Tips

Saat Si Tukang Lari Mengatasi Mata Kering dengan Insto Dry Eyes

Saat bermigrasi dari platform blog lama ke blog yang sekarang, saya sempat kesulitan untuk mencari nama baru sebagai branding. Saat itu, tercetuslah ingin pakai nama “omnduut” saja. Alasannya sederhana, Rais, ponakan tertua biasa memanggil saya dengan sebutan omnduut alias om (yang) gendut. Iya itu fakta, terlebih jika dibandingkan dengan 2 adik saya yang langsing, jelas kelebihan lemak ini menjadi pembeda tersendiri.

Walaupun panggilan itu terkesan body shaming haha, tapi saya pikir, sebutan itu keren juga. Makanya, sejak 2011 saya mantap menggunakan ID Omnduut, tak hanya di blog, tapi juga di semua sosial media saya. Tak jarang, ketika kopi darat dengan teman dunia maya, mereka biasanya nyeletuk penasaran, “kok dipanggil omnduut, sih?” dan cerita mengenai panggilan kesayangan itu dengan segera mengalir dari bibir saya.

Percayalah, hampir seumur hidup saya dilalui dengan kondisi tubuh yang obesitas. Ya pernah sih melewati fase kurus dulu saat masih kecil, cuma setelah itu saya hampir selalu dalam posisi gendut, hingga sekarang.

Saya sadar penuh bahwa tumpukan lemak ini berbahaya, makanya, saya berusaha untuk mengikisnya dengan cara berolahraga. Jikapun belum berhasil penuh menyusutkan berat badan di titik paling ideal, setidaknya saya bisa makan dengan perasaan ringan, tidak begitu merasa bersalah. Jadilah, seminggu sekali saya sepedaan, kadang berenang dan juga mendaftarkan keanggotaan di gym.

Walau harus meluncur dari jembatan dan gelut dengan angin, gak khawatir lagi dengan mata kering sebab udah ada Insto Dry Eyes!

Memang ada perubahan. Dulu berat badan saya hampir 100 kg. Dengan olahraga dan diet tipis-tipis, saya berhasil turun hingga ke 77 kg. Badan jadi enteng dan hidup terasa lebih berkualitas, walaupun dengan BB segitu hitungannya ya masih obesitas. Sayangnya, saat pandemi melanda, saya harus menghentikan total olahraga di luar rumah. Alhasil BB saja kembali melonjak hingga 87 kg.

Di tempat gym lama juga sekarang ada penyesuaian jam buka. Dulu jam 6:30 udah bisa didatangi sekarang molor 1 jam. Kalau baru olahraga jam segitu, mepet dengan jam kerja. Alhasil saya terpaksa cari tempat gym lain. Mungkin ini yang disebut kebetulan yang menyenangkan, di tempat gym baru, saya tak sengaja ketemu salah satu om saya, yang memang sejak 6-7 tahun lalu aktif lari akibat “ancaman” dokter atas kesehatannya.

Terpacu dengan aktifitasnya, saya kemudian nyoba lari juga di treadmill. Mula-mula ya saya jalan santai, lalu jalan cepat, lari pelan, dan lari agak kencang. Semua butuh proses. Awal-awal jalan agak lama sedikiiit aja udah terasa ngap. Lari full 5 menit aja nggak sanggup. Tapi sungguh benar apa yang para runner bilang jika olahraga lari sangat butuh konsistensi. Ala biasa karena biasa, pokoknya!

Saya dan rombongan pelari siap menjajal jalanan kota Palembang!

Sah sudah jadi anak lari! dan gak perlu khawatir lagi mata kering saat lari sebab sudah ada Insto Dry Eyes!

Sebagian teman saya tahu banget perjuangan ini dan betapa bahagianya saya ketika berhasil lari tanpa henti di 15, 30 atau 60 menit untuk pertama kalinya. Dan, setidaknya butuh 3 bulan untuk saya membiasakan diri berlari di treadmill ataupun jalanan sebelum kemudian, untuk pertama kalinya saya memberanikan diri mendaftar di running event dan rasa-rasanya resmi sudah saya mengklaim diri sendiri sebagai anak lari.

Saya ikutan FOMO! Tapi sungguh ini FOMO yang menyenangkan!

Sekarang, Minggu pagi adalah saat yang saya tunggu-tunggu. Sebab itu adalah kesempatan bagi saya untuk melakukan long run. Kalau di hari biasa saya lari maksimal 5 km saja, di Minggu pagi, biasanya lebih dari 10 km.

