
Sumber gambar Macaroon Love
::: Macaroon Love :::
Cinta Berjuta Rasa
| 2013 | Penulis : Winda Krisnadefa | Penyunting : Rini Nurul Badariah |
| Proofreader : Dina Savitri | Perancang Sampul : Muhammad Usman |
| Penerbit : Qanita (PT. Mizan Pustaka) | ISBN : 978-602-9225-83-9 |
| 262 Hal | Harga Rp. 47.000- | Skor ala Omnduut : 8.0/10 | Rating GR : 3.23/5 |
“Nunggu apa lagi, sih? Make a wish!” sahut Beau ricuh (hal.13) Aku memandangnya lekat, Beau –sepupuku, selalu saja begitu. Tampang bulenya sering kali menutupi sifatnya yang menyebalkan! Seperti biasa, di setiap hari jadiku, Beau-lah orang yang paling cerewet menyuruhku menyuarakan keinginan walaupun dia sendiri tahu harapanku tiap tahunnya selalu sama. Aku hanya berharap namaku bukan Magali.
Magali? Nama yang aneh bukan? Bahkan, dengan nama itu kerap kali orang salah mengira aku ini lelaki atau perempuan. Sungguh, bagiku nama itu tak ubahnya lelucon. Berkali-kali aku melancarkan protes ke Jodhi –ayahku, bahwa aku tak menyukai nama itu. Namun, Jodhi selalu menanggapi protesku dengan ringan. “Magali dalam bahasa Perancis berarti Mutiara,” ujar Jodhi (hal.17). Lalu, Jodhi kembali menambahkan, “Dalam arti yang lebih dalam lagi, artinya daughter of the sea, anak perempuan sang samudera.” (hal.17) rasa sebalku malah menjadi-jadi mendengarnya.
Kadang aku tak ingin terlalu memusingkan hal itu. Toh, pekerjaanku sudah banyak menyita waktu. Pekerjaan yang menyenangkan… walau tidak membanggakan. Bayangkan, bertahun-tahun mengabdi sebagai reporter lepas, aku tak juga ditawarkan menjadi pegawai tetap. Di Free Magazine, aku ‘hanya’ bertugas meliput restoran dan menuliskannya menjadi sebuah artikel. Pekerjaan yang sering dimanfaatkan Beau untuk turut mencicipi makanan gratis dari restoran mahal. Aku sendiri sebetulnya tidak terlalu menyukai restoran berkonsep fine dining. “…beberapa orang memang akan terintimidasi dengan kemewahan yang ditawarkan sebuah restoran bagus.” (hal. 58) Dan aku salah satu orangnya.
Hidup ini berisi pertemuan yang tak terduga. Ketika aku sedang makan bersama Beau, aku tak sengaja bertemu Ammar, lelaki sok akrab (yang… sttt… jujur kukatakan, ia tampan) yang ternyata pemilik sebuah restoran bernama sama denganku! Yeah, restoran Ammar juga bernama Magali. Kebetulan yang aneh, bukan? Bahkan ketika kami semakin akrab, ntah mengapa sepertinya aku menikmati ‘interaksi aneh’ antara aku dengan Ammar. Apakah ini cinta?
Cinta… ah, sesuatu yang selama ini kuacuhkan. “Jatuh cinta aja kamu bilang repot. Semua orang di dunia ini tahu kalau jatuh cinta itu indah sekali rasanya. Nikmat tak terkira,” sahut Nene menasehatiku. (Hal.117). Aah, stop! Aku tidak mau memikirkannya. Aku mengkhawatirkan Beau yang mendadak ‘menghilang’ pasca permohonannya untuk meminjam uang aku tolak. Lagi pula, aku kini mulai memikirkan bagaimana nasipku ke depan. Apa iya aku bisa bertahan hanya dengan menjadi pegawai lepas? Tentang hubunganku dengan Ammar… biarlah keanehan-keanehan lainnya sajalah yang akan merajut kisah kami bagaimana ke depan. Omnduut… terima kasih sudah diizinkan curhat di rumah mayanya ya. Aku ada liputan lagi nih. Bye 🙂
* * *

Siapa coba yang tak tergoda dengan menara macaroon ini? gambar dari sini.
