Sebelum mendatangi satu kota, biasanya saya udah googling dulu sekiranya bisa mengunjungi objek wisata mana saja. Bahkan, setelah melakukan mini riset, akan mengerucut mana-mana tempat yang rasanya wajib saya datangi, dan sisanya ya kalau ada waktu dan duit lebih bolehlah dikunjungi sekalian, tapi jika pun gak jadi, rasanya gak perlu disesali.
Saat di Jaipur, menjelang kepulangan ke Indonesia, saya berjumpa dengan Rehan, sopir bajaj yang membawa saya seharian keliling Jaipur. Tujuan utamanya sih ke Amber Fort. Alhamdilillah berhasil didatangi. Malah bonus diajakin Rehan salat Jumat di salah satu masjid tua yang ada di sana. Trus bisa juga mampir ke Panna Meena Ka Kund dan Water Palace.
Ada satu lagi tempat yang udah masuk ke itinerary saya yakni The Galta Ji alias Monkey Temple. Tapi, Rehan bilang kuilnya ditutup karena ada perayaan apalah di sekitaran sana. Terlepas dia berbohong atau nggak, saya sih nrimo saja sebab saya agak takut juga sama monyet dan rasanya sudah terlalu banyak kuil yang saya kunjungi di serangkaian 2 minggu di Rajashtan.
“Sebagai gantinya, akan aku ajak kau ke sebuah krematorium kerajaan. Gak jauh kok dari sini. Mau?”
Saya menyambut baik ajakan itu. Apalagi, menurut Rehan biaya masuknya nggak begitu mahal. Trus, ini semacam pelengkap ya, sebab selama di India saya belum pernah berkunjung ke tempat semacam ini. Akan jadi pengalaman yang baru dan semoga saja menyenangkan.
Sekilas Tentang Kerajaan Kachwaha
Krematorium bernama Gatore Ki Chhatriyan itu biasa digunakan oleh Kerajaan kachwaha, sebuah klan rajput yang paling utama di India. Menurut Cynthia Tablot, penulis prakolonial India, Kachhwaha berasal dari kata “Kachhi” yang berarti “Kura-kura”.
Ada banyak teori tentang asal usul Kachhwaha ini. Di zaman Dinasti Suryavansh, Kachwaha (Kushwaha) mengklaim sebagai keturunan Kusha, putra avatar Wisnu, Rama, sebagaimana mereka mengutip dokumen sejarah selama persidangan Mahkamah Agung India di Ram Mandir di Ayodhya.

Gambaran kehidupan di zaman Kerajaan Kachwaha. Sumber gambar twimg.com
Ish Devji seorang Kachhwaha Raja yang memiliki jasa luar biasa, dengan ibukotanya di Gwalior, tercatat meninggal pada tahun 967 M. Ahli silsilah Brahmana menempatkannya sebagai generasi ketiga ratus tiga setelah Ikshwaku.
Lalu ada pula Kachhwaha Amber yang merupakan keturunan Ish Devji. Menurut Rima Hooja, para Kachhwaha awalnya menyebut diri mereka “Kachhapaghata”, “Kachwaha”, “Katsawaha” dan “Kurma”. Kata “Kachawa” menjadi populer pada akhir abad ke-16 pada masa pemerintahan Raja Man Singh. Ada banyak prasasti dan manuskrip yang membuktikan teori ini, seperti yang ditemukan di Balvan, Chatsu, Sanganer dan Rewasa.
Nah pada intinya sih, keluarga kerajaan inilah yang kemudian menjadikan Gatore Ki Chhatriyan sebagai krematorium kerajaan.
Keindahan Gatore Ki Chhatriyan
Sewaktu berkunjung ke Varanasi, saya melihat langsung proses kremasi di pinggiran Sungai Gangga. Satu pengalaman yang masih membekas hingga sekarang. Nah dulu juga saya kepikiran, “kalau keluarga bangsawan gimana kremasinya?”

Pemandangan yang terlihat begitu masuk dan membayar tiket. Langsung gumam, “kayak masjid, ya!”
Dipilih oleh pendiri Jaipur pada abad ke-18, semua anggota keluarga kerajaan dikremasi di sini. Terletak di kaki Benteng Nahargarh dan dikelilingi oleh Perbukitan Aravalli, saya sampai takjub ketika baru masuk di kawasan ini.
Tiketnya murah, hanya 30 rupee atau sekitar Rp.6000. Saat saya datang, suasana cukup sepi. Beda banget dengan tempat wisata lain yang dipadati wisatawan mancanegara. Saat saya ke sana, hanya terlihat beberapa wisatawan lokal dan asing.

