‘Perkenalan’ aku dengan berbagai kantor perwakilan kedutaan besar negara asing di Indonesia ini sebetulnya terjadi secara tidak sengaja. Awalnya dari hobi menulis buku harian. Heh, kok bisa? Apa hubungannya? Nih ya, bagi yang suka nulis buku harian, bisa jadi sebagian besar buku hariannya berbentuk unik, lucu dan berwarna-warni. Beda sama aku yang memanfaatkan agenda tahunan yang banyak dijual di toko buku. Nah, dari agenda itulah alamat-alamat kedutaan itu aku dapatkan. (Pada tahun segitu, internet masih langka).
Aku mulai rutin menulis buku harian sejak SMP. Karena pengaruh bacaan dan minat antusias terhadap kebudayaan (Indonesia dan negara asing) bikin aku kepikiran, “hmm, kalau kirim surat ke kedutaan besar, dibalas nggak, ya?” Nah, berbekal rasa penasaran yang begitu besar akan kebudayaan negara lain aku akhirnya memberanikan diri mengirim surat ke kedutaan-kedutaan tersebut.
Apa sih isi suratnya? Macem-macem! Pada intinya aku memperkenalkan diri sebagai siswa yang penasaran sama kebudayaan negara tersebut. Nah, aku juga bilang kalau aku koleksi perangko, jadi aku minta ke kedutaan besar untuk kirimin aku buklet, buku, majalah dan perangko yang berhubungan dengan negara mereka.
Ajaib! Satu per satu suratku dibalas! Bener-bener nggak nyangka kalau kedutaan besar mau meladeni surat anak SMP seperti aku. Kedutaan besar pertama yang berbaik hati membalas suratku adalah kedutaan besar Swiss. Mereka mengirim surat ke alamat sekolahku. Surat yang dikirim berupa amplop tebal. Isinya apa ya? Huaaa luar biasa, ini dia isinya!
Kedutaan besar Swiss memberi sebuah poster berukuran besar yang memperlihatkan keindahan Swiss. Di bagian belakang berbagai informasi seputar Swiss juga tersedia. Huaaa… rasanya senang sekali. Apalagi, pada saat itu teman-teman banyak yang memuji kemolekan tubuhku poster itu. Di amplop yang sama aku juga mendapatkan dua buah majalah yang diterbitkan kedutaan.
Pasca mendapatkan balasan dari Kedutaan Besar Swiss, aku makin semangat kirim surat. Alhamdulillah, beberapa kedutaan besar memberikan respon yang baik. Walaupun, lebih banyak yang tidak membalas, sih! 😛 Dari Kedutaan Besar Jerman lagi-lagi aku dikasih majalah dan… buku! Ya, sebuah buku tebal yang isinya semua tentang Jerman. Buku dengan kertas licin dengan gambar full color itu aku tenteng kemana-mana dengan bangga. Haha.
Dari Kedutaan Besar Inggris aku dapetin buklet dan majalah banyak banget. Ah, Inggris, negara idaman banyak orang. Melihat foto-fotonya saja sudah senang sekali. Bagaimana kalau lihat langsung ya? Masih banyak lagi ‘harta karun’ yang aku peroleh dari kedutaan besar tersebut. Beberapa berbaik hati memberiku perangko (seperti Kedutaan Besar Canada). Oh ya, hampir semua kedutaan besar tersebut memberikan informasi mengenai beasiswa belajar di negara mereka.
Jika ingat masa-masa itu, rasanya menyenangkan sekali. Kebiasaan ini berhenti dengan sendirinya ketika internet mulai banyak digunakan. Jadi, dengan beberapa hobi yang kugeluti, jelas sudah ya bahwa ketertarikkan aku akan kebudayaan negara lain itu sudah dimulai sejak lama. Ketertarikan itu pula yang bikin semangatku untuk mengunjungi negara lain begitu tinggi. Ya, sekarang tinggal berusaha dan berdoa. “Bermimpilah, maka seisi jagat raya akan mendukungmu.” Begitu, kan? ^^
boleh minta saran buat nulis surat ke dubes om?
Cek semua komentar di postingan ini ya 🙂
untuk pengiriman dilakukan secara via email, apakah bisa ya? saya mencoba beberapa email yang tersedia di alamat email berbagai dubes, tp ternyata email itu tidak bisa, apa memang harus dikirim dg pos biasa? teri
makasih
Sebetulnya via email juga bisa. Ada yang berhasil. Namun, ini pengalamanku dulu kerja kantoran ya. Tiap surat biasanya akan tercatatan akan mendapatkan disposisi dari atasan sehingga lebih jelas tindakannya. Jika email, bisa jadi akan diabaikan (walaupun biasanya kantor besar email pun akan ditanggapi). Selamat mencoba
kak. sy mau tanya..
isi surat ke duta besar mulai dari pembuka sampai penutup bagaimana ya ? pakai bhs inggris atau bhs indonesia ? mohon bantuannya…
Hayo dicoba dulu bikin dan kirim. Nggak ada formula khusus dalam menulisnya 🙂 coba baca bagian komentar juga ya.
wah keren kak! aku dulu pernah nyoba kirim ke kedubes Jepang dan Jerman. balesan dari kedubes Jepang dapet majalah sama brosur2 gitu, tapi dari kedubes Jerman cuma dikasih secarik kertas aja xD
Haha mungkin stok bukunya sudah habis 🙂
iya kali yaaa.. ada juga temenku yg ngirim ke Spanyol sama Belanda malah ga dibalesin apa2 😀
Mungkin trennya sudah bergeser karena sekarang semua informasi dengan mudah diperoleh via internet juga kali ya 🙂
kalo sekarang masih bisa ngirim surat ke kedubes juga ga ya?
Bisa. Coba aja 🙂
Kemarin saya kirim email ke kedubes Belgia dan tidak sampai satu minggu saya dapat buku dan brosur
Kalau Inggris saya dapat balasan kalau mereka tidak menyediakan buku atau brosur
Mungkin udah nggak lagi. Soalnya dulu aku sempat terima banyak brosurnya 🙂
Alhamdulillah, ikut senang.
kalo kirim surat pas lagi saat gini bisa gak ya?
Coba aja. Mestinya masih bisa, sih.
Saya tertarik juga buat kirim ke Kedubes. Pengin coba negara-negara yang anti-mainstream seperti Aljazair dan Uzbekistan
Coba aja mas Robert 🙂
Om, kalau sekarang ngirim kartu pos gitu masih dibalas ga ya? secara sudah era internet banget 😃. Dulu saya juga gini, hobi banget ngumpulin brosur budaya dan wisata dari Kedubes asing. Sampai akhirnya pas gede jadi hobi travelling, karena jadi cita2 banget tuh pengen melihat dunia luar😄😄
Pengen ngajarin anak2 juga ih jadinya, dulu berasa banget happynya kalau dapat balesan dari Kedubes 😁
Hi mbak 🙂 masih suka ada yang balas, apalagi kalau gabung di Komunitas Postcrossing Indonesia, anak-anaknya banyak juga di sana. Coba gabung mbak biar bisa memperkenalkan kartu pos ke anaknya ^^