Junkies, aku pribadi sudah sangat penasaran dan pingin baca. Jarang sekali ada buku yang menulis tentang buku itu sendiri? Melalui tulisan para kontributor, sangat terlihat bahwa buku bukan lagi sekedar hobi. Buku adalah kebutuhan pokok selaiknya sembako yang harus terus terpenuhi. Buku tak ubahnya sodoran gizi bermutu yang dibutuhkan oleh manusia. Cakep dah!
Bagi bookholic tentu saja Book Junkies tak ubahnya cermin. Ketika membaca satu persatu tulisan yang ada, kita seolah-olah diajak untuk melihat diri kita sendiri. 🙂 Sosok para kontributor yang begitu menyayangi buku, mencintai buku dan berusaha sekuat hati menjadikan buku sebagai soulmate tak ubahnya diri kita sendiri, kan? Oh ya, jika mengulas buku keroyokan semacam ini tentu sebagai pembaca kita akan menemukan tulisan yang secara gaya penceritaan kurang kuat dibanding kontributor lainnya. Sangat wajar, kan? apalagi jika sudah menyangkut selera pembaca. Sangat subjektif. Yang pasti, aku menemukan beberapa tulisan yang menurutku akan lebih asyik jika dikembangkan atau ditulis lebih panjang.
Terakhir… seperti menjadi sebuah pengharapan yang tertulis di bagian awal buku ini bahwa kehadiran buku-buku yang ada diharapkan mampu mencetuskan budaya membaca di generasi muda. “Budaya membaca sangat penting sekali bagi generasi muda, apalagi di era globalisasi seperi sekarang ini. Hanya mereka yang membaca yang mampu dan berani berpikir sendiri dan bisa menikmati alam kebebasan. Hanya mereka yang membaca yang martabatnya tak mudah di porakporandakan oleh kekuatan apapun dari luar dirinya, khususnya dari arus informasi.”
Selamat membaca! Selamat mencintai buku! 🙂
Seandainyo yayan melok ke Jepang kemaren, pasti banyak tulisannyo. Hehee 😀
PASTI BANYAK Kemas hahaha 🙂
Bakalan ditulis lengkap kayak trip ke Thailand dulu.
InsyaAllah suatu hari bakalan ke negeri matahari terbit. Doain Mas 🙂
Jadi penasaran sama buku ini 😀
Dari smp sampai sekarang saya hobi banget sama yang namanya baca. kalau ke bookfair macam Pesta Buku Jakarta dan Islamic Book Fair ngga tanggung2 ngeborongnya, even bisa sampe 500rb hehehehe *digeplak slip gaji*. Apalagi kalau nemu diskonan buku 10-20rb beuh, pulang beli tas lagi :D.
Tapi sekarang ini minat baca lagi mengendur paraaah. Buku tipis edisi bahasa Indonesia aja bisa sebulan lebih bacanya :'((. Mungkin saya ngga bisa bagi waktu antara pekerjaan jadi full time mom dengan hobi, atau memang sayanya aja yang pemalas.. *nyampah curhatan di komen mas Yayan :D*
Buku ini diterbitkan oleh penerbit indie mbak Restu 🙂 Didistribusikan juga ke beberapa Gramedia di pulau Jawa. Eh ternyata sampe juga buku ini ke Palembang ^^
Haa, aku juga pernah tuh berada di posisi kehilangan minat baca. Terlalu capek dengan pekerjaan atau juga gairah bacanya lenyap 😀 makanya sempat ditulis diatas kalo merasa berdosa udah beli buku mahal-mahal eh gak kebaca. Tapi yakin deh mbak, ntar minat bacanya perlahan akan muncul lagi 😀
ralat, Habiburahman El Shirazy, Mas… bukan Abdurahman 🙂
Hwaah iya haha maaf 🙂 Makasih koreksinya ya ^^
Tadi pas nulis memang rada ragu. Mau cek di rak buku males. Soalnya lebih familiar dengan Kang Abik gitu. ^^
jadi penasaran ntar maharnya buku 5 lemari gimana tuh?
selamat membaca..
Haha keren banget euy! Aku juga pingin deh menjadikan buku sebagai salah satu mahar. Haha amiiin 🙂 Tapi kudu buku inspiratif ala Ayat-ayat Cinta kali ya :p kalo bukunya komedi malah diketawain ntar kwkwkw
Kalau bukunya komedi inspiratif, gimana, Cek Yan? 😀
Misalnya Tah? ^^
Aku ntar kalau nikah juga minta mahar bukuuu…gak usah perhiasan hahaha. Eh jadi penasaran banget buku ini. Di gramed ada gak yan?
Nah, coba aja cek di gramedia mbak 🙂 Semoga ada ya hihihi. Amiiin, ikut mendoakan deh semoga mb Yus dapet mahar buku hihihi
Dari review di atas, kok Mr.Moz ga nemu saran atas kekurangannya he3, apa sama kayak Dee dan Fatah yaitu bukunya kurang tebel Yan? 😀
Bagi yang penasaran dengan kisah-kisah di Book Junkies bisa beli langsung di gramed dan togamas, atau via online di sini: http://www.gramediaonline.com/moreinfo.cfm?Product_ID=864610. Ada diskon 15 persen lhoo.
Kalo soal halaman, jelas ini buku yang kurus hihi padahal temanya jempolan. Kurang genduuuut *ngelirik perut sendiri* persis yang aku bilang di kalimat ini Yang pasti, aku menemukan beberapa tulisan yang menurutku akan lebih asyik jika dikembangkan atau ditulis lebih panjang.