Lari di treadmill dan jalanan tentu punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di treadmill saya berlatih untuk konsisten dan membentuk form lari saya. Di jalanan, suasananya jauh lebih menyenangkan. Sensasi berlari di pagi hari saat jalanan masih sepi, langit berubah dari gelap menjadi terang sambil diterpa udara segar terasa sangat membahagiakan.

Desain oleh Haryadi Yansyah

Walaupun, begitu jalanan semakin ramai dan cuaca semakin terik, terdapat beberapa risiko yang berdampak pada tubuh, terutamanya pada mata. Asap kendaraan yang melintas ditambah debu dan keringat yang menetes sering membuat mata saya menjadi kering dan pedih!

Dibandingkan dulu saat masih jadi remaja kinyis, jelas dampak dari pertambahan usia tuh nggak bisa bohong. Nah, salah satu faktor hipofungsi kelenjar lakrimal yang berpengaruh terhadap produksi air mata adalah efek dari penuaan ini. Jadi, sederhananya, semakin bertambah umur ya, produksi air matanya semakin berkurang/Aqueous Dry Eye (ADDE). Apalagi kalau punya penyakit autoimun dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antihistamin, beta blocker atau anti depresan, maka aspek-aspek itu akan mempermudah bikin mata semakin kering.

Efeknya ya gak main-main. Mata akan terasa perih, panas, gatal dan berpasir. Ditambah cuaca yang tidak bagus, bisa juga menyebabkan sensasi terbakar sehingga mengganggu kenyamanan dan menyebabkan iritasi.

Selalu dibawa ketika berolahraga. Mau sepedaan atau lari, Insto Dry Eyes selalu dapat diandalkan untuk mengatasi mata SEpet, PErih, LElah.

Faktor lingkungan dan gaya hidup juga berperan penting. Saya sih alhamdulillah ya nggak merokok dan lebih nyaman memakai kacamata ketimbang lensa kontak. Tapi, paparan polusi seringnya tak dapat dihindari. Kalau lagi berlari, seperti yang saya jelaskan sebelumnya, walaupun saya memulainya bahkan setelah subuh, tapi karena jarak tempuh lumayan panjang dan itu memakan waktu cukup lama, maka mau tidak mau saya harus bersentuhan langsung dengan paparan polusi dari alat transportasi.

Seorang pelari biasanya jarang berkedip sebab harus konsentrasi pada jalanan. Makanya, saat lari saya kadang tiba-tiba berhenti sebab pandangan menjadi kabur dan bikin fotofobia (lebih sensitif terhadap cahaya). Ya sudah, harus istirahat dulu, minum, ambil nafas sejenak sembari memberikan pertolongan segera terhadap mata yang kering.

Melakukan pertolongan dengan cara apa? Tentu saja menggunakan INSTO DRY EYES!

Desain oleh Haryadi Yansyah. Sumber foto Insto Dry Eyes kemasan lama di Alodokter.com, Insto Dry Eyes kemasan baru di watsons.co.id. Desain oleh Haryadi Yansyah.

Benarlah ya, pas lagi lari trus mata tiba-tiba kering dan perih, begitu tetesin Insto Dry Eyes tuh langsung adem! Ya nggak heran, sebab Insto Dry Eyes ini memang memberikan efek pelumas sebagaimana air mata. Terlebih, jika mata keringnya disebabkan oleh kurangnya produksi air mata terutama pada mereka penderita rheumatoid arthritis (autoimun), keratoconjunctivitis (peradangan dan infeksi pada mata) dan xerophtalmia (penyakit mata karena kekurangan vitamin A).

Bagi mereka yang menggunakan mata palsu, Insto Dry Eyes juga dapat digunakan sebagai pelumasnya. Wah, Mad-Eye Moody -salah satu penyihir di Harry Potter, butuh Insto Dry Eyes, nih!

Mad Eye Moody pun buka suara! haha. Sumber gambar 1. Mad Eye Moody hp-lexicon.org 2. Mata Kering amoptometrists.com/dry-eyes 3.Konjungtivitis viral cdn.idntimes.com 4. Fungal keratitis eyewiki.org 5. Konjungtivitis bakterialis res.cloudinary.com 6. Mata palsu tabanmd.com. Desain oleh Haryadi Yansyah.

Jauh sebelum jadi anak lari, saya sudah jatuh cinta terhadap #InstoDryEyes karena sudah terbukti andal dibawa saat traveling. Nih ya, saya itu selain biasanya bawa sangu sambal terasi kalau jalan-jalan, hihi, perbekalan obat-obatan juga gak pernah ketinggalan. Dari vitamin, obat diare, obat sakit kepala dan tentu saja obat tetes mata Insto Dry Eyes. Ukurannya yang mini dan tersedia di kemasan 7,5 ml tuh sangat memudahkan untuk dibawa ke mana-mana.

