Pelesiran

Membeku di Padang Rumput Emas : Sonamarg, Kashmir

.

Sejak memutuskan untuk mengunjungi Kashmir saat perjalanan perdana ke India tahun 2015 lalu, kami (aku, Indra dan Ahlan) langsung sepakat untuk memasukkan Sonamarg, kawasan perbukitan yang berada di Distrik Ganderbal, sebagai salah satu destinasi tujuan kami. Maklum saja, dari foto-foto yang ada di buku perjalanan yang kami jadikan panduan, Sonamarg nampak begitu indah. Bunga beraneka warna nampak bermekaran diantara rerumputan hijau. Kece bana-banalah pokoknya.

Setelah sebelumnya kami seru-seruan naik kereta gantung yang membelah pegunungan salju di Gulmarg dan mengeksplor Pahalgam, di hari ke-4, masih dengan trio Bangladesh dan mobil sewaan, kami berkendara sekitar 2 jam dari kota Srinagar, menyusuri Sungai Sindh yang merupakan anak sungai Jehlum yang membentang hampir di sepanjang jarak 87 km antara Srinagar dan Sonamarg.

Pemandangan di sepanjang perjalanan ya kayak gini

Sonamarg terletak di wilayah Pegunungan Himalaya. Maka tak heran, pemandangan di sepanjang perjalanan adalah panorama yang mewah! lihat saja, pegunungan yang diselimuti salju berdiri tegak di hampir tiap sisi. Ibaratnya, mau nengok ke arah kanan, kiri, depan dan belakang adanya gunung salju! Wajar saja, karena di Sonamarglah pengunjung dengan mudah melihat Puncak Sirbal, Puncak Kolhoi, Puncak Amarnath dan Puncak Machoi.

Jumpa dengan penduduk lokal

Inilah enaknya jalan dengan menyewa kendaraan. Jika ketemu satu spot foto yang dianggap menarik, kami dengan mudah meminta sopir untuk berhenti sejenak untuk mengabadikan gambar. Paling suka kalau udah ketemu sama penduduk lokal kayak gini. Rata-rata mereka memakai baju semacam kurta namun dengan bahan yang lebih tebal sehingga lebih hangat. Mayoritas penduduk Kashmir memeluk agama Islam, maka tak heran, perempuannya biasanya akan memakai penutup kepala.

Puas menghirup udara sejuk untuk sejenak, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

Mau tahu biaya sewa mobil dan itinerary Indiaku secara keseluruhan? Cek di sini.

Padang Rumput Emas

Semakin mendekati Sonamarg, cuaca terasa semakin ekstrim. Hujan tiba-tiba turun dengan deras. Mobil dijalankan dengan kecepatan sedang. Bahaya juga kan kalau ngebut, bisa selip dan jadi tak terkendali. Salju yang awalnya nampak di kejauhan kini terlihat begitu dekat. Sisi kiri dan kanan jalanan penuh dengan tumpukan salju.

Lalu, mana padang rumput dan bunga indah yang kami lihat sebelumnya di buku dan internet?

Difoto dari dalam mobil. Tuh hujannya lumayan, kan? jalanannya licin. Mesti hati-hati.

Oh no! Ternyata musim dingin Kashmir berlangsung lebih lama saat itu. Bulan April yang seharusnya sudah mendekati musim panas, namun di sana keadaannya masih sangat dingin! Memang sih, gak sampai ada hujan salju, namun, hujan air kayak gini aja rasanya bikin badan membeku sejadi-jadinya.

Penghangat yang ada di mobil sudah disetel dengan kekuatan penuh. Tetap saja rasanya masih menusuk relung. Aku yang kebetulan duduk di samping sopir saja merasa udaranya sedemikian dingin. Padahal itu udara panasnya langsung mengarah ke badan. Nah loh, gimana yang duduk di tengah dan belakang ya? Brrrr.

Walaupun cuaca ekstrim, pengunjung masih ramai.

Mobil berhenti tepat di area parkir sebuah hotel. Ada banyak sekali mobil yang terparkir di sana.

“Kalian bisa menunggu di dalam restoran sana,” tunjuk uncle sopir.