Bagian dari Benteng Nahargarh. Pengen naik tapi pintu aksesnya ditutup.

Gerbang Benteng Nahargarh-nya terlihat lebih jelas di antara cenotaph.
Jujur, sekilas bangunan Gatore Ki Chhatriyan ini mirip masjid. Namun, bangunan berkubah yang saya lihat itu sebetulnya merupakan kumpulan cenotaph bara bangsawan sehingga tampak seperti istana terbuka dan menara berornamen. Ya, bangunan-bangunan inilah yang digunakan sebagai tempat mantan raja yang pernah berkuasa dikremasi.

Perhatikan detil ornamennya yang dipahat.

Disuruh foto sama salah satu wisatawan. Mungkin dia kasihan saya sendirian aja ehehe
Setiap bangunan memiliki chhatri (payung hiasan) yang membuatnya tampak seperti pemandangan yang indah untuk dilihat. Di masa lalu, tempat kremasi atau tugu peringatan orang mati terbuat dari marmer atau batu pasir. Banyak di antaranya yang dipercantik dengan desain dan pola alam yang diukir dengan susah payah, pertarungan, keilahian, dan sebagainya.
Orang dapat, atau lebih tepatnya, harus mengunjungi tempat ini untuk mendapatkan banyak kesempatan berfoto. Para pecinta buku dapat menikmati kesenangan membaca di lokasi yang tenang ini tanpa menyadari jam demi jam berlalu.
Sesuai namanya, tempat ini lebih mudah disebut sebagai “Gaitore/Gatore” oleh penduduk setempat. Hal ini diyakini merupakan pengucapan sehari-hari dari “Gaye ka Thor” yang dapat diterjemahkan sebagai “Tempat peristirahatan jiwa-jiwa yang telah meninggal.”

Another cenotaph. Kelihatan kan bagian bentengnya di atas bukit?

Saya gak tahu fungsinya ini, tapi berada di naungan cenotaph paling besar.
Kemegahan arsitektur terlihat jelas. Ini adalah sebuah mahakarya unik yang menampilkan perpaduan gaya arsitektur Rajput dan Mughal. Ukiran yang rumit, kisi-kisi yang halus, dan kubah yang penuh hiasan memberi penghormatan kepada keahlian terampil para pengrajin pada masa itu. Strukturnya dihiasi dengan detail yang sangat indah, menampilkan pola bunga, desain geometris, dan penggambaran dewa Hindu.
Cenotaph Karya Tiga Raja
Saat ke sana, nggak ada orang yang bisa menemani dan menjelaskan tentang krematorium indah ini. Namun, setelah saya cek, ada tiga bangunan utama yang dibangun oleh tiga raja yang pernah berkuasa.
Yang paling kelihatan dan jadi daya tarik utama yakni “Chhatri” atau cenotaph paling besar yang dibangun oleh Maharaja Jai Singh II. Disebut daya tarik utama sebab kubahnya paling besar dengan pilar-pilar yang diukir khusus yang dimaksudkan menceritakan kisah kehidupan dan pencapaian sang penguasa. Sebuah plakat peringatan juga dibuat sebagai dedikasi untuk para Maharaja, yang merupakan pendiri Jaipur.

Andai ada yang bisa foto, bagus banget angle ini.

Pilar-pilar di dalam cenotaph.

Menembus ke cenotaph lainnya.
Struktur penting lainnya di dalam kompleks ini adalah cenotaph yang didedikasikan untuk Maharaja Madho Singh II. Kemegahan arsitektur chhatri ini mencerminkan kemewahan para penguasa Kachwaha. Motif ukiran yang rumit dan bentuk kubah yang unik berkontribusi pada daya tarik visual monumen ini.
Lalu ada pula cenotaph Maharaja Sawai Ram Singh II menonjol karena bentuknya yang persegi dan cenotaph yang menonjol. Chhatri dihiasi dengan lukisan dinding dan motif menakjubkan yang mencerminkan preferensi estetika pada masa itu.

