Dari kecil, minatku terhadap sejarah dan kebudayaan memang lebih besar ketimbang pelajaran yang lain (olahraga misalnya haha). Bisa jadi, karena sejak dulu terus diasupi berbagai bacaan yang memuat berbagai macam artikel sejarah dan budaya maka minat itu muncul dengan sendirinya. Hobi membaca dan berlangganan beraneka ragam majalah/tabloid anak mengenalkanku akan sebuah hobi baru. Yaitu mengoleksi perangko. Awalnya aku mengumpulkan perangko hanya karena suka dengan gambar-gambar yang ada di sana. Siapa sangka, setelah diamati ternyata melalui perangko pun aku bisa belajar sejarah dan budaya.
Hobi mengumpulkan perangko ini datangnya beriringan dengan kegemaranku mengumpulkan kartu pos. Demi kepentingan ikutan kuis di majalah, secara otomatis aku pun berkenalan dengan benda pos. Ya perangko dan kartu pos itu tentu saja. Ternyata ya, gambar-gambar yang ada di perangko itu nggak dipilih sembarangan. Gedung bersejarah, tempat wisata, budaya atau peristiwa penting banyak yang diabadikan dalam gambar perangko. Cerita rakyat Sangkuriang dan Malin Kundang ini misalnya.

Perangko bergambar cerita rakyat. Apakah anak usia sekolah dasar sekarang tahu cerita rakyat semacam Malin Kundang atau Sangkuriang ini?
Oh ya, sebagai informasi. Untuk perangko jenis ini biasanya disebut perangko nondefinitif. Artinya, perangko itu sengaja dicetak untuk memperingati suatu peristiwa tertentu. Atau, setidaknya memiliki tema yang khusus. Contoh perangko nondefenitif lainnya seperti yang ini nih.

Perangko ini sengaja aku beli agar bisa digunakan untuk kegiatan postcrossing

Perangko dari negeri tirai bambu yang menyajikan sebuah cerita
Untuk perangko jenis definitif yang artinya perangko itu dicetak untuk memenuhi kebutuhan pengiriman surat dengan biaya berbeda contohnya adalah perangko dengan gambar Presiden Soeharto. Bahkan aku punya perangko versi Pak Harto ini yang diterbitkan tahun 1986. Nominalnya pun waktu itu Rp.40! Artinya perangko itu sudah berusia 27 tahun! Melebihi usiaku sekarang.

Perangko bergambar Bapak Soeharto dari masa ke masa dan dengan berbagai macam harga.
Darimana aku mendapatkan perangko-perangko ini? Sebagian besar adalah dari hasil ‘meminta-minta’ haha. Dulu, waktu SD hingga SMP ketika aku masih semangat-semangatnya berburu perangko bekas, hampir setiap orang yang kutemui pasti aku tanyakan, “ada perangko bekas, nggak?” Ternyata, lumayan juga. Beberapa uwakku yang kerja di kantoran berhasil ‘menyelamatkan’ beberapa perangko untuk diberikan ke aku. Di kantor pos Jl. Merdeka Palembang dulu juga ada penjual perangko bekas. Tapi sayang harganya agak mahal dan diluar jangkauan uang sakuku waktu itu. Ada beberapa perangko yang sengaja aku bela-belain untuk dibeli. Seperti perangko bergambar Ibu Tien Soeharto atau perangko bergambar badak bercula satu yang sudah langka.

Butuh perjuangan untuk mendapatkan perangko bergambar badak bercula satu ini
Aku juga dulu memiliki belasan sahabat pena yang berbaik hati menghibahkan perangko-perangko temuan mereka. Bahkan dulu ada beberapa sahabat penaku yang berasal dari luar negeri. (Australia dan Malaysia). Dari mereka, aku banyak mendapatkan perangko bekas yang masih aku simpan hingga sekarang.
Ada juga perangko-perangko yang aku dapatkan dari kedutaan besar di Jakarta. Dulu ya, aku rajin banget kirim surat ke kedutaan-kedutaan besar itu. Beberapa pegawai kedutaan berbaik hati mengirimi perangko beraneka jenis dan bentuk. Ketika dapat kiriman dari mereka, rasanya senang sekali!

Ternyata Sultan Hassanal Bolkiah pun narsis kayak Pak Harto 😀
Hobi ini juga sempat aku ceritakan di blog multiply. Dari sana, beberapa MPers secara diam-diam menghadiahiku perangko. Bahkan, mbak Helene dan mbak Gita menghibahkan koleksi perangko mereka ke aku. Wah bukan main senangnya. Nggak terasa, dari hobi yang ditekuni dari usia sekolah dasar hingga sekarang ini aku sudah berhasil mengumpulkan 673 perangko (disimpan rapi dalam 4 buah album perangko) yang berasal dari 33 negara termasuk Indonesia. (sengaja dihitung untuk kepentingan tulisan ini hahaha).