Aku menatap bangunan yang dimaksud. Tidak begitu besar dan nampak ramai sekali! Terlihat orang-orang berdiri berjejalan di depan pintu. Di sisi lain, kami, si turis ini, langsung dikerubungi oleh pemilik penyewaan papan seluncur.

Sepi, gak banyak orang yang berani berseluncur di udara sedingin ini.

“Mau main meluncur dari atas sana?” tawar mereka.

Hiy, boro-boro ya main ke salju, ini aku yang keluar dari mobil aja langsung bergegas masuk ke dalam. Gak tahan dinginnya, euy!

Itu adalah papan seluncur yang disewakan. Bisa seluncur sendiri atau ditarik oleh pemiliknya.

Begitu masuk ke dalam, ternyata restoranya cukup luas. Beberapa meja nampak sudah dikavling oleh para tamu baik yang sudah datang ataupun yang belum tiba, mengingat di atas meja terlihat kertas-kertas bertuliskan : reserved di sana.

Ini dia geng seperjalanan selama di Kashmir. Foto punya Ahlan IG @Reza_Ahlan

Kami langsung memesan minuman hangat dan beberapa makanan untuk makanan siang. Indra, Ahlan dan trio Bangladesh memesan chai (teh hangat dengan campuran susu). Nah, berhubung aku nggak minum susu, hanya aku yang memesan teh murni hanya dengan campuran gula.

Memandang luar dari dalam restoran

Aku merapatkan jaket. Pandanganku sesekali kuarahkan ke luar ruangan melalui jendela-jendela besar yang ada di restoran. Yang ada hanya salju, salju dan salju! Pasca mengunjungi kebun tulip terbesar di Asia yang ada di Srinagar, awalnya aku berespektasi akan mendapati panorama yang lebih indah di Sonamarg, kawasan yang jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Meadow of Gold atau Padang Rumput Emas ini.

Menekan Ego di Wisata “Zonk”

Makanan habis dalam sekejap. Maklum saja, selain emang udah jam makan siang, udara dingin bikin perut mudah lapar, kan? Masih ada beberapa cemilan di meja dan sisa-sisa minuman hangat saat lagu Kabira mengalun lembut menggema di seantero restoran. Ah, aku suka sekali lagu itu. Bahkan, hingga kini aku akan terkenang saat-saat “membeku” di Sonamarg jika mendengar lagu itu.

Begitu hidangan habis, kami bergerak menuju lobi hotel. Tak terlalu besar dan kursi-kursi yang ada nampak hampir terisi penuh. Di sana, baru sadarlah aku dengan orang-orang yang hanya berdiri di luar gedung. Kenapa? Karena ada petugas khusus yang meyeleksi siapa saja orang yang boleh menunggu di dalam. Kami beruntung dipersilakan menunggu hanya karena telah makan di restorannya. Ouch.

Dari depan pintu lobi. Terlihat Debangsu memandang ke arah salju. Masih menimbang apakah ikut Indra atau nggak

“Ada yang mau main seluncuran?” tanya Indra.

Aku, Ahlan, Arshii dan Praveen menggelengkan kepala. Sungguh, aku nggak bisa ngebayangkan basah-basahan berseluncur di tumpukan salju. Sedangkan aku ke toilet yang ada di luar gedung untuk sebentar saja bikin Mr.Joseph* mengkerut. Kalau nekat main di luar lebih lama, bisa-bisa si mister gak timbul untuk selamanya. Aku menggelengkan kepala dengan mantap.

Hanya Debangshu yang berani menerima tantangan dari Indra.

“Bang gak ikutan? Mumpung di sini, loh” Ajak Indra sekali lagi.

“Nggak deh, gak kuat dengan dinginnya, Ndra,” jawabku.

Pengunjung lain di Sonamarg

Kalau mau nurutin ego mestinya aku berani terima tantangan tersebut. Toh, bener kata Indra, mumpung di sana dan belum tentu berkesempatan lagi ke Sonamarg, kan? Tapi, saat itu keputusanku mantap. Gakpapa deh nggak ngerasain serunya basah-basahan mandi salju di Sonamarg, karena apa? Aku tahu batasan kemampuan tubuhku, kan?

