Couchsurfing / Pelesiran

Saat Terjebak dan Nyaris Dirampok di New Delhi

DSC_0555

.

“You can use taxi and pay around Rs 100-Rs 150 or if you want more saving your money, just use metro and stop in Qutb Minar station. The fare around Rs 20.”

Itu adalah sebaris pesan dari Yogesh/Yogy, calon host kami selama di New Delhi. Yup, jauh sebelum berangkat ke India, kami (aku, Indra dan Ahlan) memang berbagi tugas untuk mencari tumpangan melalui situs couchsurfing. Untuk di New Delhi itu bagianku. Ada beberapa yang merespon dan mengizinkan kami menginap di rumah mereka, namun kami memilih Yogy dengan berbagai macam pertimbangan. Salah satunya kediamannya yang dekat dengan Qutb Minar, salah satu destinasi wisata yang bakalan kami kunjungi.

Setelah beberapa jam menaiki kereta dari Agra, kami sampai di New Delhi sekitar pukul 10 malam. Seperti yang kutulis sebelumnya, kami memang tidak menyiapkan tiket kereta dari Indonesia. Jadi, untuk menyiasatinya, kami selalu membeli tiket kereta tujuan selanjutnya di stasiun kedatangan di kota sebelumnya.

Nih ya, New Delhi Train Station itu gede banget! Di jam segitu, kita berusaha untuk mencari Tourist Officenya. Nih sebagai informasi ya, untuk stasiun gede seperti Kolkata dan New Delhi, turis asing seperti kita ini dapat membeli tiket di ruangan khusus tanpa harus berdesakan dengan penumpang lokal. Syaratnya harus menunjukkan paspor, mudah kan? Tapi… kadang mencari kantornya itu yang susah!

Oke, urusan pembelian tiket untuk ke Amritsar sudah kelar. Selanjutnya memutuskan apakah akan menggunakan taksi atau metro menuju rumah Yogy.

“Kita coba metro aja ya bang, selain lebih murah, kita juga bisa nyobain metronya.”

Sempat ada kekhawatiran saat itu, mengingat waktu sudah pukul 11 malam. Kalau naik taksi kan enak bisa langsung santai. Suara tidak bulat namun juga tidak terpecah. Agak-agak menggambang keputusannya saat itu. Sehingga ujung-ujungnya kita semua kompak mencari stasiun metro.

Ehlala, stasiun kereta dan metronya beda, dan ini juga lumayan untuk mencarinya (padahal berada berseberangan keduanya). Kita lapar berat, dan tahulah ya, lapar bisa bikin sumbu pendek hahaha. Dan untung saja, kami masih dapat mengejar metro terakhir menuju stasiun Qutb Minar. Malam itu nggak terlalu ramai ya, tapi cukup penuh juga sih –penulisgalau.

Perjalanan dari stasiun New Delhi ke stasiun Qutb Minar berlangsung sekitar 20 menit. Begitu tiba, suasana stasiunnya sangat sepi. Ya masuk akal sih, sudah malam ya dan itu kereta terakhir. Lalu, kami bingung harus ke rumah Yogy dengan cara apa. Yogy bilang bisa menggunakan bajaj. Tapi mana bajaj?

Kami bertiga lantas berjalan menuju halaman parkir. Ada satu bajaj yang ngetem di sana.

“We have to go to this address. Do you know that area?”

Si supir bajaj ini melihat alamat yang kutulis dengan seksama.

“Yes, I know,” jawabnya.

“How much?”

“Rs 200!”

Toeeeng, 200 rupee? Mending naik taksi aja tadi dari stasiun New Delhi. Jelas kita nggak maulah ya. Tapi kekuatan menawar kami lemah. Dia hanya satu-satunya supir bajaj yang ada di situ. Indra dan Ahlan mencoba menyegat Bajaj di jalanan, tapi nihil.

“Hayolah, turunkan sedikit harganya. Rumahnya dekat sekali dari sini,” rayuku.

“Ya sudah Rs 150 saja.”

“Rs 100 ya?”

delhi-metro-rail-map

Peta Metro di New Delhi. Klik untuk memperbesar. Source : delhimetrotimes.in

Hmm, sekitar Rp.25.000 kalau dirupiahkan, jelas masih lebih mahal untuk ukuran India. Tapi ketimbang kami tertahan lebih lama di stasiun, kan?