Area belakang. Sesepi ini. ya ngeri juga sih hahaha
Saya sempat sih blusukan hingga ke area belakang. Tapi jujur saja agak takut sedikit hahaha sebab suasananya sedemikian sepi dan banyak sekali bangunan-bangunan kosong. Jadilah, saya memutar balik dan berjalan lewat sebuah tangga kecil sehingga terlihatlah kompleks Gatore ini jauh lebih luas dan megah dari sudut pandang ketinggian berbeda.

Tangga yang membawa saya menuju bagian atas.

Teras bagian atas.

Lalu tampaklah pemandangan indah ini.

Tempatnya sepertinya luas sekali ya om,,,indah bangunannya semacam istiana mini meskipun ini sebuah krematorium..berarti tempat ini sudah tidak difungsikan lagi ya om?
coba ada guide nya pasti kita bisa tahu lebaih detail lagi..kadang heran bangunan-bangunan jaman dulu sudah begitu indahnya bagaimana cara bangunnya padahal kan jaman dl serbaterbatas gak secanggih sekarang…
bangunan-bangunan sejarah ini memang wajib dilestarikan…btw om dulu traveling ke india sendirian ya? aman kan disana soalnya skrg kan lagi ada berita india yg tdk rama dengan turis 😦
Setahuku sekarang sudah nggak difungsikan lagi mbak. Apalagi ya emang diperuntukkan bagi keluarga kerajaan ya. Tapi soal ini aku gak yakin pasti, lupa pula nanya sama penjaga loketnya saat itu.
Alhamdulillah aman 🙂 ya adalah 2-3 pengalaman gak enak tapi gak menyurutkan kalau secara keseluruhan India itu loveable dan bikin rindu hehe. Aku gak nolak kalau ada kesempatan balik ke sana tiap tahun hwhw
Wah travelingnya mengunjungi krematorium. Seram kah? Bayanginnya kok spooky gitu ya. Tapi bangunannya baguus. Itu terbuat dari apa ya? Marmer?
Marmer atau batu pasir mbak.
Emang bener-bener mirip masjid kalau liar arsitektur kubanya ya mas. Aku selalu suka wisata sejarah seperti ini. apalagi dengan tiket yang sangat terjangkau. Malah lebih murah dibandingkan tempat wisata di Indo ya
Betul. Biasanya, di India itu tiket wisatawan domestik dan mancanegara beda. Selisih harganya bisa ratusan kali lipat (kayak di Taj Mahal), nah makanya aku seneng. Tempatnya bagus, gak begitu rame dan murah pula 🙂 mungkin karena gak banyak orang yang tahu atau tertarik ke sini, ya.
Wah Om Ndut sudah sampai ke Tanah Hindustan aja nich. Keren ya, walau peninggalan masa lalu tetapi beneran masih kaya ada aura yang megah banget gitu.
Iya alhamdulillah ada kesempatan ke negeri Hindustan mas 🙂 bangunan di sana emang megah-megah.
Kelihatan indah dan terawat ya kukira bangunan istana atau apa ternyata krematorium, ngeri sedap juga jalan-jalan menyusuri bangunannya yang sepi, Yan..
Untung siang hari ya mbak 🙂
Sungguh pengalaman ya seru juga ya bisa berkunjung ke Gatore Ki Chhatriyan itu apalagi harga tiket masuknya benar-benar murah. Dan bangunannya itu benar mirip kubah-kubah masjid ya, tampak megah, tapi ini buat kremasi mayat ya, seram juga kalo sepi.
Iya mas, di India kuburan/krematorium aja bisa secakep itu 🙂
dimanjakan banget dengan beragam bangunan megah dan bisa di jeprat-jepret pakai kamera favorit. Kalau kesini mending rame-rame. Karena ada bagian tempat yang kalau datang sendiri agak horor ya.
Kalau ramean lebih tenang 🙂
Surga photography ini Yan. Banyak details yang menarik dan dibuat/dikerjakan dengan ilmu pahat plus estetika tinggi. MashaAllah. Aku setiap lihat foto-foto beberapa tempat di India, sesungguhnya mereka ini punya selera seni yang tinggi. Kemampuan mereka memahat lalu memindahkan ide itu dalam bangunan, rasanya luar biasa.
