::: The Lunchbox :::
| 2013 | Sikhya Entertainment | Directed by : Ritesh Batra |
| Starring : Irffan Khan, Nimrat Kaur, Nawazuddin Shiddiq |
| Rating MPAA : PG| Running Time : 100 minutes | Genre : Drama |
| Rating ala Omnduut : 8.7/10 | Rating ala IMDB : 7.8/10 | Rating ala Rottentomatoes : 96% |
Berbekal resep pemberian Auntie (yang di sepanjang film hanya ada suaranya saja), tetangga yang tinggal di lantai atas flat mereka, Ila (Nimrat Kaur) mencoba menyiapkan menu makan siang yang spesial untuk suaminya. Di antara kesibukan mengurus rumah, Ila mencoba menyajikan varian masakan baru dengan harapan sikap suaminya yang belakangan terasa dingin kembali menghangat.
Di India, ternyata ada petugas khusus yang datang ke rumah dan mengambil lunchbox/rantang makanan yang kemudian didistibusikan ke kantor-kantor dimana pemilik rantang tersebut bekerja. Rantang itu diambil menjelang waktu makan siang dan dikirim kembali ke rumah begitu jam makan siang selesai. Betapa senangnya Ila mendapati rantang makanannya kali ini habis tak bersisa.
Malam harinya begitu sang suami pulang, Ila menanyakan prihal makanan yang tadi dibuatnya. Sayang, sikap suami masih datar. “Bagaimana lauknya, apa enak?” Tanya Ila. “Hmm, karinya enak,” jawab suami. Nah padahal hari itu Ila tidak memasak kari. Lantas siapa yang memakan makanannya?
Ternyata rantang itu tertukar dan tidak sengaja terdistribusi ke seorang akuntan bernama Saajan Fernandes (Irffan Khan). Saajan adalah pria paruh baya yang sudah lama hidup sendiri karena istrinya meninggal dunia. Sehari-hari Saajan memesan makanan di sebuah kedai Katering. Awalnya Saajan tidak merasa ada yang aneh selain makanan yang ia makan hari itu lebih enak dari biasanya.
Berbekal saran Auntie, keesokan harinya, Ila lantas menuliskan sebuah pesan di rantang. Isinya kurang lebih berbunyi, “saya menyiapkan makanan itu untuk suami saya. Rantang itu sepertinya tertukar namun begitu saya ingin mengucapkan terima kasih karena anda sudah menghabiskannya.” Apa jawaban Saajan? “Terima kasih. Namun sayang makanan hari ini terasa begitu asin.” Haha, unik sekali kan?
Sejak itu, dua orang ini berkomunikasi satu sama lain melalui pesan-pesan yang berada di dalam rantang makanan. Komunikasinya sebetulnya wajar saja. Namun, ada keterikatan antara Ila dan Saajan yang sedikit ganjil. Ila yang merasa suaminya mengkhianatinya mulai bercerita banyak mengenai keadaaan rumah tangganya. Di sisi lain, Saajan mulai merasa nyaman berkomunikasi dengan Ila. Apakah ada cinta di hatinya? Penonton diajak untuk menerka dari ekspresi Saajan tiap kali menerima pesan dari dalam rantang.
Hingga menunggu waktu sampai Ila mengajak bertemu. Saajan pun sebetulnya senang akan hal itu. Namun, apakah pertemuan itu benar terjadi? Hmm, sebaiknya tonton sendiri ya filmnya 🙂 The Lunchbox film yang unik, sederhana namun begitu mengena di hati penonton (setidaknya aku merasa begitu). Jika aktor, aktris dan bahasa yang digunakan di film ini bukan bahasa India, maka aku akan mengira ini film Iran karena gaya penceritaannya tipikal film-film Iran sekali seperti film pemenang Oscar The Separation.
Irffan Khan nampak jauh lebih tua di film ini. Sedangkan Nimrat Kaur, walaupun terlihat lusuh namun tidak menutup pesona kecantikannya –eaa. India selalu saja menyajikan sejuta cerita ya. Gambaran mengenai distribusi lunchbox itu dapat dilihat di video youtube di sini. Atau lihat trailer film ini di sini. Oh ya omong-omong ini kali pertama aku nonton film India tanpa satupun lagu atau tarian di dalamnya 🙂 Akhir kata, The Lunchbox adalah sajian yang keren! –pingin icip masakan Ila 🙂
Yaaaaaa….. kecewa, endingnya gak sekalian ditulis di sini… hehehe
Wuih gak seru dong kalo ditulis 😀
wuih, makasih ya om, sudah dikenalkan dengan film, ga sabar ni, nonton nya 🙂
Sama-sama mas Zukri 🙂
Aku suka cerita ginian Om Dut. Apalagi yang main Irfan Khan. pasti bikin karakter nya begitu kuat dan menarik. Ini lagi colek Shah Jahan buat cari film nya 🙂
kalau di “rumah” ini lebih suka manggil Om DUT. hehehe
Aku PM ya mbak, biar Shah Jahan bisa segera “ngambil” filmnya hahaha. Ya ya ya gapapa, panggil omnduut juga boleh, jangan dipanggil sis aja *emang kite pedagang online hehehe
hore ga ada tariannya,,,,,bakalan dilirik nih filmnya mas. 😀
Iya 🙂 sama sekali gak ada. Persis film Iran 🙂
Wah seru kyknya filmnya. Idenya sederhana ya
Iya bener, dari hal sesederhana itu bisa jadi film yang kece abis 🙂
Iya dan slh satu cara efektif ngenalin budaya lokal ke org luar adalah lwt film ya. Baru tau ada profesi pengantar lunchbox. Org yg plg ditunggu sm pekerja kantoran klo mau jam maksi nih hihihi *pacarnya digeser dulu ya klo g bawa rantang* hahaha
Padahal gampangnya sih bisa bawa dari awal. Cuma memang nasinya jadi dingin, gitu kali ya 🙂 tapi ini memang bagus, hitung-hitung memberi kesempatan pekerjaan kepada banyak orang mengingat penduduk di India buanyak sekali.