“Ya sudah, bolehlah. Sebentar lagi bajajnya akan datang.”

“Loh jadi ini bukan bajajnya?”

“Bukan, ini punya teman saja, nanti kamu naik ke bajaj yang lain. Saya sudah menelepon teman saja.”

Kami masih harus menunggu ternyata. Dan itu lumayan lama. 15 menit! Ya, 15 menit di malam yang dingin tanpa kehadiran dik Chelsea Islan serta suasanya yang sepi menjadikan waktu menunggu terasa semakin lama. Sembari menunggu bajaj yang tidak jelas kapan datangnya itu, kami berusaha mencegat kendaraan lain. Namun sepi sepi sepi!

Tak lama, bajaj tersebut datang.

Di India, bajajnya banyak jenisnya. Dan masing-masing kota beda! (kapan-kapan aku tulis terpisah). Nah di New Delhi ini, pintu bajajnya hanya satu, yakni di samping kiri. Sehingga kami harus masuk secara bergantian di pintu yang sama.

Pada saat itu, aku yang lebih dulu masuk, lalu Indra dan terakhir Ahlan.

Mendapati supir bajajnya berbeda, aku harus mengkonfirmasi dulu mengenai biayanya.

“Kau tahu alamat ini?”

Aku kembali menanyakan alamat yang sama. Si supir bajaj yang baru ini nampak bingung. Dia bertanya ke temannya dan mereka berbincang cukup lama. Aku tidak mengerti karena mereka berbicara menggunakan bahasa India. Namun bisa jadi artinya, “alah itu di pengkolan, masa iya elo kagak tahu.” Gitu kali ya! Hehehe.

“Eh ongkosnya berapa nih,” tanyaku lagi.

“Rs 150,” ujarnya.

Tuh kaaaaan, untung saja aku tanyain.

“Nggak mau, temen kamu sudah kasih harga Rs.100.”

“Rs 150”

“Rs 100!”

“Uda-udah masuk ke dalam, gakpapa bayar Rs.100 ke teman saya ini,” kata si supir bajaj yang pertama. Temennya sih agak ngedumel ya, tapi dia memberikan gesture, “ayo naik.” Lalu, naiklah kami bertiga.

Tapi…

????????????????????????????????????

Seperti ini bajaj di New Delhi. Difoto atas permintaan supir bajajnya yang teriak, “foto aku!” 😀

Tepat begitu bajaj berjalan, hup 2 orang teman si supir bajaj pertama yang awalnya duduk-duduk di pos ronda ikutan naik dan duduk di sisi kanan dan kiri supir bajaj. Kejadiannya cepat sekali!

“Wah ini nggak beres nih Yan,” ujar Ahlan khawatir.

Gimana perasaanku saat itu? Hmm, biar kata bodi kayak Nyle DiMarco Gajah India gini, ya aku ciut jugalah. Ini di negara orang sob! Tengah malam buta, dan kami nggak tahu berada di kawasan mana.

“Nanti tambahlah ya uangnya,” ceracau si supir bajaj.

Si dua begundal yang lain ketawa terbahak-bahak.

“Yan, mereka mabuk,” kata Ahlan lagi. Oh well, bau alkoholnya menyengat banget!

“Ya ya nanti kami tambahin. Pokoknya anter dulu kami ke alamat itu,” jawab Ahlan.

Sumpah ya, itu jantung udah dag-dig-dug der Daia.  Aku sudah mencabut memori DSLR dan menyimpan di kaos kaki. Nih ya, seapes-apesnya kena rampok dan kamera dicuri, masa iya foto selfie di Taj Mahal ikutan kecuri? Mana di Taj Mahal aku sampe ditangkap petugas dan digiring ke kantor keamanan pula (tenang, ntar diceritain, stay tunned ya di blog Omnduut hehehe).

“Ndra, kalo mereka nanti berhenti, kamu siap-siap lompat ya,” kata Ahlan.

“Iya bang,” jawab Indra lemes. Khawatir semua kitaaa!

Tiga begundal ini masiiih saja meracau ketawa dan teriak, “give me more money okay. I will take you to the address. Money okey. Moneeey” rasanya pingin pinjem hammernya abang Thor dan jitak tuh orang deh hahaha.

