Koleksi

Cerita Di Balik Uang Kuno

Ternyata, ketertarikanku terhadap sejarah dan kebudayaan serta berbagai macam yang terkait mengenai hal itu, membuatku memiliki hobi yang antara satu sama lain saling bersinergi. Setelah di tulisan sebelumnya aku cerita mengenai kegemaranku mengumpulkan kartu pos dan perangko, di tulisan ini aku akan menguak koleksi uang kuno dan uang asing yang aku punya. 🙂

Aku mulai mengumpulkan uang kuno dan uang asing ini dari sekolah dasar. Gara-garanya salah satu Bibiku ternyata kolektor uang kuno juga. Waktu itu aku takjub dengan koleksinya yang banyak. Sayang, ketika aku pinta koleksi itu, mereka nggak mau kasih. Hahaha. Makanya, dengan semangat membara ingin mengalahkan koleksi kepunyaan Bibi, aku mulai bergeriliya dari satu tempat ke tempat yang lain.

Tempat pertama yang aku tuju adalah rumah kakekku. Wah, asyik ternyata kakekku masih menyimpan uang beberapa uang kertas cetakan tahun 1950 bergambar Presiden Soekarno. Walaupun di sudut kiri atas uangnya sudah mulai rusak tapi tetap saja aku senang mendapatkan uang kuno pertama. Yihaaa!

scan0027

Sepuluh rupiah bergambar Presiden Soekarno

scan0063

Uang logam berbentuk donat ini asli bikinan Indonesia lho 😉

Aku juga dikasih uang kertas dengan pecahan Rp. 1, Rp.10, Rp.25, Rp. 50 hingga pecahan Rp.100. Bahkan dulu, untuk pecahan 1, 10 dan 25 masih ditulis Sen bukan Rupiah.  Silahkan dipandangi langsung uang kuno ini. Siapa tahu dulu sempat menggunakan uang ini secara langsung. Hihi (udah tua dong artinya? ^^ )

scan0064

Perbandingan ukuran uang dulu dan sekarang 😉

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Eh, ada juga satu uang yang unik. Ternyata, dulu ada pecahan uang Rp.2,5! Haha, keren banget! Mungkin, jika nanti rencana redonominasi terwujud, bisa jadi uang pecahan ½ /setengah seperti ini akan kembali dikeluarkan. Oh ya, masih ada yang ingat uang bergambar badak ini? Uang ini dicetak pada tahun 1977. Walaupun aku lahir 10 tahun setelah uang ini beredar, tapi aku masih sempat melihat uang ini digunakan.

scan0045

Uang ini dicetak dengan warna khas yang mencolok. Keren!

scan0028

Salah satu desain uang rupiah terbaik 🙂

 Selanjutnya, uang bergambar Badak ditarik dan digantikan dengan uang bergambar Burung Merak ini. Uang inilah yang dulu sering aku gunakan untuk beli cokelat di warung. Hihi 🙂 Eh, omong-omong masih ada yang ingat berapa uang jajan ketika sekolah? Uang jajanku waktu SD itu cukup Rp.100 saja! Haha. Biasanya, dulu ayahku memberi uang dalam bentuk uang logam (yang sekarang dipake untuk kerokan). Tahun 1990-an, dengan uang Rp.100 itu aku sudah bisa beli berbagai macam makanan. Bayangin, satu pempek dulu dihargain Rp. 25 saja! (kini kisaran harga satu butir pempek itu Rp.3000-an, naik lebih dari 100 persen!).

scan0036

Uang jajanku dulu 😀

Tidak puas dengan hanya mengumpulkan uang kuno dalam negeri, aku mulai mencari uang kuno dari luar negeri. Dulu, ada temanku yang ayahnya kerja sebagai pelaut. Dia sering tuh pamer koleksi uang asing yang dia punya. Untung saja dia nggak terlalu pelit dan rela berbagi satu atau dua uang kertas yang ia punya. Selebihnya, aku sendiri lupa dulu mendapatkan uang-uang ini dari mana saja. Haha, sepertinya ada beberapa yang diberi langsung oleh kedutaan besar membalas surat yang aku kirimkan.