Kalau lihat atap-atap dan minaret-minaret kecil itu, secara keseluruhan tempat ini seperti bukan tempat kremasi. Dan aku setuju jika ada yang berpendapat bahwa ini lebih cocok disebut sebagai tempat peristirahatan bagi jiwa-jiwa yang sudah wafat. Plus ada garis merah arsitektur yang mirip dengan masjid.
BTW, tempat ini kelihatan “berisi” Yan. Tapi yang aku lihat adalah mereka-mereka yang sedang bertapa dengan wajah-wajah bersih dan tenang. Kalau bertapa di sini tuh cocok.
Wah menarik ini yuk. Berharap nian satu saat bisa ke India bareng yuk Annie. Bakalan cocok, sama-sama demen foto, ngulik satu budaya dan bisa denger apa yang aku gak bisa lihat ^^
luar biasa arsitektur kerajaan atau bangunan lama yang jadi sejarah ya. Terawat dan kini bisa dikunjungi sebagai tempat belajar mengenal sejarah. Bangunan-bangunan ini juga memiliki arti ya mas karena menceritakan kisah kehidupan dan pencapaian sang penguasa pada saat itu.
ah di tanah air sayangnya banyak gedung gedung bersejarah yang tak terawat
Bahkan ironisnya dihancurkan dan diganti dengan ruko 😦
Aku yang cuma liat foto bagian belakang itu udah bisa ngerasain meirindingnya. Bukan karena aku indigo, tapi emang dasar penakut dan parnoan aja, hehe.
Kalau diajak kesana mau aja asal rame2 (emang aku suka wisata sejarah dan reliji) tapi kalo sendiri kayanya bukan tujuan utama, nih.
Jadi inget ke lawang sewu sendirian, aku ngikut grup anak2 sekolah saking takutnya, hahaa
Next, bawa tripod, kak hihiii
Aku pas ke Lawang Sewu merinding disko di beberapa bagian. Terutama area langit-langit atap itu haha.
Sebelum ke India ini sengaja banget beli guritapod yang mahal. Endingnya? males pake buahaha. Mungkin karena aku gak fotogenic ngerasa foto jelek mulu hwhw
Sama sih, kak. Aku juga ga pede fotoan, makanya seringnya foto terlihat dari jauh yang penting sesekali ada orangnya hahhaa
Haha iya, sekadar bukti pernah ke sana wkwkwk
setuju kak, kalau ke sana memang bisa dimanfaatkan dengan berfoto. karena Gaitore ini kalau menurut daku dulunya gagah dan keren ya. Soalnya ada bagian bangunan yang jadi mengingatkan daku sama kuil-kuil di sinetron India gitu, kek sinetronnya si Nakusha di adegan dia lagi mau nolongin Dutta di kuil (eh jadi ngomongin sinetron hehe)
Aku gak tahu sinetron yang dimaksud, tapi bisa ngebayangin sih aku 🙂
Shopisticated banget ya?
saya setuju Gatore Ki Chhatriyan mirip banget masjid ,
karena masjid menggunakan kubah sebagai ciri khas
Eniwei, saya sering kecewa dengan keraton Jogja dan Solo, saya berharap keraton harusnya megah seperti rangkaiann bangunan di atas
Hehehe ….
Haha iya ambu. Tapi aku suka orang-orang di keraton masih pake pakaian tradisional. Terasa beda pas masuk ke sana 🙂
bagunannya sangat bagus dan menarik. Keindahan terlihat di arsitekturnya. Tapi kenapa lebih sepi dari wisata lainnya ya, Mas. Padahal tiket masuknya juga murah, hanya sekitar 6 ribuan. Mungkin bagus juga kalau dijadikan setting film India.
Mungkin pernah ada yang syuting di sana haha ntahlah tapinya
aku penasaran yang Varanasi, tapi yang Cenotaph cakep juga ya. Berasa jejak2 kemegahannya. Kayaknya kalo mau tetap dipake buat tujuan wisata juga bakalan rame dikunjungi wisatawan
Yang Varanasi aku ada foto dari kejauhan (cek aja linknya di atas), kalau dari dekat ga boleh sih foto.
seumur hidup demi apa aku belum pernah tau seperti apa rumah krematorium.. suka penasaran seperti apa rasanya di tempat seperti itu hehe.. tapi kalk liat krematorium yang ini kok megah sekali pantas bisa dikunjungi sebagai tempat wisata sejarah