Aku sendiri udah ngebayangin, kalo beneran kita akan dirampok, orang yang berada tepat di depanku akan aku cekik pake lengan. Intinya, pikiranku (dan aku yakin Ahlan dan juga Indra) sangat kalut malam itu hahaha. Bakalan jadi duel satu lawan satu nih. 😀

Bajaj memasuki daerah yang sangaaaaaat sepi. Kok ya di sisi kanan dan kiri hutan? Huaaaa, habislah ini. Bener-bener kita mau disepiin ini sama mereka. Mulut udah komat-kamit baca mantra eh doa. (untung gak salah doa, baca doa sebelum makan misalnya hehe). Tak lama kemudian….

Cahaya… kami melihat cahaya!

Dan, ternyata kami sampai ke sebuah permukiman warga. Bangunan tinggi banyak berdiri di sana. Alhamdulillah, ternyata kami beneran dianterin!

Apartemen (hmm, lebih tepat disebut kondominium ya) Yogy sudah nampak. Kami lalu turun dan memberikan selembar uang pecahan 100 rupee.

“Itu sudah cukup, perjanjian di awal hanya 100 rupee,” kata kami semua. Kami sudah mulai berani soalnya pemilik rumah yang berada persisi di depan apartemennya Yogy masih kelihatan di garasi mobil. Mereka ngedumel nggak jelas, cuma karena bawaan teler ya (kayaknya) mereka lantas pergi.

Selesai?

Oh belum kakak-kakak.

Pintu pagar apartemennya si Yogy terkunci!

“Can you help us, sir! Please call this number,” sahutku memelas.

Eh si bapak nggak mau. Lantas apa yang dia lakukan coba? Menggedor pintu pagar dan berteriak, “wooi wooii ini ada yang nyariin nih!”

Suaranya kenceeeeng banget! Toa masjid Agung Palembang kalah deh. Kita bertiga saling pandang dan rada bengong. Wah bakalan satu isi apartemen bangun nih. Untunglah, nggak lama kemudian, Yogy, host kami yang kalau di Indonesia bakalan dilamar jadi pemain ludruk eh sinetron, muncul dan menyapa kami dengan hangat.

DSC_0534

Duh kenapa aku harus di sebelahnya ya? kebanting jauh deh kadar kegantengannya. 😀

“Akhirnya kalian sampai juga.”

“Maaf kami sampainya terlalu malam,” ujarku nggak enak hati.

“Nggak apa-apa,” jawabnya.

“Bagaimana kamu bisa tahu bahwa kami sudah tiba?”

“Saya mendengar keributan di bawah dan saya tahu itu mengenai kalian,” ujarnya sambil tertawa.

Gubrak momen deh! Hahaha. Alhamdulillah, acara uji nyali tengah malam di New Delhi akhirnya berakhir juga. Nggak tahu ya apakah mereka beneran punya niat jahat atau kami yang terlalu parno (atau malah suudzon), intinya kami masih dilindungi malam itu.

Buat temen-temen, hal seperti ini bisa terjadi bahkan di kotamu sendiri. Jangan karena cerita ini kalian menjadi takut, ngeri atau bahkan membatalkan rencana untuk berkunjung ke India, ya! Intinya sih lebih berhati-hati aja dan jadikan pengalaman kami sebagai pelajaran bahwa : jangan karena menghemat sehingga jadi membahayakan! 🙂

84 komentar di “Saat Terjebak dan Nyaris Dirampok di New Delhi

  1. Bacanya ikut deg2an… Trus ya oom.. Ituu tempat2 yg ada di filmnya akang jalaludin akbaar.. Jd inget akang jalal :))

    Trus si yogy ganteeng.. Knp ga diajak ke sini oom.. Kan lumayan bisa jd pemain shitnetron :))

    • Yang mana mbak? yang Qutb Minar ya? aku gak ngeh dengan sinetron India yang booming banget ketika aku berangkat dulu (sekarang musim Turki lol). Yogy pekerja kantoran di sana mbak, kalo jadi pemain film mungkin mau dia hahaha

  2. Duh, om aku bacanya jadi gemeteran. Padahal taun ini ada niatan pergi kesana (((sendiri))) jadi ragu 😦

  3. Alkohol ? seem very familiar for me … when I stayed in Delhi. that te biggest problem here. Welcome to Delhi, cerita kamu ini sama dengan cerita teman teman lainnya. bahkan 2 minggu kemarin ada yg kepalak taksi. sebenanya ada tips biar nggak kepalak. cuman kok ya males nulis *dikeplak