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Untuk uang dolar ini, sepertinya sekarang masih bisa dipakai. Uang pecahan $1 ini aku tukar ketika dulu masih kerja di bank. Lumayanlah untuk dijadikan koleksi hihi. Hmm, bagi sebagian orang yang sering ke luar negeri, sepertinya biasa saja ya mendapati koleksi mata uang asingku ini. Tapi, untukku yang jarang kemana-mana, tentu saja menatap uang-uang dengan tulisan asing jadi kesenangan tersendiri.

scan0030

Uang Amerika gak ada 0-nya. Kalo rupiah 0-nya sudah 4 😛

 Oh ya, waktu ke Bangkok Februari lalu, aku sempat menyisakan dua lembar pecahan THB 50 untuk kedua adikku. Semoga saja kelak uang itu bisa mereka gunakan langsung di negeri Gajah Putih 🙂 oh ya, ada satu koleksi uang kuno dari Thailand yang aku punya. Sayang karena ditulis dalam huruf keriting, aku tidak tahu kapan uang ini dicetak. Namun, ada satu hal yang bikin aku merinding. Ini pun aku ketahui ketika akan scan uang ini di printer. Coba perhatikan uang ini… di gambar depan ada Grand Palace.

scan0039

Pastilah ini Raja Thailand. 🙂

scan0043

Ananta Samakhom Throne Hall

DSC_0085

Mejeng di gedung yang sama!!!

Sedangkan di bagian belakang… Waaah, ada Ananta Samakhom Throne Hall. Hey, siapa sangka belasan tahun kemudian aku bisa berfoto di bangunan yang ada di uang ini! *merinding*

Oh ya, pada kesempatan ini aku sekalian mau kasih lihat koleksi kartu telepon yang aku punya. Dulu, sebelum handphone masih menjadi barang mewah, jika ingin menghubungi seseorang telepon koin atau telepon kartu-lah yang digunakan. Asyik juga tuh, dengan kartu nominal khusus, kartu akan dibolongi secara otomatis sesuai waktu bicara yang telah kita lakukan. Dulu, kartu telepon ini juga dicetak dengan gambar yang bagus. Seperti ini nih…

scan0050

Tanah Lot. Jadi gatel pingin nyanyi Denpasar Moon 😀

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

Koleksi kartu teleponku lebih dari 50 buah. Sayang, sebagian besar dari negara tetangga –Malaysia. Kartu telepon ini dulu aku dapatkan dari kakak sepupuku yang jadi tenaga kerja wanita di sana 🙂 Kartu telepon di Malaysia lebih bagus euy! Berbahan baku dengan tekstur yang lebih keras dan gambarnya tidak gampang pudar.

DSC_0351

Kumpulan kartu telepon dari negeri Jiran

46 komentar di “Cerita Di Balik Uang Kuno

  1. Yang uang kertas 100 gambar badak msih inget bangeeet,….hobi yang keren…kalau ketemu turis2 dari negara lain minta tukeran uang aja…biar koleksinya tambah banyak :):)

    • Iya mbak, mau siapin duit 10.000-an yang licin buat dituker (itupun kalo nanti berkesempatan jalan kemanaaaa gitu hehe) biar disangka orang kaya punya duit 10.000 hwhwhwhw (kalo dolar udah berapa tuh :p)

  2. Ping balik: [BBE] Pejuang Dari Indonesia | La Rêveur Vrai

  3. Si Om hobinya sama dengan bapak saya. Sampai sekarang, bapak masih suka bersihin koleksi uang-uang kuno & perangkonya. Dan seketika anak-anaknya bergravitasi ke kegiatan itu, duduk-duduk membersihkan sambil ngobrol-ngobrol dengan bapak.

  4. Ping balik: Oouch! Saya Tersasar di Blog Omnduut | La Rêveur Vrai

  5. Berapa’pun Nominal uang’nya .. itu smua sangat br’harga..
    apa’lagi Uang Zaman dUlu .. waahh.. pknya dlu serbah murah..
    skrg ap2 naik .. dlu uang 100p, bisa beli ap aj.skrg uang jut2tan juga amblass ..dlm sEk3jaPp..
    !!!

    • Terima kasih komentarnya Silva 🙂
      Ya betul banget, dulu dengan duit 100 perak udah bisa dapet jajanan macem-macem yak haha. Tapi memang perubahan zaman bikin rupiah ikutan berubah. Sayangnya berubah jadi lemah. Mudah-mudahan bisa menguat lagi rupiahnya 🙂

  6. Ketika aku SD uang jajanku Rp 25,- mas. Haaa….keliatan kalau angkatan jadul ya…

    Aku juga koleksi uang mas Yan, tapi cuma dua lembar thok. Itu juga mau aku tulis di blog

  7. heehee aku yang anak muda gx mau ketinggalan dong om,, aku pun suka loh.. ngoleksi uang dulu… aku suka koleksi dari aku SMP :).. ah tapi gx sekomplit om si.. heum jadi iri… 😦

    • Naaah gitu dong hahaha 🙂 hayo cemunguuudddhhhttttt hahahahaha.
      Aku juga mulainya kan dari kecil jadi lama-lama akan banyak deh koleksi kamu. Yakin! 🙂

Jika ada yang perlu ditanyakan lebih lanjut, silakan berkomentar di bawah ini.