Kalau di drakor kayak bangunan biasa aja. Nah di India semegah ini 🙂
Lah iya ya .. bangunan Gatore Ki Chhatriyan ini mirip masjid, berkubah-kubah gitu. Sewaktu ke sana, gak banyak orang berkunjung, Om?
Iya, udah aku jelasin di atas.
Owh … maaf, ke-skip
Kok bisa ya bangunan zaman dulu tuh kerajaan tapi arsitekturnya estetik gitu di India. Loh Kak naik bajaj ya? aku baru ngeh di India ada bajaj juga? Pas baca arsitekturnya cakep karena ala Rajput dan Mughal … seketika aku jadi ingat sama sinetron India judulnya Jodha Akbar yang dulu suka ditonton sama almarhumah mamaku. Itu luas banget ya tempat berdiri bangunan-bangunan kerajaannya. Dan yang tempat bersemayam jiwa-jiwa itu bangunannya juga bagus banget
Justru bajaj originalnya dari India mbak ^^ pertama kali ditemukan 1926 dan adanya di Mumbai. Baru kemudian beberapa negara mengadaptasi bajaj ini. Untuk bangunan Jodha Akbar aku gak tahu pasti sebab gak nonton haha. Tapi ya, itu juga di Rajashtan.
wah… Pengalaman yg seru dan bermanfaat banget nih bisa mengenal tau banyak tentang kremasi.. Dan bangunan kokoh dan indah
Yoa.
Murce banget ya cuma 6ribu masuk ke sana, tapi kok sepi ya? Padahal bangunannya masih kelihatan megah dan instagramable, cocok buat jalan-jalan (padahal krematorium). Wkwk. Btw, setelah dikremasi apakah abunya keluarga kerajaan yang meninggal itu disimpan di situ juga atau dilarung ke sungai Gangga?
Sebagaimana kepercayaan mereka, sepertinya abunya pun dilarung. Tapi gak mesti di Varanasi sebab Sungai Gangga sebetulnya mengaliri beberapa kota lain juga saking panjangnya.
uwaaah ga kepikir bakal visit krematorium 😍. Jarang nih mas. Aku tuh kalo lihat di drama2 yg pas pembakaran jenazah, serem tahu. Ngebayangin nya aneh2, gimana kalo dia belum mati beneran, cuma mati suri dll 😅. Kebayang aja dalam ruangan panas yg bisa lelehin tulang jadi abu, haduuuuh gemeter.
iya juga yaa, kalo bangsawan dan Raka dah pasti beda tempat kremasi nya. Ga nyangka secakep ini ❤️.
apalagi ini kan udah tua banget, dengan design yg bagus dan kuat Ampe skr 👍. Kagum sih Ama Orang2 zaman dulu yg membangun banyak bangunan bagus dan kuat.
Aku memang ada plan ke India, tapi memang bukan kota ini. Tapi walo skr bilang ga akan kesana, bisa aja sih berubah pikiran , kali ntar jadi kepengen, namanya juga Gemini kan 🤣
Hahaha baru tahu kl mbak Fanny gemini juga 😀
Aku juga kalau gak diajakin Rehan kayaknya gak kepikiran ke sini. Dan seneng pas tahu tiketnya murah dan gak dibedain antara orang lokal sama asing.
Orang zaman dulu kalau bangun emang total. Makanya usia ratusan tahun masih berdiri kokoh ya. Biasanya hancur kalo gak karena bencana alam ya perang.
Iya ya penampakkannya kayak masjid gitu karena bangunannya disertai dengan kubah-kubah kecil eh tapi siapa sangka itu adalah krematorium. Rada ngeri juga ya kalau ke sana sendirian, mana bangunannya luas sementara kondisinya sepi gitu. Kok bisa ya kurang wisatawan yang berkunjung ke situ? Apa karena itu tempat kremasi ya?
Di Jaipur banyak sekali tempat wisata. Jadi orang yang waktunya terbatas tentu akan pilih yang utama dulu. Gatore ini semacam hidden gemnya 🙂
wah pas ke Jaipur ga mampir kesini. Karena ga kepikiran, dan bukan destinasi populer versi Saya. Padahal dari adat budaya kremasi disana jadinya menarik sih ya. Eh tapi sejujurnya agak takut sih ke tempat kayak gini. Hahaha
