“Farah, nanti sekitar jam 4 kita sudah harus bangun. Jam 5 sudah di atas Jembatan Ampera.”
Itu yang aku bilang ke Farah, pemilik blog ThatSoFarah.com, salah satu partisipan di Kerala Blog Express 2016 dan menjadi satu-satunya perwakilan dari Malaysia. Kebetulan, sejak di Kerala aku sudah menginformasikan mengenai akan adanya Gerhana Matahari Total tanggal 9 Maret 2016. Saat itu Farah memperlihatkan ketertarikan untuk datang.
Eh siapa sangka, Farah ada kerjaan di Jakarta tanggal 8 dan secara spontan memesan tiket ke Palembang di hari yang sama. Jadilah, Farah berkesempatan datang ke Palembang dan melihat langsung Gerhana Matahari Total tersebut. Sebagaimana tawaranku sejak di Kerala, Farah malam itu menginap di rumah kami. Sebagai seorang couchsurfer, tentu tinggal menumpang seperti itu tidak asing bagi Farah.
* * *
Masih dengan setengah mengantuk, aku dan Farah melangkahkan kaki menuju Jembatan Ampera. Karena jalanan ditutup, kami harus berjalan sekitar 10 menit dari simpang Jakabaring menuju jembatan Ampera. Walaupun masih gelap, terlihat puluhan orang ikut berjalan kaki bersama kami. Tujuan kami sama : Jembatan Ampera. Karena memang dari sanalah, penampakan Gerhana Matahari Total (GMT) seharusnya terlihat jelas.
Dinas Pariwisata Provinsi Sumatra Selatan tidak main-main dalam perhelatan kejadian yang terjadi ratusan tahun ini. Sehari sebelumnya, berbagai macam kegiatan sudah dilakukan. Misalnya saja pementasan Ogoh-ogoh yang dilakukan di sekitaran Benteng Kuto Besak. Kebetulan sekali, GMT ini bertepatan dengan hari raya Nyepi sehingga berbagai macam festival juga diselenggarakan sekaligus menyambut GMT tersebut.
Selain Ogoh-ogoh, ada juga lomba lari bertajuk glowing in the night yang diikuti puluhan orang. Berbagai macam gerai makanan tersedia di BKB dan tak lupa : panggung musik! Pokoknya BKB dan Ampera meriah banget dah!
Oke kembali ke GMT….
Sesampai di muara Jembatan Ampera, beberapa orang pak Polisi nampak berjaga. Karena aku dan Farah mendapatkan ID card khusus, kami dapat memasuki area jamuan yang sudah disiapkan oleh Dispar. Wuih nggak nyangka, jembatan Ampera yang biasanya padat merayap itu kini benar-benar tertutup bagi kendaraan.
Di sisi kiri dan kanan terlihat meja-meja katering dari hotel yang menyajikan makanan khas Palembang.
“Mas, jika mau ngopi, silakan diambil di meja sana,” ujar seorang panitia.
“Oh ya, Pak, terima kasih.”
“Tapi mejanya jangan ditinggal ya, gantian aja ambil kopinya. Takutnya nanti diambil orang lain,” saran beliau.
Hihi, betul juga ya. Semakin banyak orang yang datang ke Jembatan Ampera. Area yang harusnya clear dari masyarakat umum tak bisa dibendung lagi. Eaaa. Tapi ya nggak apa-apa sih, biar semua kebagian momen langka tersebut. Aku sih nyaman aja dipepet oleh orang, apalagi sama gadis-gadis –istighfar, sayang yang mepet malah bocah-bocah yang datang ntah dari mana. Hahaha.
Yang kasihan itu para awak media terutama TV yang siaran langsung dari atas Jembatan Ampera. Abang-abang ganteng dan mbak-mbak kece agak kurang leluasa menyampaikan berita. Tapi lagi-lagi nggak masalah, anggap aja liputan di stadiun bola hahaha.
“Bapak ibu, telah ditemukan seorang bocah perempuan terpisah dari orang tuanya.”
Yai Najib, host PalTV –salah satu TV lokal di sini, mendadak heboh menyampaikan pengumuman. Oalah, saking padatnya jembatan Ampera, ada anak yang terpisah dari orang tuanya. Aku yang mendengar pengumuman itu antara kasihan dan kocak oops maaf hehehe.
“Budak kecik nih pake baju tedok bae, dak tahu la mandi apo belom. Yang ngeraso uwong tuonyo, payo ke pucuk panggung sini,” ujar Yai Najib dan Cek Maria (host PalTV lainnya).
Ngerti kan maksudnya? Hahaha.
Jembatan Ampera penuh penuh sepenuhnya. Luar biasa! Nggak pernah aku ngelihat Ampera sepadat ini. Katanya, ini katanya loh. Kalau malam tahun baru Ampera juga serame inilah. Berhubung aku jomblo gak demen hura-hura -eh, di malam tahun baru biasanya aku habiskan hanya dengan gegoleran di atas kasur (sambil memegang sepiring pempek di tangan kanan dan sepiring sate di tangan kiri.) hahaha.
Lautan Manusia = Banjir Selfie
Ya, namanya juga momen langka, kan? Jadi wajarlah kalau orang-orang pada selfie. Aku aja yang biasanya hanya melayani pemotretan di studio, -serasa artis, mendadak ikutan selfie saat itu (walaupun ujung-ujungnya hanya jadi konsumsi pribadi haha). Niatnya sih mau ikutan lomba selfie yang diadakan oleh Koran lokal, tapi aku urungkan. Aku belum siap mendadak terkenal. –astagfirullah. Hihi.
Oh ya, saat GMT, beberapa blogger kondang dari ibukota dan negara tetangga juga diundang ke Palembang loh. Sebut saja namanya om Cumi. Bersama mas Bolang, mbak Swastika, dan Adis Takdos, mereka datang ke Palembang khusus menyaksikan GMT ini.
Om Cumi yang biasanya kancutan, hari itu tampil kece dengan memakai tanjak (topi khas Palembang). Bersama blogger dari Malaysia Khai, Pojie dan Jo, mereka asyik berselfie ria. Tak ketinggalan Jacklyn, Trisna dan Henric, blogger dari Singapura, mereka juga nampak asyik selfie.
Melengkapi jejeran blogger ngetop itu tersebutlah Fiona, finalis Putri Indonesia tahun 2009 yang sekarang jadi host acara TV, juga Rendy si travellerkaskus dan Laras dari Indonesia.Travel turut memeriahkan GMT 9 Maret 2016. Sebagai tuan rumah, ada mbak Suzan, mbak Ira dan Maman. Pasca GMT, kita semua akan melakukan perjalanan selama satu minggu dengan mendatangi beberapa objek wisata andalan di Sumatra Selatan.
Saat Terjadi Gerhana Matahari Total
Mungkin semua pada tahulah ya jika Gerhana Matahari Total di Palembang kurang begitu sempurna karena penampakan matahari dan bulan-nya saat “jadian” tidak dapat disaksikan dengan jelas karena tertutup awan. Banyak yang merasa kecewa dan sedih karena itu. Hmm wajar sih sedih, karena itu peristiwa yang sangat langka ya.
Apalagi sempat ada kabar berkembang, gumpalan asap pabrik pupuk menambah parah sehingga mataharinya tidak nampak. Tapi aku pribadi tetap senang dan bersyukur. Alhamdulillah sekali Palembang menjadi salah satu kota yang dipilihNya sebagai tempat terjadinya proses GMT tersebut.
Saat langit yang awalnya terang menjadi gelap seperti malam, aku merinding sejadi-jadinya. Luar biasa! Allahu akbar! 🙂
Farah dengan lensa panjangnya berusaha untuk menangkap fenomena gerhana tersebut. Gotcha! Farah mendapatkan beberapa foto yang bagus. Aku sendiri? Berhubung pake kamera DSLR biasa tanpa filter, aku gak berani euy motret mataharinya. Bisa-bisa kameraku rusak. Riwayat pelesiranku kan belom banyak. Aku masih butuh kameranya hihi. Biarlah proses gerhana tersebut aku kenang saja dalam hati selaiknya mantan. Oops. Hahaha.
Aku sempat merekam suasana saat langit gelap laksana malam. Ini dia!
Duh rasanya bener-bener terharu. Apalagi aku banyak mendengar celetukan di kanan-kiri, “coba bayangkan, jika matahari dan bulan terus-terusan bersatu, alias langit nggak akan pernah lagi terang, gimana coba?”
Alamat kiamat kali ya.
Alhamdulillah, setelah proses gerhana selama kurang dari 2 menit itu berlangsung, langit berangsur-angsur cerah. Semua orang bertepuk tangan. Di sisi lain bulu kudukku masih merinding. Bukan karena takut, tapi saking ngerasa betapa kejadian itu betul-betul luar biasa.
Berjuang Menerjang Lautan Manusia
Tak lama setelah gerhana selesai, aku meminta Farah untuk bersiap-siap meninggalkan jembatan Ampera.
“Jam 8 kita harus segera cari taksi, ya!” ujarku.
Taksi sih sudah dipesan sejak subuh. Tapi, melihat lautan manusia di jembatan Ampera, dan kekhawatiranku terhadap jalanan yang dtutup, aku meminta Farah bersiap lebih cepat dari yang semulanya jam 9 menjadi jam 8.