Juga, karena ini keroyokan, ada tulisan yang menurutku kurang nendang dibanding kontributor yang lain. Bukan gak bagus, tapi pengalamannya terhadap buku sangat biasa dan sudah umum. Tidak ada sesuatu hal yang baru dan spesial. Hihihi.
wow … banyak banget koleksimu yan, aku paling baru 1/3 dr punyamu dan isinya traveling semua hahaha … mau ke gramed juga jauh …
sekarang aku lebih menikmati sebagai penulis drpd pembaca 🙂
Soalnya sudah dikumpulin sejak SD, Isna 🙂 di deretan paling atas rak itu, 90 persen isinya traveling semua. Hahaha… makin gila sama genre yang satu ini.
Eh serius nulis buku gitu?
kalo dikumpul sejak sd (termasuk buku pelajaran) ya kira2 segitu.. sayang majalah2 lawas n buku banyak yg disingkirin ke gudang sm ibuku, hehehe …
belum, nulis di blog.. hehehe
Haah kalo sama buku pelajaran lebih banyak lagi 😀 terakhir buku pelajaran sudah lungsur ke loakan. Satu dus lemari TV. Buku dari SD!
wohooooo.. itu rak bukunya bikin mupeeeeng 😀
makasih review Book Junkies-nya ya Yan… Dan aku ngerasa banget kalo tulisanku di buku ini termasuk salah satu yang tidak dieksplore dengan baik 🙂
Hahaha, itu setelah dikumpulkan belasan tahun mbak Dee 🙂
Nah nah nah tulisan yang gak aku singgung diulasan bukan berarti semuanya termasuk yang aku bilang kurang dieksplore itu loh mbak Dee ^^
hehehe.. iya.. tapi aku ngerasa gitu kok Yan… 🙂
pas ngebaca bukunya baru deh gemess… iiihh.. harusnya kan masih bisa dikembangin lagi tulisannya 😀
^_^
wah… salut sama mas…
koleksinya banyak banget… masih kalah saya. 😀
Haha terima kasih mas Ryan 🙂
Kecintaan membaca tapi bukan soal siapa kalah dan menang lhooo 😀
Tadi aku sempet liat di GR-nya, kayaknya bacaan kita setipe ya ^^
Wah… GR-nya mas apa nih? boleh tuker2an reviewlah. 😀
Sudah aku add di GR-nya mas. Wah penggemar Dee kayaknya 🙂
banget… 😀
tapi miss yang trilogi Supernova. sampai sekarang juga masih belum ada niat untuk membacanya.
Aku belum pernah baca satupun bukunya. Hahaha 😀
Seri Supernova terakhir aku punya. Dibeli pas Dee datang ke Palembang. Tapi belum juga terbaca hohoho
buat saya saja mas… *dikeplak*
GR-nya mas itu bikin wowwwww.. 346 read? di luar yang kategori2 lainnya?
Hahaha. Tanda tangan Dee-nya yang lebih berharga xixixi.
Ah dibanding temen-temen GR yang lain aku belom ada apa-apanya mas Ryan. 🙂
saya masih baru di GR mas. 😀
nih lagi lihat koleksi read mas buat kasih mark dulu read-nya. 😀
wah lebih-lebih tuh. dah buat saya saja. 😛
Ooooh ngincar tanda tangannyaaaa hahahahaha 🙂
Sementara aku doain aja ya biar bisa ketemu Dee dan bisa nodong tanda tangan ke dia hihihihihihi
🙂
Mahar 5 Lemari berisi buku. dahsyat..
Salam kenal om.. salam baca.
Iya, unik banget kan? 🙂
Salam kenal kembali. Terima kasih susah mampir ke blogku ^^
Iya Om…
Tau blog Omnduut dr mas Ryan..
Salam kenal dr ujung sulawesi Om…
Wah senangnyaaaa… makin banyak temen di Sulawesi 🙂
Jadi kalo nanti ke Sulawesi kan ada temen yang bisa dikunjungi ^^
Menyambut dengan senang hati…;)
Kalo ke Palembang juga kasih kabar ya 🙂
Insya Alloh Om. Eh Mas ding.
Sippp 🙂
huaa.. huaa.. itu lemari bukunya rapii bangets ya, hahahaha.. lemari gua isinya udah berantakan ngga jelas.. tadinya mau dirapiin berdasar judul atau nama pengarang githu tapi ngga jadi, hahaha.. sekarang mah main tumpuk aja and disempilin di mana ada tempat 😀
Haha sama aja sebetulnya mbak. Demi kepentingan publikasi jadi dirapikan hahahahaha.
Aku dulu punya dua lemari yang sayangnya hancur karena banjir. Nah, dari dua lemari dijadiin satu lemari itu. Habis disusun makanya rapi 😀
sebetulnya bukuku juga dimana-mana. Di atas komputer, kasur, lemari buku lainnya hehehe
Demi kepentingan publikasi jadi dirapikan. hahahahaa… tooooppp!!! ya, namanya juga sesi pemotretan ya, kudu rapi jali. masuk blog gituuuuh… 😀
Hahaha iya Tah 🙂 Jadi kan pasca banjir, buku2nya dirapikan di lemari itu. Alhamdulillah hingga sekarang kerapihannya konsisten. Lemari lain yang gak jamin 😀
Demi kepentingan publikasi jadi dirapikan
ahahahaha.. itu toh ‘rahasia’-nya biar bisa rapii.. harus niat mempublikasikan lemari baca-nya ya, hahahahaha :))
Xixixixixi. Untuk yang lemari kaca sih rapi2 aja sampe sekarang. Dua lemari lainnya yang aku gak mau kasih lihat hakhakhakhak
Ping balik: pernikahan punya cerita – MY WEDDING STORY – | La Rêveur Vrai
Wah, memang. Orang-orang bisa menjadi pecandu buku kalau sudah merasakan manfaatnya.
Betuuul 🙂 kayak anak kecil kecanduan coklat kali ya rasanya hahaha