Saat di Zaanse Schans. Walau gak ada salju, tapi wajib pake jaket tebal dan pakaian berlapis. Dingin banget!

Beruntung sekali, saya berkesempatan mendatangi berbagai daerah wisata, tak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara. Jadi, dari daerah wisata yang nyaman hingga yang cukup ekstrim sudah saya coba. Dan, mengingat saya biasanya melakukan perjalanan dengan gaya backpacker-an, demi menekan budget saya harus rela berpindah dari satu tempat ke tempat lain menggunakan transportasi umum.

Untuk menjangkau titik permulaan pengelanaan, biasanya ya naik pesawat. Bayangin saja, perjalanannya bisa berjam-jam dan itu full AC. Rekor sih saat saya ke Eropa, itu harus naik pesawat hingga 15 jam! Dan karena AC mengurangi kelembapan udara sehingga air mata lebih cepat menguap, tentu saja bikin mata semakin cepat kering.

Apakah penyebab mata kering ini dapat kita hindari sepenuhnya? sepertinya susah, ya! Desain oleh Haryadi Yansyah

Penerbangan saat itu menuju London. Saat tiba, saya dihadang suhu kurang dari 5 derajat. Padahal saat itu belum masuk musim dingin, tapi suhu udara di akhir musim gugur itu begitu mengigit terlebih embusan anginnya cukup kencang. Tubuh tropis saya langsung kaget. Efeknya, bibir jadi pecah-pecah dan mata menjadi sangat kering. Alhamdulillah, untung saya udah bawa Insto Dry Eyes, kan! Begitu diteteskan pada mata, nyess, langsung nyaman. Kecantikan (warga) London semakin tampak jelas hahaha.

Waktu saya main ke Kashmir dan menjumpai salju pertama dalam hidup pun situasinya kurang lebih sama. Bayangkan saja, di daerah pegunungan Gulmarg, itu sejauh mata memandang hanya ada salju. Jangan tanya dinginnya. Terlebih, saat itu saya lupa membawa kacamata hitam dan mata saya semakin tidak nyaman karena terasa kering dan juga silau di saat yang bersamaan melihat salju disiram cahaya matahari.

Salju indah saat difoto. Tapi aslinya menyiksa! mata seketika kering dan perih, apalagi kalau anginnya kencang. Foto oleh Ahlan Syahreza

Di kesempatan jalan-jalan yang berbeda, yakni saat saya ke Rajashtan, pengalamannya lebih unik lagi, sebab saya berkesempatan main ke Gurun Pasir Thar di Jaisalmer. Wah itu kali pertama saya mendatangi sebuah gurun pasir dan menaiki unta. Dan sebagaimana keadaan gurun pasir pada umumnya, cuacanya panas dan pasirnya pun berterbangan saat tertiup angin. Dan ternyata, suhu yang tinggi pun mempercepat penguapan air mata/Evaporative Dry Eye (EDE) sehingga mata tidak cukup lembab dan menjadi kering.

Pengalaman pertama mendatangi gurun pasir. Indah banget, tapi siap-siap kelilipan pasir sehingga bikin mata menjadi kering dan perih!

Tidak ada yang lebih menyenangkan ketika melakukan perjalanan dalam kondisi tubuh sehat terutama mata. Ya, namanya aja lagi liburan kan, inginnya melihat segala macam hal yang ditemui di perjalanan. Gak melulu soal destinasi wisata utama, tapi segala aspeknya. Saya sih, diajakin ke Jakarta misalnya, gak usah jauh-jauh ke Monas, tapi baru sampai di bandaranya aja perasaan udah membuncah bahagia.

Nah, kebayang gak kalau suatu hari bisa main ke Jepang eh tapi pas mau ke Gunung Fuji jadi susah melihat karena mata kering dan gatal? Trus ujungnya merah dan bengkak? Sayang banget, kan! Makanya harus selalu bawa Insto Dry Eyes, si bestie ketika ngetrip!

Sejujurnya, saya kadang merasa bersalah telah membuat mata bekerja keras bahkan melebihi panca indera lainnya. Bagaimana tidak, organ penting yang satu ini praktis hanya beristirahat ketika saya tidur. Ketika bangun, sudah dipakai kerja rodi lagi belasan jam perhari.

Dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore kerja menghadap komputer seperti ini. Mana kondisi persis di pinggir jalan. Mata jadinya mudah capek, kering dan terasa perih.

