Ternyata, ketertarikanku terhadap sejarah dan kebudayaan serta berbagai macam yang terkait mengenai hal itu, membuatku memiliki hobi yang antara satu sama lain saling bersinergi. Setelah di tulisan sebelumnya aku cerita mengenai kegemaranku mengumpulkan kartu pos dan perangko, di tulisan ini aku akan menguak koleksi uang kuno dan uang asing yang aku punya. 🙂
Aku mulai mengumpulkan uang kuno dan uang asing ini dari sekolah dasar. Gara-garanya salah satu Bibiku ternyata kolektor uang kuno juga. Waktu itu aku takjub dengan koleksinya yang banyak. Sayang, ketika aku pinta koleksi itu, mereka nggak mau kasih. Hahaha. Makanya, dengan semangat membara ingin mengalahkan koleksi kepunyaan Bibi, aku mulai bergeriliya dari satu tempat ke tempat yang lain.
Tempat pertama yang aku tuju adalah rumah kakekku. Wah, asyik ternyata kakekku masih menyimpan uang beberapa uang kertas cetakan tahun 1950 bergambar Presiden Soekarno. Walaupun di sudut kiri atas uangnya sudah mulai rusak tapi tetap saja aku senang mendapatkan uang kuno pertama. Yihaaa!
Aku juga dikasih uang kertas dengan pecahan Rp. 1, Rp.10, Rp.25, Rp. 50 hingga pecahan Rp.100. Bahkan dulu, untuk pecahan 1, 10 dan 25 masih ditulis Sen bukan Rupiah. Silahkan dipandangi langsung uang kuno ini. Siapa tahu dulu sempat menggunakan uang ini secara langsung. Hihi (udah tua dong artinya? ^^ )
Eh, ada juga satu uang yang unik. Ternyata, dulu ada pecahan uang Rp.2,5! Haha, keren banget! Mungkin, jika nanti rencana redonominasi terwujud, bisa jadi uang pecahan ½ /setengah seperti ini akan kembali dikeluarkan. Oh ya, masih ada yang ingat uang bergambar badak ini? Uang ini dicetak pada tahun 1977. Walaupun aku lahir 10 tahun setelah uang ini beredar, tapi aku masih sempat melihat uang ini digunakan.
Selanjutnya, uang bergambar Badak ditarik dan digantikan dengan uang bergambar Burung Merak ini. Uang inilah yang dulu sering aku gunakan untuk beli cokelat di warung. Hihi 🙂 Eh, omong-omong masih ada yang ingat berapa uang jajan ketika sekolah? Uang jajanku waktu SD itu cukup Rp.100 saja! Haha. Biasanya, dulu ayahku memberi uang dalam bentuk uang logam (yang sekarang dipake untuk kerokan). Tahun 1990-an, dengan uang Rp.100 itu aku sudah bisa beli berbagai macam makanan. Bayangin, satu pempek dulu dihargain Rp. 25 saja! (kini kisaran harga satu butir pempek itu Rp.3000-an, naik lebih dari 100 persen!).
Tidak puas dengan hanya mengumpulkan uang kuno dalam negeri, aku mulai mencari uang kuno dari luar negeri. Dulu, ada temanku yang ayahnya kerja sebagai pelaut. Dia sering tuh pamer koleksi uang asing yang dia punya. Untung saja dia nggak terlalu pelit dan rela berbagi satu atau dua uang kertas yang ia punya. Selebihnya, aku sendiri lupa dulu mendapatkan uang-uang ini dari mana saja. Haha, sepertinya ada beberapa yang diberi langsung oleh kedutaan besar membalas surat yang aku kirimkan.
Untuk uang dolar ini, sepertinya sekarang masih bisa dipakai. Uang pecahan $1 ini aku tukar ketika dulu masih kerja di bank. Lumayanlah untuk dijadikan koleksi hihi. Hmm, bagi sebagian orang yang sering ke luar negeri, sepertinya biasa saja ya mendapati koleksi mata uang asingku ini. Tapi, untukku yang jarang kemana-mana, tentu saja menatap uang-uang dengan tulisan asing jadi kesenangan tersendiri.
Oh ya, waktu ke Bangkok Februari lalu, aku sempat menyisakan dua lembar pecahan THB 50 untuk kedua adikku. Semoga saja kelak uang itu bisa mereka gunakan langsung di negeri Gajah Putih 🙂 oh ya, ada satu koleksi uang kuno dari Thailand yang aku punya. Sayang karena ditulis dalam huruf keriting, aku tidak tahu kapan uang ini dicetak. Namun, ada satu hal yang bikin aku merinding. Ini pun aku ketahui ketika akan scan uang ini di printer. Coba perhatikan uang ini… di gambar depan ada Grand Palace.
Sedangkan di bagian belakang… Waaah, ada Ananta Samakhom Throne Hall. Hey, siapa sangka belasan tahun kemudian aku bisa berfoto di bangunan yang ada di uang ini! *merinding*
Oh ya, pada kesempatan ini aku sekalian mau kasih lihat koleksi kartu telepon yang aku punya. Dulu, sebelum handphone masih menjadi barang mewah, jika ingin menghubungi seseorang telepon koin atau telepon kartu-lah yang digunakan. Asyik juga tuh, dengan kartu nominal khusus, kartu akan dibolongi secara otomatis sesuai waktu bicara yang telah kita lakukan. Dulu, kartu telepon ini juga dicetak dengan gambar yang bagus. Seperti ini nih…
Koleksi kartu teleponku lebih dari 50 buah. Sayang, sebagian besar dari negara tetangga –Malaysia. Kartu telepon ini dulu aku dapatkan dari kakak sepupuku yang jadi tenaga kerja wanita di sana 🙂 Kartu telepon di Malaysia lebih bagus euy! Berbahan baku dengan tekstur yang lebih keras dan gambarnya tidak gampang pudar.
