Pelesiran

[Belitong] Dataran Timah Berselimut Awan

Begitu sampai di bandara H.A.S Hanandjoeddin aku langsung diserbu oleh supir taksi gelap (beberapa memang berbadan gelap sih saingan sama aku) yang menawarkan diri mobil mereka untuk ditumpangi. “Mobil bang… ke Manggar bang? Gantung?” tawar mereka ke aku. Tapi kujawab dengan senyum manis dan ucapan, “nggak bang, makasih”  aja pagi itu.

Sekilas, bandara H.A.S Hanandjoeddin ini mirip rumah biasa aja saking sederhananya. Yaa, tipikal bandara-bandara di kota kecil-lah. Hampir sama dengan bandara di Bengkulu. Kalo yang di Pangkal Pinang sih agak gede sedikit. Pagi itu aku dijemput langsung sama bicikku (bicik = tante) bersama Ucok, anaknya yang kuliah di Palembang tapi lagi balik kampung ke Belitong. Nah, salah satu kenekatanku memilih langsung ke Belitong ini antara lain karena keberadaan Ucok inilah. Soalnya, kalo nggak ada Ucok, bicik nggak ada supir hahaha.

Sepupuku yang lain –Ratih (adiknya Ucok) juga lagi libur kuliah. So, komplet deh anggota keluarga yang siap bergantian ngajakin aku jalan-jalan ke sana kemari. Hihi. *kapan lagi kan mereka jadi guide-ku?* Oh ya, rumah bicikku itu berada di desa Selumar di kabupaten Gantung. Kalo dari Tanjung Pandan sih lumayan jauh. Satu jam lebih. Apalagi ketika aku datang, ada jembatan yang putus sehingga menuju Gantung harus jalan memutar.

Bang, kita beli bahan bangunan dulu ya, mumpung lagi di Tanjung (Pandan),” ajak bicikku. Aku sih hayok aja mah mau diajak kesana-kemari. Lha wong liburannya di tempat keluarga sendiri, kan? Rencana juga di Belitong satu minggu dan nggak ada yang kudu dikejar (kehabisan jatah cuti misalnya :P) so, di Belitong ini aku beneran nyantai banget!

Di luar toko bangunan, aku mulai mengoperasikan kamera. Terlihat suasana kota cukup sepi pagi itu. Satu hal yang kusukai dari Belitong ini. Adalah awan-awannya yang kompak menggumpal dan membentuk siluet-siluet indah. Dulu ya, waktu heboh syuting Laskar Pelangi, sepupu-sepupuku berhasil nyuri foto waktu syuting berlangsung. Lagi-lagi aku kagum dengan awan-awannya yang terlihat bersih dan mempesona *tsaaaah*

DSC_0761

Jalanan kota Tanjung Pandan yang sepi

DSC_0760

Pertokoan di Tanjung Pandan

 

DSC_0759

Awan-awan yang menyelimuti dataran timah

Oh ya, kalo liburan ke Belitong, lebih asyik kalo rame-rame. Bukannya kenapa-kenapa, soalnya di Belitong ini setahuku nggak ada angkutan umum (paling mobil travel antar kabupaten). Jadi, kalo dari bandara ke hotel misalnya, ya mau gak mau sewa taksi gelap. Taksi resmi kagak ada cuy *atau ada yang punya ide mo bisnis taksi di Belitong? :P* dan ongkosnya paling murah Rp.50 ribu. Tergantung dari hotel tujuannya. Kalo mau hemat, ya sewa mobil dan bayarnya patungan.