Bagian yang mau ketemuan itu rada gimana gitu lihatnya. Pak sajan nya langsung minder pas liat ila yg cantik
Hahaha iya, Ila-nya cantik banget emang 🙂 walaupun secara penampilan sederhana.
Yaah, Yan endingnya gimana? Kasih bocoran dong he3
Aku juga suka film dengan tema or ide sederhana namun dibalik itu banyak hikmah atau pelajaran hidup yang ingin disampaikan.
Bisa dibilang endingnya ngambang wan. Sebagaimana film Iran pada umumnya haha, penonton diajak menerka tentang nasip tokoh-tokohnya.
Premisnya kereeennn. Makasih Om dah diceritain meskipun gak sampe selesai. Hihihi.
Spoiler itu kejam mas Dani haha
Wew, film India yang mengetengahkan konflik tanpa tarian dan nyanyian itu hal baru, dan unik, karena si pencerita harus membuat penonton tahan dalam langkah cerita, soalnya kan film India biasanya durasinya lama :hehe.
Tapi seperti yang dibilang Mas Dani di atas, premisnya promising. Unik, bertukar pesan dalam rantang makanan. Tapi yah, dalam ketidakmungkinan terdapat kemungkinan terbesar, kan? :hehe.
Ketika aku share link ini ke FB, beberapa temen kasih tahu ternyata banyak juga film India yang gak nampilin tarian dan nyanyian hehehe
Hoo… demikian :))
menunggu kabar mas yayan ada yang mbawain rantangan.. 🙂
Aku menyiapkan sendiri bekalku, hampir setiap hari mas Wib ;D cuma kadang-kadang Ibuk suka bawain makanan sih, kalo calon istri sukanya bawain cemilan *loh hehehe
iih pas bgt om, aku semingguan ini lagi mulai ngebekelin suami hahaha jadi pengen nonton
lah kok udah tau salah kirim kok ya tetep ngirim ke orang itu ya? kurirnya kok salah mulu apa ya?
Karena Ila mulai merasa nyaman bercerita kepada Saajan. Ketika dibilang masakannya asin di hari ke-2, Ila merasa tertantang untuk menyiapkan masakan yang enak untuk Saajan. Tanpa tendensius apa-apa sebetulnya karena Ila bahkan tidak tahu nama Saajan. Nah belakangan ketika dia penasaran dan pingin ketemu, baru dia komplain ke kurir. “Jadi anda menanggap saya salah distribusi?” tanya kurir tak senang. Selanjutnya….. ah cukup segitu saja hihihi
Menarik, ini kok kayak film jadul gitu ya
Tahun 2013 mbak Ika 🙂
ide ceritanya lain dari yang lain … kreatif
koq .. saya ga pernah dapat kiriman rantang ya … paling ngga .. yang tertuker gitu ..
Ngarep ya mas? haha sini aku kirimin rantang 😀
Mungkin waktu pertemuan pertama pak Saajan menghayal, andaikan…. hahaha…
Asik juga nih kayaknya ini film.
Iya, andaikaaan haha 🙂
Hmmmm *masuk watching list dulu*
Atau semoga tayang lagi di TV kabel 🙂
hebat ya ide-nya … koq .. kepikiran bikin ceritanya kayak begini
anak siapa sih dia .. 🙂
aku kok pengennya ini jadi film korea dengan bintang2 favorit gitu… hehe
Hahaha, korea lovers! 🙂 bisa jadi nanti ide yang sama dibuat film versi koreanya 🙂
Waah nambah referensi film India lagi. Sederhana ya kalau lihat setting latar dan kostumnya, begitupun ide ceritanya. Masih tentang rumah tangga dan cinta, tapi gak bosenin kayaknya 😀
http://papanpelangi.co/2015/10/23/di-balik-kesulitan-ada-kemudahan/
Iya Qy. Coba tonton Qy, filmnya sederhana namun ngena. 🙂
Bollywood film2nya sudah jadi industri kreatif yang membantu ekonomi India, menghibur di tengah kemiskinan. Ini yang perlu diapresiasi…
Waini salah satu film India favorit nih. endingnya bikin gregetan.
Hihi iya 🙂 endingnya memang… begitulah 😀
Aku belum nonton film ini. Soon, harus dicari. Penasaran banget.
Bagus filmnya 🙂