Saya bekerja non stop di depan komputer. Di sela-sela bekerja, masih pula harus menggunakan ponsel entah untuk urusan pekerjaan atau sekadar entertainment diri -dengan sosmedan misalnya. Di antara waktu tersebut, sebagai pelahap buku, saya juga pakai mata untuk membaca. Jadi, kebayang ya berapa besarnya nikmat Tuhan kepada saya sehingga masih dapat melihat dengan (cukup) sempurna walaupun harus pakai bantuan kacamata minus.

Faktanya, jumlah keseluruhan kasus penyakit mata kering yang terjadi pada satu waktu tertentu di satu wilayah atau prevalensi mata kering di Indonesia tuh sekitar 27,% hingga 30,6%. Ini berarti, sekitar 27,5 hingga 30,6 dari setiap 100 orang di Indonesia mengalami masalah mata kering. Jelas angka ini relatif tinggi dan secata tidak langsung menunjukkan mata kering adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di Indonesia.

Desain oleh Haryadi Yansyah.

Tak hanya di dalam negeri, secara global kondisi mata kering prevalensinya sebesar 11,59%. Secara sistomatik -memiliki gejala gangguan kesehatan, estimasinya sebesar 9,12% di mana 9,5%-nya dialami oleh perempuan dan sisanya 6,8% dialami oleh pria.

Rupanya, prevalensi terendah mata kering terdapat di Amerika Utara yani 4,6% dan yang tertinggi terjadi di Afrika yakni sebesar 47,9%. Sebegitu timpangnya, ya? Tentu saja banyak faktor yang melatarbelakangi perbedaan signifikan prevalensi ini. Dari perbedaan tingkat pendapatan, pendidikan dan tentu saja pemahaman terhadap penanganan mata kering. Setidaknya, itu data yang saya peroleh dari semua studi relevan terhadap laporan prevalensi mata kering antara tahun 1997 dan 2021.

Lima kegiatan ini bisa dikatakan rutin dilakukan sejauh ini. Seumur hidup. Bahkan hingga nanti saat ajal menjemput. Desain oleh Haryadi Yansyah.

Nah terkait prevalensi mata kering di Indonesia, sayangnya, tadinya saya adalah salah satu orang yang termasuk dalam statistik tersebut sebelum kemudian saya mengenal Insto Dry Eyes dan menjadikannya sebagai penolong ketika mata saya mulai terasa kering.

Salah satu cara untuk menghindari mata kering adalah dengan membatasi penggunaan layar. Sayangnya, hal ini tidak dapat saya lakukan mengingat pekerjaan saya full menggunakan komputer atau ponsel. Selain menggunakan air mata buatan yang saya percayakan pada tetes mata Insto Dry Eyes, yang dapat saya lakukan untuk meminimalisasi ialah menjaga kelembaban udara di sekitar dengan humidifier dan saya mengkonsumsi ikan berminyak, kacang-kacangan dan juga biji-bijian karena banyak mengandung omega-3 yang sudah terbukti dapat mencegah mata kering.

Beberapa hal untuk mengatasi mata kering. Foto Insto Dry Eyes kemasan baru dari watson.co.id. Desain oleh Haryadi Yansyah.

Sehingga, setidaknya saya bisa tetap bersenang-senang dengan menonton ketika pulang kerja atau mengejar target baca buku dengan sedikit mengikis perasaan bersalah. Apalagi, saya menonton lewat ponsel yang layarnya kecil, dan dalam membaca pun kadang jika lagi kumpul dengan komunitas membaca, dilakukan di ruangan terbuka.

Serunya ikutan Kelana Book Club sebuah reading community yang sering ngadain baca bareng dan diskusi buku salah satunya di ruang terbuka seperti ini. Foto oleh Tim Kelana.

Para pecinta buku kalau udah ngumpul. Foto oleh Tim Kelana.

Seperti beberapa waktu lalu, kegiatan membaca dilakukan di sebuah taman. Walaupun banyak pohon ya tetap saja namanya area terbuka ya, ada debu dan paparan sinar matahari juga mengenai langsung mata. Makanya, Insto Dry Eyes itu wajib dibawa ke mana-mana. Jika kembali ke zaman pandemic di mana orang-orang biasa menenteng hand sanitizer, saya pikir, Insto Dry Eyes juga patut diperlakukan serupa.

* * *

Anthony Doerr, penulis buku All the Light We Cannot See yang best seller sekaligus memenangkan penghargaan bergengsi Pulitzer Prize pernah berkata, “open your eyes and see what you can with them before they close forever.”