Senang sekali bisa berkenalan dengan trio Magali-Beau-Ammar di Macaroon Love ini. Sebuah roman apik tanpa interaksi kisah percintaan yang berlebihan. Sesuai dengan judulnya, Macaroon Love juga mengajak pembaca untuk mengenal dunia kuliner lebih dekat. Beberapa istilah dan tokoh-tokoh dunia kuliner disajikan dengan baik. Bahasa yang digunakan juga sangat renyah 🙂 Aku bahkan menuntaskan novel ini dalam sekali duduk saking menikmatinya. Hanya, ada sedikit kegundahan di hatiku mendekati akhir cerita. Yakni tentang ‘secuil’ kesedihan yang terjadi walaupun aku sadar itu ending yang tepat. Walau begitu, nuansa romantis tetap menjadi sajian utama naskah unggulan lomba penulisan romance penerbit Qanita ini 🙂 Selamat mencicipi Macaroon dengan penuh ci(n)ta rasa 🙂
semakin bikin penasaran ama buku ini. Tapi poto macaroonnya emang menggoda sih Om. Hihihi
Aku juga seumur-umur belum pernah icip macaroon mas Dani haha 🙂 kira-kira rasanya semanis novel ini nggak ya? hehehe
manis bangettt. jadi cukup hanya makan satu. 😀
Sippp… untunglah aku gak terlalu suka yang manis-manis. Takut dikerubutin semut #eaaa 😀
saya sepertinya udah nyicip macaroni…. bukan manis, tapi gurih 😀
Setelah baca novel ini memang jadi penasaran sama rasanya. Semoga toko kue ada yang jual ^^
dan saya tidak berhasil mendapatkan buku ini untuk belanja bulanan 😦
Kenapa? pasti alokasinya ke baju nih hihihi 😀
Gak… stocknya abis. Hiksss *urek2tanahdipojokan*
Waaah…
Tapi di sisi lain kasih penggambaran bahwa buku ini laris manis ya 🙂
iya… hiks…
Semoga bisa segera dapetin bukunya ya 🙂
nunggu dikasih sama om ndut aja deh. *nyanyi*
Doain ulasan ini berbalas handphone ya hehe. Kalo menang, tak lempar ke Jakarta ^^
Asikkk. Handphonenya ya yg dilempar ke sini. Hehehe
Boleh, tapi udahnya transfer duit ke rekeningku ya hahahaha
10rb aja kan?
Asyiiikk makasih. Tapi pake simbol yang ini ya >>> $ bukan yang ini >>> Rp *setel muka ganteng*
duh saya punyanya cuma yang lambang Rp.
Kalo gitu gak mau aaah *buang muka* hihihi
dah berkunjung ke blog buku saya blm om? dah ada 2 review baru tuh. and postingan koleksi. hehehe
Meluncuuuur ke blognya 🙂
Koneksi lagi kacr*t banget nih, aaah sebel. Memang hari ini belom liat notifikasi tulisan terbaru 😦
ayo sana… baca…
Sudah ^_^
novel ini lagi happening banget ya?
*belum tergerak untuk membaca 😀
Iya mbak. Lumayan banyak yang baca sepertinya 🙂 Novelnya juga asyik ^^
Belum baca novel ini 😦
Mudah2an bisa segera baca ya mbak Dian 🙂
Penasaran baca karena lihat sampulnya yang sangat berwarna 😀 .
Dibandingkan novel bertema percintaan lainnya, menurutku kaver buku ini tidak terlalu ceria. Tapi hal itu sesuai dengan isi bukunya mbak Nella 🙂 toh memang hidup tak selamanya indah, kan? ^^
Waaah… Macarrooon… *jadi laper*
Waah, aku belom pernah icip 😦 😀
“Omnduut… terima kasih sudah diizinkan curhat di rumah mayanya ya. Aku ada liputan lagi nih. Bye”
ini beneran ada di novelnya?
Haha nggaaak 🙂 Aku nyoba bikin ulasan dengan sudut pandang si Magali sendiri yang berceloteh. Kali kedua bikin ulasan gaya gini setelah dulu https://www.goodreads.com/book/show/12048007-pollyana
ooo kirain. tapi yang ada keterangan halaman itu beneran ada di novelnya kan?
Iya betul mbak 🙂 kalo dialognya emang diambil dari buku ^^
jadi pengin baca…
Yuuk mari dibaca mas dokter ^^
nyari dulu ya.. hahaha..
Sipppp semoga ketemu (y)
asyik cara ceritanya, si Magali yang cerita ya? ^^
semoga menang yaaa
Iya 🙂 Magali datang berkunjung langsung di rumah maya omnduut ^^ makasih kunjungannya mbak @Argalitha. Amiin 🙂
Ada lomba resensinya, Yan!
Ini juga sudah diikutkan mbak Feb 🙂 Walaupun aku yakin resensi ini agak beda (karena sudut pandang Magali sendiri yang meresensi hehe) tapi gak PD banget. Karena keterbatasan kata jadinya gitu deh, banyak hal yang belum di eksplore. Sebagai gambaran, review Finding You jumlah katanya 2 kali lipat dari ini hihihi.
Ooh … Katanya dibatasi?
Finding You lebih panjang? Jadi lebih bebas mencurahkan uneg-uneg setelah membacanya ya? 😀
Good luck, ya!
Iya mbak. 500 kata ^^ Ada beberapa paragraf yang terpaksa aku hapus untuk memenuhi persyaratan itu. Memang paling susah aku kalo ditantangin nulis kayak gitu. Hahaha.
Amiiin. Makasih mbak Feb 🙂
Ping balik: True Love Brings Out The Best of You | La Rêveur Vrai
Reblogged this on G0 Girl!.
Terima kasih 🙂