Gak kepikiran sampe kena hipotermia juga sih, mengingat kayaknya suhu di Sonamarg saat itu mungkin di bawah 0 derajatnya sedikit aja. Walau begitu, tetap saja harus jaga badan. Aku yang udah meriang akibat perbedaan suhu yang lumayan di Kashmir seminggu belakangan harus pandai bernegosiasi dengan alarm yang ada di tubuh. Jika dipaksa, bisa bahaya. Kalau sakit kan bisa rusak semua liburan? Apalagi pasca kunjungan ke Kashmir, aku masih harus mengunjungi satu kota lagi yang tersisa : Varanasi.

Penasaran airnya sedingin apa hehehe

Sambil menunggu Indra dan Debo menjajal salju di Sonamarg, aku dan Ahlan berbincang-bincang dengan wisatawan asing yang ternyata rombongan pensiunan pegawai dari Malaysia. Rata-rata usia mereka seumuran dengan ayah dan ibuku. Walaupun berasal dari negeri tetangga, rasanya senang dapat berbincang dalam bahasa Melayu untuk sejenak.

Sama seperti kami, rombongan makcik dan pakcik ini juga memilih untuk bertahan di lobi hotel. Bagi masyrakat tropis kayak aku, cuaca begini sudah ekstrim. Nah, gak kebayang dengan suhu di Eropa yang katanya bisa anjlok hinga minus puluhan derajat, kan?

Lalu, apakah aku kecewa dengan keadaan yang kami temui di Sonamarg? Bohong jika nggak. Tapi, tetap saja ya, aku dan teman-teman lain tetap menikmati momen-momen yang ada. Rasanya, rasa kecewa kami tak ada seujung kuku. Sedikit banget! Lagian, dengan waktu yang kunjungan yang kurang tepat seperti sekarang, kan jadi ada alasan untuk balik lagi ke Kashmir, toh?

Ah, semoga semesta mendengar agar aku bisa kembali dapat menapaki langkah di kawasan yang pada zaman dahulu digunakan sebagai perlintasan jalur sutra ini.

Aha ini dia Sonamarg jika musim dinginnya telah lewat. Gambar diculik tanpa izin dari blognya mbak Zulfa hihi. Simak keindahan lain Sonamarg di blognya mbak Zulfa, klik sini. Eh tapi, saat aku mengunjungi Pahalgam dan nyobain berkuda di sana, pemandangannya gak kalah cakep kok sama Sonamarg 🙂

P.S : Mr.Joseph itu nganu… gitu deh. Tahulah ya.

58 komentar di “Membeku di Padang Rumput Emas : Sonamarg, Kashmir

  1. Nggak kebayang dinginnya, itu sonamarg lebih ke utara lagi. Aku kesana kedua kalinya waktu bulan April juga dapat kayak gini, tapi untungnya langit cerah.
    moga moga suatu saat bisa kembali e sonamargh dan beneraan lihat sonamargh, padang rumput emas di tanah kashmir.

    • Ini udah langitnya kelabu, hujan terus hahaha. Indra sampe basah badannya main salju. Saluuuuut.

      Amin, semoga balik ke India lagi TAHUN INI *kedip ke Allah Swt

  2. Kalau di suhu sekitar 0°C sudah terasa membeku, kayaknya ada beberapa kemungkinan, Cek:
    – Outfit kurang memadai. Nggak atau kurang winterproof. Pakai dalaman thermal khusus winter dan jaket winter aja biasanya sudah lumayan hangat. Demikian juga dengan kaos kaki, kaos tangan dan sepatu. Cuma karena emang niatnya ngeliat musim semi yah. Jadi wajar kalau gak siap2 winter outfit. 🙂
    – Angin. Biasanya kalau berangin, suhu angin terasa jauh lebih dingin. Suhu 0°C bisa jadi terasa di kulit kita – 10 °C:
    – Kecapekan. Tubuh yang lelah bakal gampang drop. Termasuk gampang kedinginan. Apalagi kalau makannya kurang memadai. 🙂

    • Mbak Ira bener pake banget. Sehari sebelum ke Sonamarg kami mengunjungi Pahalgam yang cuacanya relatif bersahabat. Kami gak sewa mantel, jadi hanya pakai jaket biasa aja. Kaos kaki, sepatu yang biasa banget.