    Klo 3 pendekar enak traveling di India, go Show sana sini. klo ada cewek ? hohoho

    • Tulis dooong mbak Zulfa 🙂 biar makin melengkapi tulisan tentang Indianya. Iya kalau ada cewek kayaknya agak sedikit sulit, kecuali ceweknya kece banget dan tahan banting dan cuaca #apasih hahaha

  4. Waduh ikutan tegang euy bacanya. Syukurlah akhirnya kalian tidak kenapa-napa. Benar-benar pengalaman banget deh kalau sampai seperti itu ya Om :hehe. Mungkin kalau saya ke sana, sebisa mungkin jangan tiba malam hari, ya. Kerawanan di manapun pasti akan meningkat kalau malam, belum lagi tindak kejahatan. Apalagi bahasanya boleh jadi kurang kita mengerti, kan…

    • Sayangnya perjalanan kadang sulit ditebak Gar. Kayak yang ke Delhi itu, seingatku keretanya sampai terlambat (begitupun sebelumnya di Agra, terlambat hmm3 atau 4 jam, jadinya sampai malam).

      Waktu mereka bertiga ngomong pake bahasa mereka, kami juga gitu mengatur siasat hehehe. Kalo inget lagi kejadiannya, rada takjub juga soalnya udah beneran takut waktu itu :))

  5. Om, tahun baru horor banget ceritanya. Aku sampai tegang *elap jidat. Semoga 2016 makin banyak cerita seru yaa. Aku penggemar setia blogmu *senyum criingg haha.

  6. Kalau aku di gituin udah mental breakdown kali, aku kan pernah di palak palak gitu di tengah kesunyian malam , jadi agak trauma #halah

    tapi katanya india emang tingkat kejahatannya tinggi ya, turis ketipu, di rampok, atau di perkosa katanya udah biasa #ngeriii

    btw, ini kunjungan pertama saya ke blog ini, salam kenal lah bang hehe

    • Aku juga udah lemes rasanya malam itu #soundsrong hahaha. Iya tingkat kriminalitas di sana tinggi, ya penduduknya juga bejibun ya. Tapi menurutku nggak yang serem banget juga sih. Makasih sudah mampir ya Andrian, nanti aku mampir ke sana juga 🙂

  7. Duh ceritamu bikin deg-degan aja Yan. Berarti aku harus bersyukur banget ya kemarin di India sendirian gak pernah ngalamin hal-hal macam ini, padahal aku sempat naik Bajaj sendirian malam-malam di Udaipur dan New Delhi. Untungnya kemarin dapat host CS yang dengan inisiatif mereka sendiri mau jemput pas pertama nyampai di kotanya, jadi aman … kecuali pas di Kolkata aja.

    Tapi pengalaman macam itu di India sebenarnya sedap sedap seru, bisa jadi bahan cerita yang selalu asik untuk dibahas. Tapi setuju deh dengan kata-katamu Yan, India memang terkadang terkesan ngeri, tapi jangan sampai membatalkan niat mengunjunginya.

      • Untung org kita sama semua yah, jadi gak keliatan perbedaannya. Berapa lama di rumah si om? Gimana sih cara nyari tumpangan gratis di luar negeri? Mohon bimbingannya suhu!

    • Rencananya 2 hari tapi kami memutuskan keluar lebih cepat karena satu hal hahaha. Cobalah gabung di couchsurfing dot com bijo. Lumayan banget menghemat akomodasi 🙂

      • Dulu pernah punya akun di Hospitality dot kom tapi ya gitu doang, udah lama banget sekarang lupa passwordnya. Gampang gak nyari orang yg berbaik hati memberikan tumpangan gratis ke orang gak dikenal? Aman-kah, gak diapa-apain? Hihi

    • Aku juga dulu gabung di hospitalityclub dot org haha tp couchsurfing jauh lebih baik secara penampilan dan aktif. Komunitasnya juga tersebar hampir di seluruh Indonesia.

      So far pengalamanku aman, kuncinya teliti membaca profil mereka dan tanggapan orang lain kepada mereka melalui kolom reference. Yuk coba bijooo

  8. Aku ikut deg-degan bacanya, untung kalian masih dilindungi oleh Allah. Semoga kamu bisa kembali lagi ke India dan mendapatkan pengalaman2 yang lebih seruu n menegangkan hi3

  9. Ya Allah naijpk bajajnya horor banget sih Mas Yan. Pilihan memasukan memory card ke kaos kaki itu pintar. Asal jangan sampai turun ke kaki saja terus keinjak, bakalan nangis bombay benaran itu.