INFO : Salah satu orang yang menawarkan homestay dan rental mobil adalah Desta. No Telpnya : 0818-02843080. Tapi mohon maaf, aku nggak tahu pasaran harganya berapa ya. Silahkan aja tanya langsung dan dibandingkan info serupa yang tersebar banyak di internet 😛

Akhirnyaaa… aku sampe juga di Gantung tempat keluarga bicikku tinggal. Di sini aku ketemu kakak sepupuku –Kak Butet si juragan pempek yang lagi asyik nyeset badan ikan tenggiri untuk diolah jadi pempek. Bapak Rasyid (suami bicik, begitu biasa kami panggil) lagi nyantai di pondok belakang yang berhadapan langsung dengan danau alami. Rasanya ya, di Belitong ini tenaaaaaang sekali. Memang Gantung ini sepi sih. Kalo mau ‘semedi’ di sini cocok deh hehe.

Apa kegiatanku siang itu? MENCUCI! Hehe. Baju kotor sudah memanggil mesra untuk disentuh. Waktu izin pake mesin cuci, aku dilarang dan dikasih tahu kalo ntar ada yang nyuci. Ah gak mauuuu, masak mereka mau nyuci kancut­-ku? Ketahuan dong kalo ukurannya tripel ex-el 😛 hahaha. Sebetulnya nih ya, aku ini orangnya suka nggak enakan. Walaupun di tempat keluarga sendiri dan aku SANGAT akrab dengan keluarga adik ayah ini, tetap aja aku sungkan kalo sedikit-sedikit dilayani.

Aaah payah nih, gimana mau jadi backpacker sejati dan ngehost (baca : menumpang) di rumah orang/penduduk lokal ya kalo suka malu-malu gini. Aku sih seneng kalo jadi host (hayooo siapa yang mau ke Palembang?), nah kalo nge-host, walaupun tempat keluarga, rasanya sungkan gitu. Berhubung belakangan semangat melancong semakin menggebu, aku harus melawan rasa nggak enak itu. Kapan lagi, kan? 😀 *hayo-hayo siapa rumahnya yang bersedia ditumpangi haha*

Setelah nyuci dan makan siang (lagi-lagi menunya IKAN! Love it!) di pondok belakang rumah persis di pinggir danau kecil (atau kolam ya? Tapi kalo kolam gede banget haha), siang itu aku sukses TERTIDUR *angkatjempol*. Nih ya, aku itu sebenernya jaraaang banget tidur siang. Setahun belum tentu lima kali aku tidur siang. Tidur pun kalo sakit biasanya. Nah, Suasana yang mendukung atau memang ngantuk habis nge-damri pagi buta, aku jadinya tertidur. Aaah benar-benar serasa di rumah. (/^o^)/~~~

Bada’ Ashar aku pintu kamarku diketuk. “Bang, kita jalan ke Manggar yuk,” ajak Kak Butet, kakak sepupuku. Jarak antara Gantung-Manggar itu kurang lebih setengah jam. Kalo di Gantung itu suasananya desa banget, Manggar lebih terasa kotanya, soalnya banyak pertokoan dan ruko. “Kita mau jalan ke mana, kak?” tanyaku. “Ikut kakak aja dek, pokoknya tempat yang oke,”  kata Kak Butet sok misterius. Aah demen deh kalo dikasih kejutan kayak gini. ^^

Lagi-lagi disupiri Ucok (tuh kan, untung ada Ucok haha), Aku, Kak Butet, Adek Ratih dan Abot (anak bungsunya Kak Butet yang aslinya bernama Rafi) mulai JJS (Jalan-jalan Sore) menuju Manggar. “Kita mampir ke warung kakak dulu, ya,”  sahut Kak Butet. “Oke,” jawabku pendek. Sepanjang perjalanan, mataku menatap penuh ke luar jendela. Terlihat di sana hamparan padang ilalang, tanah-tanah putih dengan lubang timah dan… awan-awan yang menggantung di langit. Keren banget!

DSC_0763

Warung mulai sepi karena sudah sore

DSC_0764

Jutaan rupiah mampir di warung ini 🙂

Setengah jam kemudian kami sampai di daerah perkantoran. Warung pempek kak Butet persis berada di belakang kantor Bupati Manggar. Mantep deh punya usaha di sini. Pendapatan (kotor) sehari kedua warung kak Butet (satunya berada di pasar Gantung) sama dengan gajiku sebulan!!! Haha. Hebat euy, Ibuk rumah tangga yang kerjanya ‘cuma’ mengadon sagu dan ikan aja pendapatan bulanannya bisa bikin aku kena penyakit sesak nafas dadakan hihi.