Perangko seri Presiden Pertama Republik Indonesia : Soekarno
Ini dia daftar perangko dari luar negeri yang aku kumpulkan. Doakan aku bisa ke sana semua ya! Amin. Negara-negara itu adalah Korea Selatan, Argentina, Malaysia, Singapura, Jepang, Hongkong, Amerika Serikat, Finlandia, Austria, Rep. Dominika, Antigua & Barbuda, Mesir, Perancis, Norwegia, Jerman, Polandia, Portugal, Rumania, Belanda, Brunei Darussalam, Thailand, China, Italia, Kuba, Republik Ceko, Rusia, Australia, Vietnam, Kamboja, Afghanistan bahkan Republik Guinea Bissau dan Republik Chad yang namanya sangat asing di telinga. Dari kesemuanya antara jumlah perangko dari dalam dan luar negeri cukup berimbang dan sama banyaknya.
Banyak sekali informasi sejarah dan kebudayaan yang aku dapatkan dari perangko-perangko itu. Mungkin, dari perangko-perangko ini pulalah minatku terhadap hal-hal baru terutama kebudayaan, sejarah atau adat istiadat menjadi begitu besar. Setiap kali aku mendapatkan informasi baru dari daerah lain (atau bahkan dari negara lain) aku akan merasa sangat antusias.
Slideshow ini membutuhkan JavaScript.
Banyak sekali kejadian penting atau tempa-tempat bersejarah yang baru kuketahui setelah melihatnya di perangko. Apalagi dulu ketika internet masih menjadi suatu hal yang langka, dari mana coba aku mengetahui bentuk Istana Presiden Tampaksiring atau Istana Presiden Cipanas kalau tidak dari perangko.
Hobi ini banyak memberikan manfaat. Kata orang, mengoleksi perangko hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang sabar. Haha. Tentu saja! Dimulai dari proses melepaskan perangko dari amplop misalnya, itu harus dilakukan hati-hati agar tidak merusak perforasinya (gigi perangko atau sisi perangko yang bergerigi). Untuk menempatkan, menyusun dan merawat perangko berukuran mini di dalam album khusus pun butuh ketelatenan dan kesabaran. Hobi ini pun membuat aku rajin menabung demi mendapatkan perangko khusus yang layak dikoleksi. Pokoknya, ini hobi yang keren deh! *bangga, hihi*