Kalimat itu, selain secara harafiahnya udah bagus banget, tapi secara tersirat juga punya makna yang dalam. Saat kita berada dalam kandungan, mata terbentuk di minggu ke-4 hingga minggu ke-8 beriringan dengan organ penting lain seperti jantung, otak, plasenta, sumsum tulang belakang, termasuk juga hidung dan mulut.

Tidak semua orang beruntung memiliki mata yang utuh saat lahir. Sebagian, lahir dengan pertumbuhan mata yang tidak berjalan semestinya walaupun sebagai sosok pribadi yang utuh, semua manusia punya kelebihan dan kekurangan, ya!

Baca bukunya nggak salah! tapi kebiasaan dan posisi saat membaca itu yang berefek setelahnya. Pastikan jika mata kering dan lelah segera tetes Insto Dry Eyes! Alhasil, dari baca buku eh bisa bikin buku!

My legacy! Gimana mata gak kerja rodi jika buku yang dibaca bisa sampai 3 lemari. Desain oleh Haryadi Yansyah.

Namun, saya pribadi sebagai pribadi yang alhamdulillah diberikan kesempurnaan dalam penglihatan lagi-lagi sempat merasa abai dengan kesehatan mata. Dulu, karena kebiasaan buruk baca sambil berbaring, atau kebanyakan main game, alhasil mata menjadi rabun jauh. Sejak SD kelas 5 saya sudah harus pakai kacamata, hiks.

Dan sebagaimana yang saya sebutkan sebelumnya, mata terasa punya beban lebih banyak. Benar-benar kerja rodi! Makanya, belakangan ketika saya semakin aware dalam menjaga kesehatan mata, sesederhana tidak membiarkan mata SEpet, PErih, LElah, saya benar-benar terbantu dengan adanya Insto Dry Eyes sehingga kesehatan mata senantiasa terjaga. Pokoknya #MataKeringJanganSepelein jika nggak akan berefek parah dan berakhir dengan penyesalan.

Dengan demikian, jika pun mata saya masih dipakai kerja rodi, ya untuk kerja, baca buku, nonton film, dipakai sepedaan atau lari dan yang terutama lagi jadi proyeksi keindahan Sang Pencipta takkala saya melakukan perjalanan, mata masih dapat melakukan fungsinya dengan maksimal.

So, habis ini lari sekaligus jalan-jalan ke mana enaknya?

UPDATE

Perdana ikutan lomba yang diadakan oleh Blogger Perempuan. Pengumuman pemenang yang harusnya dijadwalkan pada minggu ke-3 bulan Juli molor 1 bulan dan baru diumumkan di minggu ke-3 bulan Agustus tanpa ada pemberitahuan keterlambatan pengumumannya apalagi permintaan maaf. Selamat buat pemenang. Pengumumannya dapat dilihat di sini.

54 komentar di “Saat Si Tukang Lari Mengatasi Mata Kering dengan Insto Dry Eyes

  1. Ini ceritanya bener2 lengkap banget..takjub aku tuh hehe..dari awal mula pemilihan nama blog sampai akhirnya bisa menjaga berat badan berkat lari hingga hobi jalan2 dan membaca nya ….dengan semua suka duka nya tapi insto dry eyes selalu siap menemani untuk bisa menemukan moment terbaik dalam setiap perjalanan ya 🙂

  2. Aiiih, beneran daku salut sama dirimu mas. Bisa turun dari 100Kg ke 77 itu luarbiasa banget lho. Aku turun 2kg aja abis itu malah naik lagi 3kg wkwkwk, gak kelar kelaaar. Apalagi melihatmu berproses sampai kuat lari nonstop 60 menit, itu sebuah prestasi yang harus dirayakan si. Aku 10 menit aja udah macem bengek paru2ku hahahaha.

    Dan emang benar mas, dalam berbagai situasi haruslah kita sedia Insto. Sekarang tuh mata kita kerjanya berat. Kadang liat layar berjam-jam, kadang diluar kena debu bertubi-tubi. Makanya penting banget sih, untuk siap sedia insto biar siap tetes kapanpun mata dirasa kurang nyaman.

  3. Ya ampun bener banget ituuu cerita travelingnya relate banget sama aku. Jujur akutu abai banget sama gejala mata kering ini, sampe bener-bener kejadiannya luar biasa ekstrem pas hiking. Padahal sama banget kaya yang Omnduut rasain, perjalanan ke Eropa bener-bener bikin mata kering banget. Cuman aku gatau waktu itu tu ternyata gejala-gejala mata kering. Terutama di Zaanse Schans, menurutku anginnya juga beda ya. Kaya harus sering-sering ngedipin mata. Ah, sayang banget aku harus ngalamin kejadian yang ngga banget dulu baru sesayang itu sama Insto. Tapi sekarang mah Insto soulmate banget pokonya.