diantara yang diatas itu, aku pernah memegang uang seratus rupiah warna merah 😀
Haha, jadi nostalgia 😀
pernah ke museum bi di jakarta? itu museum uang terlengkap di indonesia … 🙂
Beloooooom 😛 Pingin juga ke museum Bank Mandiri 🙂
museum mandiri juga bagus 🙂
Iya, sekalian nanti mau ke sana juga 😉
yuhuuu
^^
oke
🙂
🙂
wahhh antik2 ya koleksinya ….
uang logam donat sen2an itu aku punya om dikasih nenek ku dulu ….mlh wktu aq SD sering dipake mainan hihihi
Haha, aku dulu juga punya banyak. Ntah uang logamku sebagian besar lenyap dimana 😦
aku suka uang logam yang bentuknya kaya donat om,,
aku juga punya tetangga chinese yang hobinya koleksi uang jaman dulu ampe dikacain,,heee
Wah, sampe dikacain 🙂 Kayak mas kawin ya hihihi
Adaaaa aja hobbinya
Hihi, hobi masa kecil nih mbak. Untuk hobi yang satu ini, agak susah kalo mau diterusin 😛
ini keren >> Biasanya, dulu ayahku memberi uang dalam bentuk uang logam (yang sekarang dipake untuk kerokan). XD
Hahaha 🙂 Zaman cepat berubah ya 🙂
sangat. 🙂
Haha 🙂
Yang uang kertas 100 gambar badak msih inget bangeeet,….hobi yang keren…kalau ketemu turis2 dari negara lain minta tukeran uang aja…biar koleksinya tambah banyak :):)
Iya mbak, mau siapin duit 10.000-an yang licin buat dituker (itupun kalo nanti berkesempatan jalan kemanaaaa gitu hehe) biar disangka orang kaya punya duit 10.000 hwhwhwhw (kalo dolar udah berapa tuh :p)
Bagi donk! *sodorin tangan* 😀
Eh gak boleh *sembunyiin koleksi*
Atau… tunggu duit yang 20 ribu itu ditarik dari pasaran baru deh aku kasih hahahaha 😀
dikau ini ya kolektor apa aja.. kog sama sih, termasuk duit juga kartu telpon.. tukeran yok kalu dobeldobel kartu telponnya..
Haha… dulu juga sempat mengumpulkan kertas hias 🙂
Wah boleh mbak Tin. Memang ada 2 atau 3 yang dobel. Nanti aku kirim ke mbak Tin ya 🙂
numismatik, deltiologis, filatelis kayanya emang paduan kompak tuh..
Iya 🙂 Seperti mempunyai benang merah 😀
Ping balik: [BBE] Pejuang Dari Indonesia | La Rêveur Vrai
Si Om hobinya sama dengan bapak saya. Sampai sekarang, bapak masih suka bersihin koleksi uang-uang kuno & perangkonya. Dan seketika anak-anaknya bergravitasi ke kegiatan itu, duduk-duduk membersihkan sambil ngobrol-ngobrol dengan bapak.
Aku juga awalnya mengoleksi uang kuno karena termotivasi dari uwakku Koh 🙂
Ini hobi unik, langka yang menyenangkan ^^
Ping balik: Oouch! Saya Tersasar di Blog Omnduut | La Rêveur Vrai
Berapa’pun Nominal uang’nya .. itu smua sangat br’harga..
apa’lagi Uang Zaman dUlu .. waahh.. pknya dlu serbah murah..
skrg ap2 naik .. dlu uang 100p, bisa beli ap aj.skrg uang jut2tan juga amblass ..dlm sEk3jaPp..
!!!
Terima kasih komentarnya Silva 🙂
Ya betul banget, dulu dengan duit 100 perak udah bisa dapet jajanan macem-macem yak haha. Tapi memang perubahan zaman bikin rupiah ikutan berubah. Sayangnya berubah jadi lemah. Mudah-mudahan bisa menguat lagi rupiahnya 🙂
Waaa.. banyak banget.. hobinya kok sama omm
Iya mas Dee. Hobinya sama ya 🙂
Ketika aku SD uang jajanku Rp 25,- mas. Haaa….keliatan kalau angkatan jadul ya…
Aku juga koleksi uang mas Yan, tapi cuma dua lembar thok. Itu juga mau aku tulis di blog
Hahaha, dulu uang jajanku 100 perak 😀
Dulu udah bisa ‘kenyang’ kalo jajan.
heehee aku yang anak muda gx mau ketinggalan dong om,, aku pun suka loh.. ngoleksi uang dulu… aku suka koleksi dari aku SMP :).. ah tapi gx sekomplit om si.. heum jadi iri… 😦
Naaah gitu dong hahaha 🙂 hayo cemunguuudddhhhttttt hahahahaha.
Aku juga mulainya kan dari kecil jadi lama-lama akan banyak deh koleksi kamu. Yakin! 🙂
Asik ya, bisa belajar sejarah.
Duit koin Rp5, punya gak Yan? Yang gede.
Kayaknya aku pernah nyimpen, aku taruh mana ya?
*lha kok malah nanya*
Hihihi 🙂
Kalo Rp.5 rasanya nggak ada mbak. Paling banter uang logam Rp.100 yang tebel itu haha
makasih bos infonya dan salam sukses
Terima kasih kembali 😉