      Dan itu di Sonamarg emang lagi kenceng banget anginnya. Brrr dan… yup, aku emang lagi kondisi gak sehat saat itu jadi klop ya hehe.

  3. Wuih Mas gak kebayang deh dingin nya gimana disana. Berapa lapis Kaos dan Jaket disana Mas.

    Ah pemandangan Pegunungan nya itu lho Mas.

  4. Ini blessing in disguise ya… maunya liat padang emas dikasihnya padang salju yaa, yang buat orang tropis tetep saja pengalaman luar biasa ya. Jadinyaaa yaaa disuruh balik lagi ke Kashmir… (duh pengen banget kesini)

  5. Keren ini biarpun bersalju. Apalagi Kalo sudah musim semi pasti super keren lah ya. Btw, itu kok bisa photo ibu2 sana? Kabarnya kan mereka sangat2 nggak ngijinkan buat diphoto wanitanya. Ngerayu2 pake jurus apa Om?

    • Gak merayu yang gimana banget. Cuma senyum doang, arahin kamera, lihat reaksinya. Jika gak ada gestur penolakan, aman. 🙂

      Kalau yang wanita dewasa lebih terbuka, maksudku mereka mau saat difoto. Beberapa kali, bahkan kami yang diajakin foto bareng. Tapi kalo gadisnya, jangan harap hehehe

    • Iya betul, karena fisik udah nggak kuat. Selama di Sonamarg cuma mendekam di balik restoran dan lobi hotel aja. Tapi selama di Kashmir semingguan jelas jalan kemana-mana, coba baca lagi tulisanku, ada tempat-tempat yang udah aku kunjungi selama di Kashmir 🙂

  6. Nggak dapet padang bunga tapi pemandangannya tetep kece kok, mas. Pengalamannya juga berkesan. Coba aja upload foto diri dengan latar pegunungan salju di situ tanpa keterangan tempat.. Netizen akan mengira itu ada di Eropa atau AS, hahaha.

    Aku sebetulnya agak nggak suka dengan frase, “Rugi lho udah ke sini nggak begini.” Karena tiap orang punya waktu, budget, selera, dan kapasitas yang berbeda. Belum pernah terjebak dalam cuaca ekstrim kayak gini, tapi mungkin aku juga nggak akan mau seluncuran. Selain takut dingin, juga takut jatoh hahaha

    • Haha, aku pun terpaksa keluar restoran buat ke toilet (karena toiletnya terpisah) dan itu airnya kayak air kulkas hwhwhw

      Kashmir indah banget mbak 🙂

  7. Tq infonya.. 😄 aku pikir pas bc artikelnya bakalan nemu acara nanjak gunung k gunung tertinggi d dunia. *gagal fokus* *sambil memandang buku 8.000 summits d tgn* ehh

  8. justru yg begini ini yg aku suka :D… suhu dingin sampe minus kalo bisa, salju banyak… woohoooo, lgs deh semangat banget… bisa tinggal di sana lebih lama, aku makin seneng :D… maklum, ga kuat panas mas ;p.. aku masukin ah sonamarg ini ke dalam bucket list

  9. Ping balik: Puasa Ramadan Masa Kecilku Itu Serunya Ya Kayak Gini! | Omnduut

  10. om ndut…entahlah…aku pengen nangis saat melihat foto2 sampean itu…keindahan alamnya, kebudayaan orang sana sangat indah jika dibingkai dalam sebuah foto…benar om ndut…semoga kelak aku bisa menginjakkan kaki ke negri itu…duhhh..kok jadi baper ya…hikk

  11. Wahh aku kemaren beli tiket ke India, udah niat sih tapi temen2 ku pada ngomongin yang engga2 dan bikin nyaliku menciut. Tapi setelah baca tulisan ini, nyaliku kembali lagi dan pengen buru2 explore India, terutama Kashmir. Semoga nanti baik2 saja pas ke sana…

    • Jangan-jangan temen yang bikin ciut malah belum pernah ke India? hehe, orang kayak gitu jangan didengerin mas. Gak baik demi kemajuan kita lol. Aku selalu mendorong orang untuk berani jelajah India. Aman, kok!

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan