This is Africa!
Catatan Perjalanan dari Benua Hitam
| 2015 | Penulis : John Erickson G | Penyunting : Indradya SP |
| Perancang Sampul : Sarah Sofia Susanto Putri | Proofreader : Adriyani Kamsyach|
| Penerbit : Pastel Books | ISBN : 978-602-0852-18-1 |
| Cetakan Pertama, 434 hal | Harga : Rp.75.000 | Skor ala Omnduut : 8.7/10 | Rating Goodreads : 4/5 |
“Aku sering mendengar dari banyak orang yang mengatakan bahwa Afrika adalah benua terkutuk. Sebuah benua penuh bencana dan tanpa harapan. Entah kenapa semua alasan di atas tidak mengurungkan niatku menjelajahi Afrika. Aku malah semakin tertarik dengan semua tantangan yang akan kuhadapi di sana.”Hal 8
John Erickson Ginting (duh agak gak enak menyebut nama belakang beliau –abaikan) adalah sedikit petualang nekat dari Indonesia yang aku “kenal”. Mungkin teman-teman sudah mendengar ya nama besar seorang Agustinus Wibowo, traveler muda yang memutuskan untuk menjelajahi negara-negara TAN (Afghanistan, Pakistan dan beberapa negara TAN lainnya) demi mencari sesuatu yang bernama : makna kehidupan.
Hal yang sama terjadi pada bang John ini. “Hal yang mendasariku melakukan perjalanan ini adalah pencarian jawaban terhadap segala ‘kekacauan’ yang terjadi dalam hidupku.” Hal.6. Diantaranya terhadap rasa sakit hati kepada Tuhan takkala Tuhan memanggil ketiga anggota keluarga yang sangat disayangi. Yakni Ayah, adik dan paman beliau. “Kematian ketiganya yang terjadi dalam tiga tahun mengguncang imanku kepada Tuhan,” hal.6.
Walau begitu, perjalanan menjelajahi benua hitam ini bukan tanpa persiapan. Traveler nekat yang ngakunya senang bermain-main di “zona kematian” ini setidaknya sudah memiliki pengalaman tinggal di daerah konflik. Bang John pernah bekerja sebagai konsultan pengeboran minyak di Irak. “Aku bekerja di Irak yang sedang dilanda peperangan. Bukan karena gaji yang besar, tapi karena aku ingin menikmati sensasi berada di negara perang.” Hal.7. Gila bener, kan?
Pasca berhenti bekerja, bang John langsung memulai perkelanaannya. Mesir adalah negara pertama yang ia pilih. Mungkin sekilas Mesir nampak lebih normal ketimbang negara Afrika lainnya. Namun nyatanya, banyak sekali pengalaman yang didapat bang John selama berada di negeri para Nabi ini.
Misalnya saja dalam menghadapi tingkah laku warga mesir yang kecenderungannya ingin menang sendiri. Terutama ketika harus berhadapan langsung dengan mereka diangkutan umum. Seperti warga lokal yang menghambil hak penumpang lainnya dengan cara menduduki kursi yang bukan miliknya. Hingga pada akhirnya bang John bersikap, “…dalam suasana ini, aku merasa perlu untuk sedikit egoistic dan kurang ajar karena semua orang di dalam bus ini sama kurang ajarnya denganku.” Hal.47. Rasa yang menurutku sangat wajar takkala sudah lelah menghadapi pola penduduk Mesir yang acap kali bikin istighfar itu. 🙂
Yang aku suka dari gaya perjalanan bang John ini ialah sikap isengnya terhadap orang-orang yang kelihatan jelas memiliki niat buruk terhadap wisatawan. Misalnya saja ketika menghadapi polisi yang seharusnya membantu wisatawan namun ternyata bertabiat tukang palak. Seperti apa cara ngerjainnya? Dibaca sendiri ya. Kocak!
Namun, perjalanan tidak sepenuhnya berisi kesialan, bukan? Pelajaran hidup dapat ditemukan di mana saja. Termasuklah dari orang-orang baik yang ditemui sepanjang perjalana. Atau juga takkala bang John dapat membantu sepasang traveler Jepang yang tertimpa musibah. Sehingga bang John dapat merasakan sesuatu yang berarti takkala dapat membantu orang lain. “Menolong orang lain dan berarti bagi sesama jelas membuat perjalanan lebih bermakna.” Hal 113.
“Setiap orang punya sudut pandang yang berbeda dalam melihat sesuatu,” Hal.139
Apa isi buku ini melulu mengenai perjalanan? Oh tentu tidak 🙂 salah satu bagian dari buku ini adalah ketika bang John menemukan cinta di perjalanan. Hal ini beliau rasakan ketika sudah berada di Tanzania. Ialah gadis cantik asal Swedia bernama Sarah yang sudah meluluhkan hati beliau. “Jujur saja, aku memang suka dengan kelembutan dan wajah cantik Sarah. Kalau sudah begini semua jadi indah.” Hal 227.
Namun, sebagaimana kisah percintaan dalam perjalanan, tidak semua berakhir dengan manis. Walaupun bang John dan Sarah saling suka, pergerakan dalam perjalanan dapat membuyarkan itu semua. Bang John harus meneruskan perjalanannya sedangkan Sarah harus memulai internship di Tanzania utara. “Aku dan Sarah berusaha menikmati kedekatan selama kami bisa. Besok adalah milik sang waktu. Kalau kami memang berjodoh, pasti bertemu lagi…. Biarkan saja kebersamaan kami selama enam hari ini menjadi sebuah kenangan yang indah yang pernah singgah dalam kehidupan kami.” Hal.233.
Semakin mendekati halaman terakhir, buku ini semakin terasa nikmat. 🙂 ibarat sebuah hidangan, makanan penutup buku inilah yang terasa paling lezat. Aku sangat menikmati perjalanan bang John di negara Afrika ke-3 yang ia ceritakan melalui buku ini : Malawi. Kenapa? Tak lain dikarenakan keberadaan sosok Tim, pemuda asal Amerika Serikat yang menjadi teman jalan bang John selama berada di negeri penduduk paling ramah se-Afrika ini. 🙂
Kadang aku merasa interaksi bang John bersama Tim seperti benci-tapi-cinta hehe. Dalam artian pertemanan tentu saja. Di sepanjang jalan, kedua orang ini lebih banyak berdebat, saling berargumen namun biasanya selalu berakhir dengan manis.
Tim yang playboy sering kali membuat bang John kesal. Dia juga termasuk tipe traveler yang paranoid terkecuali terhadap wanita seksi Afrika (walaupun dia sadar bahaya AIDS di sana). Travelmate yang sering dihina-hina di buku ini menjadi warna menarik bagiku sebagai pembaca. Tak terhitung kesialan-kesialan mereka berdua selama menjelajahi Malawi namun kerennya, perjalanan mereka terus dilakukan secara bersama. Ya itu tadi, seperti yang aku bilang… benci-tapi-cinta hehe.
This Is Africa sejatinya adalah quote yang dilontarkan Leonardi diCaprio di film Blood Diamon. Jargon itu cukup menggambarkan bahwa banyak hal yang berbeda di Afrika. Jika menemukan sesuatu hal yang aneh menjurus buruk maka ingatlah, This is Africa! Kata-kata itu seolah mantra sakti terhadap semua sikap penduduk Afrika dan pemakluman terhadap hal-hal yang terjadi di sana.
Buku yang keren, bang John! Betapa aku sangat menikmati membaca buku setebal 400 halaman ini! Rasa sebal paling besar takkala menamatkannya tak lain dikarenakan jumlah halaman yang kurang banyak! Haha. Sungguh, aku berharap akan ada This is Africa jilid selanjutnya. Satu buku saja baru dapat membahas 3 negara padahal masih ada beberapa negara Afrika lainnya yang sudah didatangi bang John.
Awalnya aku pikir ini buku yang serius. Nyatanya berulang kali aku tersenyum kecut atau bahkan tertawa takkala mendapati kesialan-kesialan bang John (terlebih Tim) di buku ini hehe. Oh ya, buku ini juga dilengkapi beberapa foto full color. Walaupun jujur, jika dapat memilih, aku lebih enjoy jika jumlah foto di buku ini lebih diperbanyak namun dicetak hitam putih. Karena banyak sekali tempat menarik yang diceritakan namun aku tidak tahu bentuknya seperti apa. Kalau sudah begitu, biasanya aku berhenti sejenak, membuka laman pencarian hanya untuk melihat tempat yang diceritakan di buku ini.
Pada akhirnya, aku senang ketika secara tidak langsung ikutan berpetualang menjelajahi benua hitam melalui buku ini. Seperti halnya bang John, walaupun jutaan orang menganggap ini benua terkutuk, namun jika ada kesempatan untuk menjelajahinya, maka aku tidak akan berpikir panjang. Hidup hanya sekali, bro! 🙂 Oh ya bagi yang ingin baca-baca pengalaman bang John lainnya, silakan berkunjung ke blog ginting.wordpress.com ya!
“Menjadi seorang traveler adalah hal biasa. Menjadi hardcore traveler bagi beberapa orang juga hal biasa. Namun, menjadi traveler dan pionir perubahan adalah hal yang luar biasa.” Hal.409
Catatan : semua foto di postingan ini aku culik dari FB-nya bang John. Sorry ya bang, ambil tanpa izin ^_^
Aku baru aja mau komen: what? Udah ke afrike aje? Eh isinya resensi buku yaa.. Hihihi. Semoga kewujud ke sana juga ya ka 😀
Eh komennya pertamax. Tumben XD
Buahaha, kebetulan dapet Petramax. Selamaaat 🙂
Amiin, minimal ke Mesir deh. Atau Maroko 😀
Aamiiinnnnnn.. Maen ke Nil juga bisa yaa 😀
Sementara ke Musi aja ya aku 😀
Hihihi.. Aku malah belum pernah ke Musi 😀
Waaah keren niih bukunya. Harus punya….
Aku beli langsung ke penulisnya mbak Dee, dapet buku bertanda tangan yeaay
eropa seru juga di jelajahin kak
Salah satu destinasi impianku ada di benua biru huhuhu Eropaaa tunggu akuuuu
samaa
kayaknya seru neh, beds dari yang lain, masuk daftar beli ah 🙂
Lid lid Tanzania cakep Lid Lid… 🙂
Waaahhh ini buku yang musti aku bacaaa. Aku terobsesi banget sejak kecil ingin berpetualang ke Afrika. Thanks Om buat reviewnya. Dicatat dulu, kalau ada kesempatan baru beli *atau nunggu ada yang ngado *eh :)))
Janjiii, kalo aku ke sana dalam waktu dekat aku bawain buku ini *kedip ke Allah Swt* *mestakung* 🙂
Amiiinnn amiinn Om semoga dimudahkan jalannya ke Eropa, apalagi kalau bisa mampir Belanda 🙂 buku ini banyak digramedia atau gunung agungkah? Temenku ada yg mau beli.
Di Gramedia ada mbak 🙂 kalo stoknya habis bisa beli online. Maklum buku laris nih hihi
Aku nyari2 bukunya kok gak nemu ya yan 😦 om Ginting ini idola akuuu, dari dulh selalu suka baca tulisan di blognya
Diit diiit, coba tanya bang John siapa tahu masih ada stok. Aku beli langsung ke bang John dikasih bonus tanda tangan dan cap bibir hahaha. Lumayan dapet diskon (walau + ongkir itungannya sama kayak harga di toko buku sih, yang penting ada tanda tangannya yeay!).
@Dita, saya masih ada satu lagi buku yang bisa saya kirimkan. Besok saya mau kirim satu buku untuk saudara saya. Jadi, kalau kamu berminat pm saja ke email saya: john_egm@yahoo.com. Mungkin Omnduut Haryadi bisa minta tulung…..:-). Kalau yang lain berminat, let me know juga. Aku akan kontak Mizan…..tapi agak sabar ya, soale aku cukup sibuk dengan bisnis dan kerjaan….:-)
Dit diiitt nih langsung dari penulisnya. Bonus tanda tangan dan cap bibir hihi
Iyaaaa td udah di email, aaahh aku senang sekaliiiii….makasih ya Yan 😀
Wih jalan-jalan ke benua yg penuh konflik. Saya juga punya cita-cita gila ini, pengen jadi war photographer.
Udah nonton film War Photographer (2001) belom? Bagus loh. Salah satu bagiannya meliput Indonesia :p
Oh film dokumenter ya kalau ga salah?
Kalau saya sih dapat inspirasinya dari film Afrika Selatan The Bang Bang Club.
Iya dokumenter. Nah The Bang Bang Club belom pernah denger aku.
Akus suka baca blgo beliau, karena begitu banyak cerita petualangan yang tak biasa. Mulai ditampar di Tibet sampai cerita “digeranyangi” pelacur waktu di Afrika.
Nggak sabar pingin punya bukunya juga
Wah aku bakalan ubekubek blog bang John sampe tuntas 🙂
Thanks reviewnya ya.. Udah lama nih nggak baca buku ttg perjalanan. Itu pemandangan bukit dan kereta di Tanzania bener2 breathtaking
Iya, cakep banget ya. Jadi naksir ke Tanzania hehe
Isi bukunya merupakan kompilasi dari artikel-artikel di blog nya gak Yan. Aku sering baca blog nya, dan salut sama kenekadannya. So far, Negara yang paling aku takuti tapi pernah aku kunjungi adalah India, yang mana ternyata Negara yang menyenangkan untuk dijelajahi. Sementara Afrika? hmmm penasaran siih, tapi belum cukup besar hati untuk kesana, kecuali ke Maroko ya hehehe …
Terus terang mas aku nggak begitu nyimak blognya bang John :3 namun menurutku apa yang ada di buku berbeda dengan yang ada di blog. Karena beberapa kali disebutkan, bang John sengaja menulis khusus untuk buku ini. 🙂
Maroko mau bangeeet 🙂 sejak nonton Tintin jadi penasaran ke sana hahahaha *walaupun yang di film kan gak sebegitu aslinya*
Wahhh udah punya aja kamuuu buku nya 🙂
Iyaaa ^^
“Menjadi seorang traveler adalah hal biasa. Menjadi hardcore traveler bagi beberapa orang juga hal biasa. Namun, menjadi traveler dan pionir perubahan adalah hal yang luar biasa” —–> Kata-kata ini menohok banget 😀
Betuuul. Gak gampang jadi traveler yang baik itu. 🙂
sepertinya menarik, jadi ingin baca. Sebenarnya kepingin banget ke Africa, negara paling mahal di setiap mainan Monopoli, hahaha…
Buahahaha, bener banget! duh jadi inget masa kecil main monopoli 🙂
bayangannya Afrika tandus, ada juga yaa ijo2nya..emang nih john nyawanya banyak kayaknya hihi nekad beud…eh kirain yang nulis bule lho yan…
Emang ada keturunan bule mbak Dew. Bule Sumut ya bang John? 😀
wah, harus dibaca nih bukunya.. trmkasih infonya yg provokatif (dalam makna: bikin orang pingin baca bukunya:) )
Sama-sama mbak Dina 🙂
Wah, baca ini juga ternyata. Aku juga udah sih. Cuma takjub aja, sampeyan ini rajin sekali ternyata review buku jalan2. Aku cuma seneng bacanya aja hehehe 🙂
Sebetulnya gak hanya buku jalan jalan haha tapi belakangan emang genre itu yg paling sering aku baca mas 🙂
Bagus nih resensinya. Mengutip hal-hal yg menarik dari buku.
Aku mau resensi Amole nanti. Ditunggu mbak Sari 🙂
Wah, keren nih review Omndut…bakal dipaksa jadi ponakan gak kalo panggil gini… hahaha… Pengen ke Afrika….
Kalo lengkap Omnduut gakpapa, itu branding eaaa kalo Om aja, harus kawin sama ponakan dulu hwhwhwhwhw
Om Yayan, Om Ginting,saya mau buku ini 🙂
Panggil bang John.
…dan panggil aku dik yayan saja hahahaha
Hahahaha, saya kan jek cilik Om :3
Ah gak asik, kamu sok muda hahahahaha
Caaaakkkkk memang masih mudaa Om 😀
udahlah, gak usah diperdebatkan, kita kan seumuran, mudaan aku dikit aja hahaha
#ngok *nangis di pojokan*
Hahahahaha
Tinggal beli di toko buku…hehehee….
Waaah baiklaaah, makasih Om 😀