U! Magazine edisi Mei 2010. Judulnya aja udah Stamp Traveller 😀
Bahkan ya, karena hobi ini, di tahun 2010 aku sempat diwawancarai oleh U! Magazine dan bikin wajahku nongol di majalah. Haha, narsisku kumat. Ya, lumayanlah setidaknya hobi ini pernah diapresiasi oleh sebuah media massa. Oh ya, yang bikin miris sekarang adalah ketika perangko-perangko ini perannya mulai tergeser dan digantikan pengelolaan biaya secara digital. Di satu sisi mungkin untuk efektifitas dan kepraktisan, namun di sisi lain, makin jarang orang mengenal perangko. Tidak menutup kemungkinan kelak perangko akan betul-betul lenyap dari Indonesia. Makanya, salah satu hal yang bikin aku senang gabung di komunitas postcrossing adalah akhirnya aku bisa menggunakan perangko lagi.
Hidup filateli!
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait
Dulu kakakku yang punya hobi ngoleksi, tapi koleksi kartu telepon bukan perangko… kalau aku dari dulu cuma seneng ngoleksi buku 😀
tapi.. keren-keren koleksi perangko mu.. katanya kalau antik banget bisa terjual dengan nilai tinggi ya..
Aku juga koleksi kartu telepon mbak hihi. Di tulisan selanjutnya bakal diceritain 😀
Iya, dulu sempet ada yang nawar (ntah iseng apa serius) tapi karena emang gak niat dijual, tawarannya gak terlalu aku gubris 😛
wah.. boleh tuh.. ditunggu ulasan tenang koleksi kartu teleponnya… punya kakakku di mana sekarang yak.. kebanyakan pindah-pindah sih.. 😀
ternyata kamu kolektor semua barang yak… 😛
Haha iya, banyak banget yang aku koleksi. Nanti satu persatu akan aku ceritain hihi. Khusus yang kartu telepon, kebanyakan dari Malaysia, oleh-oleh sepupu yg pernah kerja di sana. 🙂
Waaaahhhh koleksimu keren-keren Yan 😀
Dulu klo ngeliat perangko, yang membuatku tertarik pertama adalah nominalnya, baru setelah itu gambarnya *tutup muka pake album foto*
Skrg jarang pake perangko, sekalinya ngirim kartu pos, gmbar di perangkonya kurang menarik 😦
Iya betul, kurang kece ya gambarnya (walaupun jauh lebih mendingan ketimbang gambar Pak Harto yang ketara bener monotonnya haha). Makanya aku beli perangko di stand khusus. Di sini perangkonya nondefinitif (lihat yg jati diri bangsa itu) lumayan kan? gak monoton2 banget. 🙂
Apa sekarang komunitas pecinta perangko masih ada?
Sepertinya masih ada mbak Ika walaupun aku nggak tahu dimana dan ada di kota apa ^^
Di Palembang nggak ada kayaknya. Dulu aja ketika sekolah, dari ratusan temenku hanya satu orang aja yang punya hobi sama. Kami suka saing-saingan hihi.
hwah….. koleksinya mantap.
saya dari dulu nggak suka nulis apalagi kirim2 surat. ngirim surat dan nerima surat bisa dihitung pake jari 😀
Makasih mas Rifki 🙂 Wah berbanding terbalik banget ya dari aku. Tapi, bisa jadi hobi ini nurun dari orang tua. Dulu, ayah-ibuku pacarannya pake surat-suratan hahaha
ckckckck sampe ke kedutaan minta perangkonya.. salut deh dan sampe dihitung ada 600an gitu? daku berapa ya?
salam filatelis..
Iya mbak Tin. Dulu pas kirim surat ke kedutaan, mintanya macem-macem haha. Bahkan aku sampe dikasih buku, poster, buklet, perangko dan lain-lain. Nanti aku ceritain 😀
walahhh… filateli, dah lama ga denger. Aku dulu punya, tapi entah kemana semua.
Wah coba cari Bupeb siapa tahu nemu 🙂
perangko edisi cerita rakyat itu menarik banget deh 🙂
*dan jadi inget udah lama banget gak kirim2 surat pake perangko lagi*
Iya, sekarang kalo kita kirim surat atau paket udah langsung ditimbang dan pembayarannya terkomputerisasi ya 😛
Aku masih punya juga sih 1 album perangko terisi penuh. Tapi emang gak telaten, jadinya ya koleksiku gak nambah-nambah. Sekarang-sekarang aja yang mulai koleksi lagi. Jadi punya hobi baru, suka guntingin perangko di surat-surat punya kantor. Hehehe..
Aku juga udah nggak seagresif dulu ngumpulin perangko Ri. Ya gitu, soalnya perangko makin jarang dipake. Dulu di kantor pun jarang surat yang dikirim pake perangko. 😦
Mau dong dibagi perangkonya…xiixixi. Aku ada juga sekitar 3 album,..trus ada yang belum ditata…tapi ngumpulinnya sekarang santai, gak ngoyo 🙂
Huaaa jangaaaaan *histeris* haha. Swap postcard aja yuuuuk ^^
Ayoooooo….alamatnya dong 🙂
Aku kirim di email ya mbak 🙂 Tengkyuuu ^^
Kayaknya jaman kita sama deh mas. seumuranku ga yah…
dulu aku juga suka banget koleksi prangko, korespondensi, kirim2an kartu pos, trus salam2an di radio. gtulah anak muda jaman tempo doeloe.
Buahahaha… ya ampuuun, iya salam-salaman di radio itu dulu juga pernah xixi. Kalo masa kecilnya (SD) tahun 1990-an, bisa jadi kita seukuran ^^
yeee… seukuran… kayak baju aja. tapi sampeyan ndut, akyu langsing . preeeet.
suka kirim salam juga tho di radio… pernah jumpa fans juga gak ama penyiarnya?