DSC_0766

Kantor Bupati dengan warna mencolok

DSC_0765

Kantor Bupatinya dijagain awan 🙂

Di sini Kak Butet cuma ngontrol doang. Kebanyakan pempek udah habis dan warung siap-siap tutup. Ya, para PNS yang jadi pelanggan setia pun sudah banyak yang pulang, kan udah sore. Selanjutnya kami pergi lagi ke tempat lain. “Kita mau ke pantai, ya?” tebakku. “Tahu aja dek mau diajak ke pantai,” jawab Kak Butet. Kyaaaa ternyata bener! Aku mau ke pantaaaaaiiiii… *mendadak norak, maklum di Palembang cuma ada Sungai Musi :P*

Tujuan kami yang pertama adalah pantai Lalang. Amboooooiiii pantainya bersih dan pasirnya lembuuuuutttt banget kayak bedak. Tujuan ke sini sih memang bukan untuk nyebur, tapi untuk foto-foto. Ini dia penampakan pantai Lalang yang elok cetar membahana itu.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Pantai Lalang nggak terlalu rame. Sebagian besar remaja malah memadati arena panjat tebing yang berada gak jauh dari bibir pantai. Beberapa orang terlihat asyik menyusuri pinggir pantai sambil foto-foto narsis. Kami pun gak mau ketinggalan kalo urusan bernarsis ria mah.

DSC_0767

Ini mah panjat tebingnya gak main-main. Dari atas liat pantai seru kali ya? 🙂

DSC_0792

Pose andalan. Pingin gaya jungkir balik, tapi apa daya lemak di perut menghalangi 😛

DSC_0797

Bersama Kak Butet, Abot dan Ratih.

DSC_0793

Bayanganku dan bayangan pohon saling menyapa 😀

Yok bang kita lanjut lagi,” ajak Ucok. Sebelum masuk mobil, aku menepuk-nepuk pasir yang menempel di telapak kaki. Beneran kayak bedak, haha butirannya lembut dan lebih kecil dari pasir biasa. Oke banget pasirnya *lho* 😛 Mobil mengarah ke sebuah tebing. Aku nggak tahu kenapa orang-orang di sana menyebut tebing ini ‘Kawasan A’ mungkin A itu singkatan dari Atas kali ya 😛 soalnya nggak ada tuh ‘Kawasan B, C, D ataupun XL’ *oh maaf yang terakhir itu ukuran bajuku :P*

Di atas tebing, aku bisa melihat laut yang terhampar luas sejauh pandangan mata. Di sini, kami foto-foto lagi. Yihaaaaa! *tereak ala tarzan*

DSC_0808

Garis lautnya keliatan, kan? *lagi-lagi lupa ngempesin perut*

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Di tebing A kami nggak lama. Perjalanan langsung lanjut ke pantai selanjutnya. Yaitu Pantai Serdang. Nah, di sini lebih banyak orang. Tapi hampir semuanya cuma leyeh-leyeh aja di pinggir pantai. Pantai Serdang nggak sebersih pantai Lalang. Soalnya banyak kotoran alam (kayu-kayu ranting dsb) yang dibawa ombak ke tepi pantai. Di sini juga banyak kapal nelayan yang dicat warna-warni. Habis diikutsertakan dalam festival apaaaa gitu aku lupa. Sepanjang pantai, perahu itu berjejer rapi. Bagus banget. Lagi-lagi, ‘properti’ ini kami pake untuk foto-foto. Hehe.