Benar saja, berjalan dari tengah Ampera menuju bundaran Air mancur saja butuh waktu lebih dari 20 menit. Di beberapa titik kami bahkan tidak bisa bergerak sama sekali. Setelah berpindah ke sisi trotoar, kami berjalan merambat, menerjang lautan manusia demi mencapai taksi yang sudah menunggu di depan kantor Walikota.
Perjuangan belum berakhir…
Sesampai di depan walikota, taksi nampak stuck tidak bisa berjalan. Macet total! Huaaaa! Aku langsung mengontak perusahaan taksi, “mbak, tolong carikan taksi lain yang berada di kawasan yang tidak kena macet.”
“Silakan berjalan ke arah PIM, mas!” ujar si mbak.
Bagi yang tahu kawasan Palembang, jarak antara Ampera dan PIM itu lumayan juga. Terlebih kami berjalan di bawah rintik hujan dan harus melewati orang-orang. Lebih kasihan Farah, beliau memakai sepatu kerja dan kami harus meloncat pagar demi memangkas jalur.
Lebih kurang 45 menit kami berjalan. Akhirnya kami bertemu dengan taksi yang dimaksud. Untunglah, Farah dapat mengejar pesawat sehingga tidak ketinggalan. Lupakan makanan lezat di atas Ampera, sesampai di sana, meja makanan sudah tidak ada. Huaaaaaaa –nelangsa. Hihihihi.
Terlepas dari itu semua, Gerhana Matahari Total di Palembang 9 Maret 2016 adalah salah satu peristiwa langka yang nggak akan aku lupakan sepanjang hidupku. Yuk, mengejar GMT selanjutnya tahun depan! (di US loh hehe).
padet banget gitu..apa ga ada spot lain selain jembatan ampera…kyk daerah perbukitan gitu…saya takjub sm foto GMT yg beredar di sosmed..yg motonya pilot ..wuihhh itu beneran top markotop langsung moto di langit:D
Wah mau lihat yang foto pilot itu mbak, aku bisa lihat dimana ya?
liatnya sih di instagram tapi ini ada blog yg dokumentasiin
Aaaak bagus bangeeeetttttttt
Next year di yu es? Woooow *mupeng*. Btw itu yg tuan rumah Koh Huang ga disebut. Madakin dirimyu melupakan foto di Ampera selfie berdua saja ituh? Hihi *langsung kabur* 😀
Sengaja gak disebut, biar beliau bete hahaha. Asyiknya kalau beliau bete aku ditraktir. Seru, kan? hwhwhwhw
Betenya membawa hikmah ya ahahaha 😀
Alhamdulillaaaah 😀
Berarti aku ikut ditraktir, yay! *nari hula hula* ^_^
Eh eh eh aku ngebaca neh
Eh maaf kamu siapa?
*siapsiapditraktermiecelor* *Ninagakbolehikut*
Aku yang dirahasiakan dalam cerita ini. Mie celor? Aku mau model gandum kuah mie celor.
Kak Ded, ado yang ngomong samo aku di belakang BI situ ado jual model dan mie ayam lemak. Yuklah kak kito nunggu ajakan #kode
Uhm.. Cak nyo udah tutup tempat itu. Mie ayam kaki pendek sih ado di situ Yan.
Kurang oks lagi skrg; caknyo mood mamangnyo lah berubah. Skrg idola kami model gendum depan rumah H. Alim. Maknyusss 😀
Nah ado wongnyo. Aku ke pasar dulu e. 😀
Dpp nimbrung be. Wongnyo lagi ke yu es.
😀
La dalu, pasar tutup haha
Masih buka kak Deddy, aku beberapo waktu lalu lewat. Model apooo gitu namonyo. Men kaki pendek dak pacak makan tentu hahaha
Ouh yo udah tunjukin bae jalan
Wah seru ya… tapi kayaknya pas gerhana mendung banget ya mas…
Gumpalan awan (atau asap?)-nya memang tebal mas Slamet jadi kelihatan mendung. Tapi udahnya terik banget 🙂
Serunya menyaksikan GMT di Jembatan Ampera ya… Pengalaman yang tak terlupakan tentunya ya..
Gak bakalan terlupakan 🙂
Beruntung sekali ya kota Palembang menjadi salah satu perlintasan gerhana matahari total.. Tentunya ini menjado moment yang berharga bagi yang menyaksikannya saat itu..
Walau gak sempurna tetap merasa merinding 🙂
Ngeliat dari TV aja merinding Yan, gimana kalo ngeliat langsung yaa.. Beruntung banget bisa ngalamin langsung ya..