Wajar kang kalo gak tahu, aku juga baru tahunya pas diajakin sopir bajaj ini hwhw
Bangunan di India meskipun udah berumur ratusan tahun misalnya, tetep berdiri kokoh dan tampak mewah, mungkin hanya di bagian tembok tertentu yang agak kotor dan berlumut . Tradisi unik yang ada di India seperti ini yang bikin penasaran, Sungai Gangga dari dulu pengen aku liat secara langsung, kalau selama ini mungkin cuman baca di buku sejarah waktu sekolah dulu
Aku baru liat Gangga di Varanasi. Pinginnya ke Haridwar karena katanya lebih bersih dan lebih indah lanskapnya. Ah semoga ada rezekinya.
Aku pernah nonton pas jenazah di kremasi di India tuh sesedih itu…
((ya, iyayaa.. namanya ditinggal sama orang yang dicintai)). Tapi aku juga ga kepikiran adanya perbedaan kalau rakyat biasa dengan keluarga kerajaan.
Ternyata lokasi Gatore Ki Chhatriyan ini mirip istana tapi terbuka gitu yaa..
Yang kebayang di otakku tuh kremasi beneran dibakar di ruang terbuka. Tapi, sebenernya, gak gitu kan yaa…
Disini, ga ada guide-nya kah omdut?
Kayaknya gak ada sebab emang bukan tempat wisata populer. Tapi mungkin kalau nanya-nanya sama penjaga loket kayaknya akan ada beberapa info yang bisa diketahui 🙂
Aku jg rasanya sedih pas liat proses kremasi. Tapi mereka percaya itu jalan menuju surga jadi sebetulnya saat dikremasi keluarga udah gak lagi meratapi.
Pas pertama lihat bangunan Gatore Ki Chhatriyan ini mirip banget dengan masjid tapi kayak bentuk kerajaan gitu di India, akibat sering nonton serial Jodha Akbar tentang cerita kerajaan Mughal yang muslim gitu dan suaminya Hindu, mirip banget bentuk bangunannya banyak yang begini. Unik bentuk bangunannya dan kesan zaman baheulanya dapet banget ya Mas, semoga bisa ke sana someday. Btw enak banget pas ke sana lagi sepi kah, jadi fotonya ga banyak orang
Iya jadi banyak foto yang gak bocor hwhw. Atau kalau rame, mending ruameee banget biar malah jadi kayak story picture gitu.
Pengalaman yang sangat menarik serta berkesan bisa explore Gatore Ki Chhatriyan, jadi makin paham asal muasalnya juga lewat artikel ini 🤩.
Surga photography sekali yaa, banyak spot bagus buat tangkapan kamera. Semoga next bisa ke Jaipur dengan durasi waktu yang lebih lama serta bisa terwujud memasuki Benteng Nahargarh sambil memahami setiap sudut serta sejarahnya.
Bukan sekadar travelling dan hunting foto, tempat menarik selalu kaya akan kisah.
Kalau suka motret, India itu kayak surga. Rasanya tiap sudut fotogenic 🙂
Ada banyak bagian yang bisa dieksplor ya, mas. Cenotaph-cenotaph-nya, jalan-jalannya, apalagi ia dikelilingi perbukitan dan ada titik untuk menikmatinya dari ketinggian. Kalau aku kayaknya akan mencari bagian yang bisa untuk meletakkan hape lalu foto sendiri, haha.
Jadi gimana selama di India dulu, aman damai sentosa mas?
Males liat hasilnya Nug, gini kalo punya badan gak fotogenic haha
India amaaan.
Om gimana caranya ga takut ke tempat model kayak gini hehe…aku pas liatnya aja udah agak merinding2 gitu. Cuma klo ga takut asik juga kali ya buat take a pic disini
Haha, hanya membayangkan ini peninggalan bersejarah yang luar biasa. Takut sedikit, tapi perasaan hepi dan penasarannya lebih banyak 🙂
Saya baru tau kalau ada tempat seperti ini di India, yang suasananya terasa sudah tua sekali dan desain bangunnya indah. Ternyata ada banyak ya yang bisa di eksplor di India, jadi pengen ke sana deh.
Amiin, mudah-mudahan ada kesempatannya, ya!
Ping balik: Amber Fort: Jejak Peninggalan Raja Man Singh | Omnduut