DSC_0817

Pantai Serdang dibalik pepohonan

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Matahari mulai terbenam ketika kami beranjak pulang. Sebelum menuju Gantung, kami makan malam dulu dong ya… yihaaaa… IKAN lagi! Sebagai pecinta sea food (terutama ikan), dahagaku akan ikan benar-benar terpuaskan di Belitong ini.

Malam itu aku beristirahat agak cepat. Aku harus mempersiapkan tenaga lebih banyak untuk mengeksplor Pulau Lengkuas esok hari. Ya, salah satu keinginanku dari dulu adalah menjelajahi Pulau Lengkuas ini. Terlebih ketika Fatah cerita kalo ada mercusuar yang dari atas menawarkan pemandangan luar biasa. Aku juga gak mau kalah dari Cinta Laura, masak dia udah sampe ke pulau ini (untuk syuting The Philosophers) sedangkan aku belom. Apa kata tukang ojek coba? Becek-becek deh. *maaf, memang nggak nyambung haha*

Selamat malam Gantung, siap-siap kujelajahi lagi esok hari ya…

….bersambung.

Iklan

24 komentar di “[Belitong] Dataran Timah Berselimut Awan

    • Nah betul banget mas Jo. Tapi, sepanjang aku di Belitong, aku gak nemuin penyewaan motor. Mas Jo pernah nulis tentang ini, kah? boleh bagi linknya biar temen-temen yang mau ke Belitong bisa ada gambarannya. Makasih ya 🙂

  1. duluuuu waktu pertama ke belitong pas belitong blom terkenal, jadi males2an pas diajak, untung di detik terakhir berubah pikiran, nyesel kalo ga hehehe tp dulu perginya pake kapal laut cepat, seruuu.. dan yang bikin tambah seru, perginya sama nenek2 saya doang yg anak mudanya hahaha

    • Kalo aku bukannya gak mau dulu, tapi selaluuuu aja bertepatan dengan momen penting di sekolah/kuliah. Nih ya, ayah-ibuku udah ke Medan, Padang, Keliling Jawa tapi aku selalu ditinggal *nangis* Hahaha…

      Iya, kalo dari Palembang naik kapal, bisa 12 jam. Naik kapal 2 kali, naik mobil juga 2 kali 🙂 Pantat gempoooor xixixixi

  2. Jadi tahu kenapa dirimu bisa jadi kesayangannya keluargamu 😀 hihihihihihi *malah komentarnya nyeleneh*

    Kalau misalnya nanti tertarik wisata ziarah Wali 9 kabar2 yaa? Kali2 aja Ari Buzzerbeezz juga pas pulang kampuang. Kalian nanti bisa menginap dirumahku 😀 *serius*

    Ini gara2 koneksi inet lambat, separuh foto diatas ga bisa kebuka 😦

    • Eh kesayangan gimana? Hahaha, jadi penasaran juga, bagian mana di cerita ini sehingga mb Dian bisa ambil kesimpulan kayak gitu xixixixi.

      WAAAAAAHHHHHH ASYIIIIIKKKKKKKKK, terima kasih tawarannya ya mbak 🙂 InsyaAllah kalo aku jadi trip Jawa aku ke sana ya yihaaaa *ceneng…ceneeeeng* Kalo bareng Ari lebih seru lagi kayaknya hehe.

      Sama nih, di sini juga lagi lelet koneksinya. Semoga ntar bisa kebuka semua fotonya ya 🙂

  3. ku sih seneng kalo jadi host (hayooo siapa yang mau ke Palembang?) <- NOTED! Kalau aku ke Palembang boleh dong ya di-host :p

    Eh eh.. Ayo kita traveling bareng! cc: Mbak Dian *issshhh.. gak bisa dimention ini di wordpress*

    • Ayoo… ayooo ke Palembang. Pempeeek pempeeeeek *tereak ala pedagang pempek* hihi.

      Mauuuuuu (traveling bareng). Tapi kadang aku suka ‘ngeri’ komen kayak gini. Kebanyakan rencana suka nggak jadi, kalo dadak-dadakan nah baru berhasil. 😐

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s