Lebih beruntung lagi temen-temen di Belitung dan Ternate, walau begitu tetap bersyukur 🙂
Dan aku pun kabur dari kerumunan orang di Ampera. Tahu lah dewek kak ye. Kanan-kiri-depan-belakang-serongkanan-serongkiri semua ribut. Aku yang masih pakek baju kerja ketakutan setengah mati, bisa2 di hajar masa.
Buahahahahaha puk puk Heru 😀
Laiaknya satu suporter persija ditengah lautan suporter persiba kak 😀
Habis niaaaan hahaha
Oom! Ga sempet ketemu waktu di Palembang! Mau minta ketemu temen2 blogger juga minder. Belum sehebat Oom dkk. Hehe 😛
Saya di Palembang juga waktu GMT.. Ga liputan sih, cuti. Hehe. Seru ya suasana di sana. Euphorianya sadis, bikin merinding. Btw, iya itu jurnalis2 KompasTV. Temen2 saya live di atas jembatan.
Sungguh terlaluuu huhuhu, kan setidaknya kita bisa selfie bareng mas. Eh jangan-jangan malah kita sempat senggolan huaaaaa.
Waduh…. Jadi yang nyolek saya di BKB itu… Bukan copet? Bahahaha. Iya ya. Minimal foto bareng atau makan pempek ya 😛
Hahaha, iya gampang mah kalo pempek. Yang susah kalo mau mbak yang jualan pempek. 😀
Ya sudah lah kalo susah… Jodohnya bukan gadis penjual pempek berarti. Mungkin nini-nini penjual lotek. Haha.
Sebegitu putus asanya kah dirimu mas, sampai sama nini nini aja mau hahahaha *kaboooor*
Ayo makan pempek bareng kita 😀
Asyiik di traktiiirr #eh hahaha
Wah gerhana mataharinya keren… di Mataram gerhana mataharinya cuma parsial tapi itu sudah cukup membuat birunya langit agak menggelap Om, beda banget dengan hari biasa. Pengen menyaksikan yang total secara langsung tapi berhubung Nyepi jadi saya di rumah saja :haha. 2019 kabarnya ada lagi, annular di Sumatera Utara, bagaimana kalau kita ke sana?
Mau mau mauuu, semoga kita sehat terus ya, siap 2019 ya Gar. Eh sebelumnya ke Palembang dululah kamu haha
Amin, mudah-mudahan bisa segera ke Palembang ya :amin.
Hmmm aku ngak selfie lho, itu dipaksa ama khai. Dia merajuk3 agar selfie, kalo ngak dituruti mau terjun ke musi
(aku coba) percaya om 🙂
Meriah banget Mas Yan..Pantas juga sih fenomena alam..Semua harus memanfaatkan momen..Karena mungkin 30 tahun lagi tak bisa ketemu ya 🙂
Iya mbak Evi, momen yang sangat langka. Beruntung banget rasanya 🙂
Momen yg tak terlupakan…
Alhamdulillah bisa menyaksikan langsung 🙂
Wowww rame amat!!
Asik banget ya pas di situ, sambil nungguin GMT, berlimpah makanan juga :9
Iya tapi aku gak ikutan makan mas Timoo huhuhuhu
Bahagia banget ya Om sepertinya,,,, bahagia dapat tempat spesial dari ribuan padatnya para penyaksi GMT dari masyarakat biasa,,,, hahahaha,,,,
GMT di Palembang bener – bener keren sepertinya,,,, 🙂 salam kenal Om 🙂
Salam kenal kembali mbak Anis, makasih sudah mampir 🙂
Wah sayang banget waktu gerhana ga keliatan jelas kalo dari Bandung ;(
Harusnya sini ke Palembang hehehe
Ping balik: Basah Gembira Menikmati Arum Jeram di Sumatra Selatan | Omnduut
Ikut merinding lihat foto2 nya
Takjub ya 🙂
Banjir selfie ini cocok dialamatkan padaku hahaha
Jadi…..jadi…pas balik meja-meja penuh hidangan dan food truck sudah tiada ya? Kaciaaaan wkwkwk
Momen mengesankan 🙂
Iya huhuhu, karena harus menerjang kerumunan warga.
Merinding dan terasa kecil, ya, kala melihat gelap gulita kayak gini.
Sayang, waktu Gerhana aku lagi ‘shooting’ di tanah Mahabharata
Arteesss hehehehe
Ping balik: Lampung Krakatau Festival 2016 : Keindahan Disela Bayang-bayang Mimpi Buruk | Omnduut
Ping balik: 10 Things You Can Do In Palembang, Indonesia – Dan On The Road