    • Iya bener, jujur aja awal-awal banget traveling gak begitu ngeh kalo butuh obat tetes mata. Setelah ngalamin mata kering di perjalanan barulah setelahnya selalu sedia Insto Dry Eyes kalau lagi bepergian.

  4. tapi aku ngeliat mas Yayan yg skr, dari foto2 yaa, kliatan loh mas lebih langsingan drpd pas ketemu pertama dulu. Jadi bener2 efek larinya nyata 👍😄. Tinggal lebih konsisten kan.

    Nah kita samaaa, kalo traveling akh pasti bawa tetes mata. Kita ga tahu bakal kenapa di jalan. Yg cuacanya jelek, atau kotanya banyak debu, pasir, even kalo tempatnya berangin kenceng dan salju, itu pas kelilipan mata sakiiiit. Iyaaa kalo Nemu apotik dan bisa beli tetes mata. Lah kalo ga Nemu, kan mata JD iritasi.

    makanya tetes mata insto ini selalu dlm list obat2an yg aku bawa. 👍👍. Sejak sekolah juga udh pake. Apalagi dulu zaman kerja, msh pake kontak lens yg bikin mata cepet kering

    • Aku lupa dulu pas ketemu mbak Fanny tahun berapa dan di BB berapa haha, semoga yang versi sekarang memang lebih langsing dan yang penting lebih sehat. Amiiiin

  5. Terjawab sudah rasa penasaran saya terhadap nama blog mas. Salut sama progress olahraganya terutama lari. Bener sih emang lari itu butuh konsistensi. Daku lari 2023-2024 udah lumayan konsisten di 10K dengan jarang berhenti hehe, tentu butuh diimbangi sama gym dan olahraga yang fokus sama kekuatan otot kaki juga ya. Sayangnya 2025 ini lagi nggak sanggup karena fokus ke pengobatan, semoga setelahnya bisa lari lagi kayak sebelumnya.

    Bejer juga, apalagi daku lari di Jakarta dan Bogor. Asap dan polusi udaranya udah lumayan kacau jadi mata rentan banget sakit nih. Lebih seringnya jadi kayak alami gejala mata kering mas. Apalagi kesehariannya juga di depan laptop serta HP udahlah makin kerja keras ini mata.

    Bersyukur banget pas tau ada Insto Dry Eyes, packagingnya mungil dan cakep. Mudah dibawa kemana aja, bahkan buat pelari bisa nyelip di kantong celana ya. Meski kecil nan mungil, faktanya sangat bisa ngebantu banget jaga kesehatan mata nice info 👍.

    • Aku jadi ngecek jarak Jakarta ke Bogor, dan langsung angkat tangan haha. Sekarang rekorku masih di 12,5 km. Minggu ini mau coba jajal 15 km. Latihan untuk persiapan VHM di September nanti kalau jadi.

      Salut sama Mbak Lala yang jam terbang larinya udah tinggi. Dan, benerlah ya, sebagai sesama tukang lari manfaat Insto Dry Eyes tuh udah kerasa banget!

  6. Semakin bertambah umur ya, produksi air matanya semakin berkurang/Aqueous Dry Eye (ADDE) << ini tuh seperti mencubitku. Berasa banget.Terima kasih sudah mengingatkan bagaimana proses terbentuknya mata dan begitu kerja kerasnya dia. *mataku langsung merem, rehat sejenak.Perlu banget lebih menjaga dan merawatnya.Beruntung ada Insto, andalan dari dulu, membantu sekali ringankan lelah mata. Kemanapun si mungil itu selalu aku bawa.Semoga juga bisa merasakan terbang jarak jauh sampai 15 jam dan tentu Insto akan menemaniku supaya mataku tak terasa kering karena lamanya AC.

    • Haha tos! mau terbang belasan jam lagi juga aku rela, itu artinya aku akan menuju destinasi baru lagi. Soal mata kering udah gak perlu khawatir sebab udah ada Insto Dry Eyes!

  7. Buat traveler alias pengelana, maupun yang hobinya lari (jangan lari dari kenyataan hidup ye kak, wkwkwk) ternyata tantangannya luar biasa, yaitu si mata kering. Nggak sangka, kalo di negara yang bersalju peluang kena mata kering juga ada, kirain mah di negara tropis aja. Tapi gak pake khawatir deh, kan ada Insto Dry Eyes yang praktis buat dibawa ke mana aja. Btw, jadi tahu daku soal penamaan omnduut hehe.