Ya ampuuun kok bisa pake kata ‘seukuran’ ya? hahahahahahaha maaaf typo kelas berat.
Kalo sampe ketemu penyiar radionya sih gak pernah ^^ aku kan pemaluuuu *sembunyi muka*
Wah ketemu teman sesama pemulung nih 😀
Aku juga termasuk pengkoleksi segala, dari yang lumrah seperti perangko dan kartu telepon sampai yang belum terlalu lumrah buat orang sini 😛
Yang belom lumrah misalnya?
Eh makasih udah mampir yaaa… salam kenal. Salam pemulung!!! 🙂
Yang belum lumrah, misal saja sendok teh, button, kotak korek api, wadah permen Pezz, dan juga pasir pantai *pemulung beneran* 😀
Aku malah rencana mau koleksi batu ^^ haha bukan batu hias. tapi batu kerikil yang aku dapetin di tempat yang baru gitu hihihi
Koleksinya mirip2 sama punyaku om *jangan2 kita hidup di era yg sama* hahaha
Naah, bisa jadi 😀 Hmm, aku lulus SD tahun 1998 😀
alhamdulillah masih senioran si om *digetok prangko* taun segitu aku masih ingusan di kelas 4 kayaknya mah
Haha, tua dikitlaaaah. *masih gak rela dibilang tua kwkwkwkw*
Ping balik: [BBE] Pejuang Dari Indonesia | La Rêveur Vrai
om mau tanya dong, yang sangkuriang itu kenapa ya bisa dijadiin perangko? ada sejarahnya gak om? atau cuma sekedar untuk mengingat saja.
Itu prangko edisi lama, tahun 90-an 🙂 waktu aku masih SD hihi. Dan memang secara berkala PT Pos biasanya menyetak prangko dengan berbagai macam tujuan. Bisa jadi untuk refleksi sejarah, atau juga prangko khusus untuk memperingati hari penting 🙂
om, pernah dapat prangko dari luarnegri enggak? klo ada berarti ada kenalan bule dong y ^^
Tentu saja pernah 🙂 coba cek blogku yang ini omnduut.blogspot.com
salam kenal Om…
q juga pecinta Prangko nih, lahir batin malah. xixix ixi
Pertahankan ya 😉
Hai! seru sekali bacanya, saya juga baru mulai ikut postcrossing dan kumpulin perangko. Saya punya beberapa perangko yang tidak bergerigi, apakah perangko tsb bisa digunakan untuk mengirim kartu pos?
Bisa-bisa 🙂 selagi prangkonya bukan prangko bekas, masih bisa digunakan kok.
Baca ini jadi inget hobi lama saya. Dulu punya banyak koleksi perangko juga, disimpan dalam album kayak album foto tapi ada slot buat naro perangko gitu.
Yaampun, ini hobi udah lawas banget. Zaman saya masih SD 😂 dulu juga nyari-nyari koleksi dari luar negeri. Sempet dapet perangko gambar Puteri Diana juga dari temen bapak yang dari UK.
Sekarang udah nggak ada lagi kali ya perangko? 🤔
Woow bagus+bagus ya perangkonya. Membaca cerita ini aku teringat perangko-perangko yg menjadi koleksi ku saat remaja. Tak banyak sih, cuma 2 album saja..namun bagiku sangat berharga! Sayangnya hobi itu cuma sebentar kugeluti dan sekarang bahkan ku sudah lupa tempat penyimpanan koleksi ku itu! Hiks..
Rajin banget Mas Yan dan telaten. Nama lainnya filateli ya? Hobi ini booming banget pas aku masih SD (tahun 90an) dan sekarang mulai banyak yg koleksi perangko lagi plus postcrossing ya? Sempat diajak teman juga.
Untuk perawatan perangko-perangkonya gimana apa butuh alat khusus?
Seperti halnya sahabat pena, Para Filateli pun semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Semuanya memudar oleh kemajuan jaman dan teknologi. Padahal dulu Sahabat Pena dan Filateli begitu digandrungi oleh banyak orang, dan sempat menjadi familliar. Untuk sekarang mungkin, Filatelis semakin jarang, dan beralih ke media yang lainnya, bukan lagi mengumpulkan perangko, namun mengumpulkan hal-hal lain yang ikonik.
Mas Yan, daebak keren bgt itu sampe udah 6ratusan gitu perangkonya. Biar aman naruhnya gimana ga mas? Ini termasuk hobi unik ya skrg ini. Banyak jg yg udah kewalahan ga nelateni lg. aku liat di markplaats (toko bekas d belanda) ada banyak yg ngejualin prangko lawasnya dgn harga 5€ satunya
Wahh ternyata ada banyak jenis dari gambar yang ada di perangko yaa, aku gak memerhatikan sedetail itu sih setelah membeli dan menggunakannya. *jadi liat dompet dan cek perangko yang sekarang* Baru tau kalau ada jenis yang lain..
Aaaa…aku juga filatelis…
Rasanya seneng banget liat jajaran koleksi perangko bekas atau perangko edisi khusus. Aku dulu sempet loo.. punya perangko yang ada foto wajahku, hihii… pas foto, pas lagi di kantor pos Jakarta dan sampai sekarang aku masih inget banget karena ketemu Bunda Dorce rahimahullah.
Semoga koleksi perangko ini bisa membawa travelling keliling seluruh dunia.
Sekarang aku uda lamaaa banget gak liat ada filatelis yang aktif, kaya barter atau jual-beli perangko lawas. Yang pasti, ini aktivitas yang sangat menyenangkan!
Dulu ortuku suka koleksi prangko, tpi sekarang entah kemana koleksi prangko tersebut. Padahal seingatku perangnya bagus2 dan banyak jg yg dari luar negeri
Yyy