    Duh itu hostnya kok cakep pisan yah…

    • Iya mbak, dulu kepikirannya cuma kaos kaki hahaha. Aku pake jaket yang banyak sakunya takut digeledah juga (kalo bener bakalan dirampok). Hostnya cakep emang hehehe

  10. Ikut deg-degan baca ceritanya. Tapi India memang terkenal tinggi tingkat kriminalitasnya ya, Om. Jadi kalo ke sana memang harus ekstra waspada.

    Btw, udah aku vote ya Kerala nya. Good luck! 😉

  11. Hi, Ooom..

    Kocak nih insiden Bajaj dari negri produsennya 😀 saya belum merasa tertarik ke India sih, sempet ada temen yang ngajakin tapi makasih deh, bisa2 nyokap pengsan karena bokap crita yang jelek2 waktu lagi ke India 😀 Saya latihan dulu aja ke Pasar Baroe, hahahaha

    Tapi sumpang Oom, itu ngeri banget untung kalian semua cowok ya, ga kebayang deh klo cewek apalagi saya kalau pergi pasti cuma berduaan aja sama teman saya yang cewek..

    Sudah saya vote ya om 😉

    – Utie

  12. baru tau lho india udah punya metro yang lumayan mewah selain itu juga sekilas penumpangnya terlihat tertib. Antara yang mau keluar dan masuk bergantian gitu, nggak berebutan. Sekali lagi, selama ini saya selalu menganggap india negara yang masih terbelakang, duhhh..jadi malu sendiri. Padahal di Indonesia, baru mau membangun sarana kereta macam metro gitu

  13. Seru sekali membaca tulisan kaka, cara penyampaian ceritanya menarik deg2an plus ngakak juga juga :D, jadi inget awal tahun 2016 ke delhi dan yang paling dikangenin yaitu naik delhi metro :), karena aku sudah 6 kali bolak balik naik delhi metro, murah meriah dan nyaman 🙂

  14. hadeuuuh mas, ini ih yg bikin selalu aja ragu2 mau ke India ;D… sereeem ama orang2 nya ini.. ikut deg deg an baca pengalaman kalian..

    td liat videonya, aku salut juga ama org2 india… walo bisa dibilang sama padat kayak indonesia, tapi mereka mw antri rapi loh.. bener2 baris, trs kasih jalan utk org yg kluar… kalo ngeliat commuternya indonesia sih, aku udh shocked duluan liat kerumunan org yg ga bisa ngatri, saling dorong, sikut2an -___-.. india jauh lebih baik trnyata

  15. Ping balik: Mencecap Kesyahduan Tempat Paling Suci Bagi Kaum Sikh : Golden Temple | Omnduut

  16. Ping balik: Menyusuri Old Delhi : Dari Qutb Minar, Tersesar di Labirin Urdu Bazaar & Chandni Chowk Hingga ke Jama Masjid | Omnduut

  17. Mas, klo misal naik taksi dari Indira Gandhi ke stasiun delhi itu aman nggak kalo malem skitar jam 11 waktu setempat? Trus tarifnya sekitar berapa ya? Thanks…

    • Di bandara ada prepaid taxi, jadi kita terdaftar disopiri oleh sopir siapa. Pengalamanku naik taksi tengah malam di Kolkata aman-aman saja. Tapi untuk cewek lebih baik sama temen atau nunggu pagi.

      Tarifnya aku kurang tahu.

  18. Ping balik: Menumpang Gratis ala Couchsurfing dan Pengalaman Menggunakannya di Eropa | Omnduut

  19. Ping balik: Menatap Sirik ke Unta Genit di Padang Pasir Jaisalmer, India | Omnduut

  20. Ping balik: Kena Jebakan Holy Man Palsu di Pushkar, India | Omnduut

  21. Lucu ceritanya… serem juga… jadi ragu ke India.. apalagi buat perempuan Indonesia… jiper duluan kali ya… harus ada yang menemani, dan yang menemani harus sekelas Ade Rai… hahah

Tinggalkan Balasan ke omnduut Batalkan balasan