  8. Nahh kan dari era Multiply dulu Mas Yayan udah pake ID Omnduut?

    Kalau obesitas bukannya disuruh jalan kaki dulu ya, Mas? Apa gimana tahapannya?

    Aku udah lamaa gak olahraga nih, mau ikut lari yg santai kok agak takut (takut lutut sakit dll).

    • Dulu di MP pake ID “masfathin” mbak hwhw. Setelah MP tewas baru pake omnduut.

      Soal obesitas gak boleh lari, iya bener. Tapi tergantung obesitasnya juga. Aku juga kan awal-awal gak lari kayak sekarang. Berproses dari jalan pelan, jalan cepat, lari pelan, lari agak cepat. Yang penting harus kenali tubuh sendiri. Kalau kaki udah menyut gak boleh dipaksakan.

  9. Mantaap olahraganya lariii…bikin sehat…bikin bugar dan segar. Naah, udah betul tuh bawa insto buat atasin mata keringnya. maklum kan namanya juga lari di jalanan pasti bayak debu dan polusi kalau kena mata pasti nanti sepet, lelah dan perih serta kering. Selalu bawa Insto Dry eyes memang solusi banget teman berlari di jalanan…

  10. Omm aku tuh pengen ngikik pas baca setelah olahraga meski tak idel, makan jadi lebih ringan tanpa rasa bersalah. Ya ampun tertohok tauuu… Wkwkkwkw…

    tapi serius ya. Kalau mata kering emang nggak enak banget, mau ngapa²in juga syusah. Termasuk cari cuan. Ye nggak??? Masa lagi kerja, mata nggak enak pake lihat laporan.

    Kalau ada insto tuh bener² ngebantu banget ya om. Kerja lancar, cuan ngalir, jalan² pun happy..

    • Hahaha ya kan. Aku gitu soalnya, abis makan sepiring pempek, “oke gakpapa, kan udah lari 10 km.” hahaha.

      Kalau mata kering jelas urusan mencari cuan juga akan terhambat. Sangat gak bisa dibiarkan 🙂

  11. Ahaha lucu amat ada Mad Eye Moody. Kadang gak dirasain, mata justru jadi organ yang paling kerja keras nemenin kita ya. Ya olahraga, ya kerja, dan segala macamnya deh. Pas banget sih bawa-bawa Insto ke manapun, supaya bisa melembabkan mata yang udah mulai kerasa kering lagi. Pokoknya biar gak terlalu lama didiamkan deh kalau mata mulai kerasa kering.

  12. Wah ternyata pernah hampir 100kg yaa, tapi sekarang udah turun tetap dipanggil om nduut, hehe. Bener banget lari itu harus konsisten, ini jadi PR banget buat aku yang suka lari kadang bisa full tiap hari selama seminggu, tapi tiba-tiba nggak lari lagi, huhu.

    Insto dry eyes solusi banget ya untuk mata kering, apalagi dibawa olahraga dan travelling. Emang paling cocok, aku juga kalau terasa perih langsung aja aku tetesin dan mata mulai membaik lagi.

  13. Keren mas, jadi anak lari. Udh punya berapa medali? Hehe semoga konsisten yaa. Soalnya ada sepupuku yg 11-12 dgn omnduut eh maksudnya mas yayan 🤭, dgn masalah BB nya. Dia lalu bnyk ikut event lari, BBnya turun lah. Eh ada pada suatu titik dia jenuh, berhenti lari, dan kembali mengembang. Fiuuh capek yaa!

    Yuk semangat hidup sehaat, dan jgn lupa ngantongin insto ke manapun 😊

  14. Dari foto-fotonya, body Mas Har ini sudah oke. Apalagi olahraga lari dan naik sepeda juga. Hanya mungkin panggilannya itu enak didengar dan diucapkan ya hehehe.

    Hanya memang olahraga lari walau sudah pakai kacamata, maka rawan kena debu dan sinar matahari. Apalagi kalau seharian juga berhadapan dengan laptop dan hape. Rawan mata kering . Makanya saya juga terbantu dengan tetes mata Insto Dry Eyes. Praktis juga bisa dibawa ke mana-mana.

    • Kebantu sama TB yang agak lumayan, tapi aslinya lemak terutama di bagian perut masih tebal sekali. Jadi ya, masih berproses biar bisa semakin slim dan larinya semakin kencang 🙂

      • Nah ini keren, Mas. Justru terbantu tinggi badan, jadi bodynya kelihatan keren hehehe. Dan urusan tetes mata Insto Dry Eyes ini, Karena ukurannya kecil, jadi praktis dibawa ke mana-mana ya Mas. Saya selalu sedia di saku samping tas saya.

  15. Duh, pandemi ini emang problem besar, aku pun naik BB saat pandemi. Lha gimana stress trus makan mie instan ma cola mulu tiap malam wkwkw. Trus sekarang nyesel karena nuruninnya suseeh T.T #malahcurcol 😛

    Duh, iya kalau menghadap layar monitor seharian bisa berisiko mata kering yaa. Emang kudu dihidrasi sih pakai obat tetes mata kyk Insto gitu.

    Aku juga sering bawa Insto kalau bepergian soalnya kadang kena iritasi debu2 halus.

    Baru tahu soal prevalansi mata kering, ternyata di Afrika paling tinggi, Indonesia masuk menengah ya. Mungkin krn di sini masih mayan sering hujan sehingga debu2 lumayan tertangani juga.

    • Haha sama! banyakan di rumah, rebahan, ngemil gimana badan gak membengkak. Makanya pas udah aman langsung gas lagi olahraga tapi BB keburu stuck >.< sebab itu masih berproses aku sampe sekarang biar BB ideal lagi.

    • tapi pas waktu kemarin nobar ketemu Kak April gak terlalu kelihatan gendats ah, sekel malah. Kan beda hehe. Yang penting kan hati happy, dan bebas kantong kering apalagi si mata kering, karena punya solusi cimiknya dah si insto dry eyes. Cuss Kak nobar lagi kita hahah

  16. selalu sedia insto dry eyes ya

    bahkan saat lari, biar apa? Biar tetap tak terganggu aktivitasnya meski terkena mata kering

    insto dry eyes, solusi praktis atasi mata kering

  17. Biasanya yang dipanggil gendut itu,,ya yang gendut, perasaan lihat fotonya enggak juga…eh ternyata pernah 100 kg maka ponakan tercinta manggil dengan sebutan omnduut yang ternyata membawa berkah ya

    Senangnya ada yang FOMO jadi tukang lari dan beneran diseriusi, lari pun dah rutin long run. Salut!

    Tentunya segala aktivitas yang disebutkan dari lari, bekerja, hobi baca dan lainnya memakai indra utama mata yang perlu dijaga selalu kesehatannya. Di antaranya dengan teteskan Insto Dry Eyes jika gejala sepet, perih, lelah, kering menyerang mata

  18. keren banget sih mas, aktivttasnya lumayan padat juga ya. Tapi tetap peduli terhadap kesehatan mata

  19. Wah bestie aku nih Insto Dry Eyes
    malah sebelum muncul beberapa varian seperti sekarang, Insto selalu ada di tas bepergian dan di dekat laptop
    Karena mata sering sepet dan gatel, kalo udah gitu harus ditetesi Insto agar nyaman kembali

  20. Kalo di aku, INSTO ini manfaat nian pas lagi nggaweke perhiasan Yan. Karena materinyo rinci/details dan sering kecik2, mato tuh sering nian gampang capek. Kadang/pernah pas designnyo khusus serta unik, aku pacak tenggelam dengan raso penasaran sampe gawean selesai. Padahal mato samo pinggang nak menyerah. Jadi kalo aku sudah bertahun-tahun stock INSTO DRY EYES ini. Bener-bener membantu.

  21. Setuju banget. Kalau lagi traveling tuh paling nyaman ketika kondisi tubuh prima. Termasuk untuk kesehatan mata. Saya pernah ngerasain mata kering saat traveling. Awalnya didiemin aja, tapi malah semakin mengganggu. Memang akhirnya Insto yang jadi penyelamat

  22. Pas baca rentang penurunan berat badan sampeyan tuh saya jadi inget bapak saya dah.

    pas kontrol ke rumah sakit kemarin bapak saya juga timbang berat badan.

    Rentang penurunan berat badannya pun kurang lebih hampir sama.

    bapak saya dulu juga 100kg. Eh nimbang kemarin udah 70kg aja.

    pas lari tuh emang kadang ada risiko sama gejala mata kering sih. Bisa banget kalau diantisipasi sama Insto Dry Eyes.

  23. Keren nih bisa konsisten dengan olahraga lari. Emang sih, walau keluar rumah setelah subuh, masih sepi, udara masih segar, tapi kalau larinya lumayan jauh, baliknya udah terang juga. Jalanan mulai ramai, dan mulai deh ada polusi suara maupun udara.

    Keluhan/gejala mata kering emang nggak bisa disepelekan/dianggap remeh ya, karena kalau dibiarkan nggak bagus juga efeknya buat mata. Jadi kalau kerasa ada gejalanya, langsung teteskan insto dry eyes aja

Tinggalkan Balasan ke dee stories Batalkan balasan